karena hakim terjebak oleh rutinitas penanganan perkara yang menumpuk dan target penyelesaian yang tidak seimbang.
b. Sikap Perilaku Emosional Perilaku hakim yang mudah tersinggung, pendendam dan pemarah akan
berbeda dengan perilaku hakim yang penuh pengertian, sabar dan teliti dalam menangani suatu perkara. Hal ini jelas sangat berpengaruh pada hasil
putusannya. c. Sikap Arogan arrogance power
Hakim yang memiliki sikap arogan, merasa dirinya berkuasa dan pintar melebihi orang lain seperti jaksa, penasihat hukum apalagi terdakwa atau
pihak-pihak yang bersengketa lainnya, sering kali dapat mempengaruhi keputusannya.
d. Moral Faktor ini merupakan landasan yang sangat vital bagi insan penegak keadilan,
terutama hakim. Faktor ini berfungsi membentengi tindakan hakim terhadap cobaan-cobaan yang mengarah pada penyimpangan, penyelewengan dan
sikap tidak adil lainnya. 2. Faktor Obyektif, yaitu:
a. Latar belakang sosial budaya Latar belakang sosial hakim mempengaruhi sikap perilaku hakim. Hakim
dalam beberapa kajian sosiologis menunjukkan bahwa hakim yang berasal dari status sosial tinggi berbeda cara memandang suatu permasalahan yang
ada dalam masyarakat dengan hakim yang berasal dari lingkungan status sosial menengah atau rendah.
b. Profesionalisme Profesionalisme yang meliputi knowledge pengetahuan, wawasan dan skills
keahlian, keterampilan yang ditunjang dengan ketekunan dan ketelitian merupakan faktor yang mempengaruhi cara hakim mengambil keputusan
masalah profesionalisme ini juga sering dikaitkan dengan kode etik di lingkungan peradilan, oleh sebab itu hakim yang menangani suatu perkara
dengan berpegang teguh pada etika profesi tentu akan menghasilkan putusan yang lebih dapat dipertanggungjawabkan.
Keputusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dan telah dilaksanakan, dijadikan sebagai dokumen yang dinamakan yurisprudensi.
Dokumen ini banyak mengandung nilai-nilai hukum yang telah diperlukan dan bahkan tidak sedikit yang berlandaskan pada pertimbangan-pertimbangan
kemanusiaan, agama, adat dan filsafat hukum. Pada hakekatnya dengan adanya pertimbangan
–pertimbangan tersebut diharapkan nantinya dihindari sedikit mungkin putusan hakim menjadi batal demi hukum
van rechtswege nietig atau null and void karena kurang pertimbangan hukum. Selanjutnya setelah fakta-fakta dalam persidangan tersebut diungkapkan, pada
putusan hakim kemudian akan dipertimbangkan terhadap unsur-unsur dari tindak pidana yang telah didakwakan oleh jaksa penuntut umum.
III. METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Masalah
Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematis, dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu
atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisannya.
1
Pendekatan masalah yang digunakan untuk memberikan petunjuk pada permasalahan yang
akan dibahas dan dapat dipertanggungjawabkan, maka penulis melakukan dengan cara pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris.
a. Pendekatan yuridis normatif adalah dilakukan dengan cara mempelajari buku-
buku, bahan-bahan bacaan literatur peraturan perundang-undangan yang menunjang dan berhubungan sebagai penelaahan hukum terhadap kaidah yang
dianggap sesuai dengan penelitian hukum tertulis. Penelitian normatif dilakukan terhadap hal-hal yang bersifat teoritis asas-asas hukum, dasar
hukum dan konsep-konsep hukum. b.
Pendekatan yuridis empiris yaitu pendekatan yang dilakukan dengan mengadakan penelitian di lapangan terhadap pihak-pihak yang dianggap
mengetahui permasalahan yang berhubungan dengan penelitian.
1
Soerjono Soekanto. Op. Cit., hlm.43
B. Sumber dan Jenis Data
Sesuai dengan pendekatan masalah yang telah diuraikan tersebut, maka dapat ditentukan jenis dan sumber data pada penelitian ini adalah:
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. 1.
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari objek penelitian lapangan yang berkaitan dengan permasalahan yang ada dalam penelitian ini
yang dilakukan di Pengadilan Negeri Kelas 1A Tanjung Karang. 2.
Data sekunder merupakan data yang diambil dari studi perpustakaan, yang terdiri dari:
a. Bahan Hukum Primer, meliputi Peraturan-Peraturan, Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana KUHP, Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik, dan Putusan Hakim. b.
Bahan Hukum Sekunder, erat hubungannya dengan bahan hukum primer untuk membantu memahami dan menganalisis seperti buku, literatur, jurnal,
hasil penelitian orang yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas. c.
Bahan Hukum Tersier, meliputi bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum sekunder yang terdiri dari Kamus Hukum,
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Wikipedia, Ensiklopedia dan hal-hal yang berkaitan dengan pokok penelitian.
C. Penentuan Responden
Responden dalam penelitian ini adalah orang-orang yang berhubungan langsung dengan masalah dalam penulisan skripsi ini. Penentuan responden pada penulisan
ini menggunakan metode pengambilan sampel secara purposive sampling yang berarti bahwa dalam penentuannya disesuaikan dengan tujuan yang hendak
dicapai dan dianggap telah mewakili terhadap masalah yang akan diteliti.
2
Sesuai dengan metode penentuan responden yang akan diteliti secara hirarki sebagaimana
tersebut diatas maka narasumber dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hakim Pengadilan Negeri Kelas 1A Tanjung Karang
: 1 orang 2.
Jaksa Kejaksaan Negeri Bandar Lampung : 1 orang
3. Dosen Bagian Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung : 1 orang +
Jumlah : 3 orang
D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data
1.
Prosedur pengumpulan data
Sebagai tindak lanjut dari penelitian ini, maka dalam prosedur pengumpulan data dilakukan dengan cara:
2
Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi, Metode Penelitian Survei, Jakarta, LP3ES, 2000, hlm. 152
a. Studi Kepustakaan digunakan untuk memperoleh data sekunder, dilakukan
melalui serangkaian kegiatan dengan cara membaca, mencatat, dan mengutip literatur-literatur, perundang-undangan, dokument, dan pendapat sarjana dan
ahli hukum yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini.
b. Studi Lapangan berguna untuk memperoleh data primer yang dilakukan
dengan cara wawancara dengan narasumber yang telah direncanakan sebelumnya.
3
2. Pengolahan data
Selanjutnya data yang diperoleh baik dari studi kepustakaan maupun studi lapangan dilakukan pengelompokan. Data yang terkumpul yang telah dilakukan
pengelompokan tersebut menurut jenisnya selanjutnya dilakukan analisis data pengolahan data meliputi:
a. Editing, yaitu data yang diperoleh dari penelitian deperiksa dan diteliti
kembali mengenai kelengkapannya, kejelasannya, dan kebenarannya sehingga terhindar dari kekurangan data dan kesalahan.
b. Interpretasi data, yaitu menghubungkan, membandingkan, dan menguraikan
data serta mendeskripsikan dalam bentuk uraian untuk kemudian ditarik kesimpulan.
c. Sistematisasi data, yaitu penyusunan data secara sistematis sesaui dengan
pokok permasalahan sehingga memudahkan dalam analisis data.
3
Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian hukum, Bandung, Citra Aditya Bakti, 2004 hlm. 171
E. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif, artinya menguraikan data yang diolah secara rinci kedalam bentuk kalimat-kalimat
deskriptif. Analisis kualitatif yang dilakukan bertitik tolak dari analisis yuridis empiris, yang pendalamannya dilengkapi dengan analisis normatif dan analisis
komparatif dengan mengunakan bahan-bahan hukum primer. Berdasarkan hasil analisis ditarik kesimpulan secara induktif, yaitu cara berfikir yang didasarkan
pada fakta-fakta yang bersifat khusus untuk kemudian ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum sehingga kesimpulan tersebut dapat memberikan saran.
V. PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan mengenai permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut: 1.
Dasar pertimbangan hakim dalam memutus perkara penyebaran pornografi. Dalam pertimbangannya hakim cenderung tidak menjatuhkan pidana
maksimum terhadap terdakwa karena melihat kasus ini terjadinya hampir bersamaan dan sikap terdakwa dipersidangan yang sopan dan mengakui
perbuatannya, seharusnya majelis hakim melihat perkara ini sebagai pengulangan kejahatan yang dilakukan terdakwa dimana atas perbuatan
sebelumnya sudah pernah dijatuhi putusan pengadilan sehingga hal itu bisa dijadikan sebagai dasar pertimbangan untuk memberatkan hukuman terhadap
terdakwa karena sudah dikatakan sebagai residivis. 2.
Penerapan sanksi pidana terhadap pelaku penyebaran ponografi. Dalam penerapan pidana Majelis Hakim menggunakan ketentuan Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik sebagai dasar hukum dalam memutus perkara ini. Terdakwa terbukti secara