Adekuasi Hemodialisis TINJAUAN PUSTAKA

b. Interdialytic Time Adalah waktu interval atau frekuensi pelaksanaan hemodialisis yang berkisar antara 2 kaliminggu atau 3 kaliminggu. Idealnya hemodialisis dilakukan 3 kaliminggu dengan durasi 4-5 jam setiap sesi, akan tetapi di Indonesia dilakukan 2 kaliminggu dengan durasi 4-5 jam, dengan pertimbangan bahwa PT ASKES hanya mampu menanggung biaya hemodialisis 2 kaliminggu Gatot, 2003. c. Quick of Blood Blood flow Adalah besarnya aliran darah yang dialirkan ke dalam dialiser yang besarnya antara 200-600 mlmenit dengan cara mengaturnya pada mesin dialisis. Pengaturan Qb 200 mlmenit akan memperoleh bersihan ureum 150 mlmenit, dan peningkatan Qb sampai 400 mlmenit akan meningkatkan bersihan ureum 200 mlmenit. Kecepatan aliran darah Qb rata-rata adalah 4 kali berat badan pasien, ditingkatkan secara bertahap selama hemodialisis dan dimonitor setiap jam Septiwi, 2010. d. Quick of Dialysate Dialysate flow Adalah besarnya aliran dialisat yang menuju dan keluar dari dialiser yang dapat mempengaruhi tingkat bersihan yang dicapai, sehingga perlu di atur sebesar 400-800 mlmenit dan biasanya sudah disesuaikan dengan jenis atau merk mesin. Daugirdas et al. 2007 menyebutkan bahwa pencapaian bersihan ureum yang optimal dapat dipengaruhi oleh kecepatan aliran darah Qb, kecepatan aliran dialisat Qd, dan koefisien luas permukaan dialiser. e. Clearance of dialyzer Klirens menggambarkan kemampuan dialiser untuk membersihkan darah dari cairan dan zat terlarut, dan besarnya klirens dipengaruhi oleh bahan, tebal, dan luasnya membran. Luas membran berkisar antara 0,8-2,2 m². KoA merupakan koefisien luas permukaan transfer yang menunjukkan kemampuan untuk penjernihan ureum. Untuk mencapai adekuasi diperlukan KoA yang tinggi yang diimbangi dengan Qb yang tinggi pula antara 300-400 mlmenit Septiwi, 2010. f. Tipe akses vascular Akses vaskular cimino Arterio Venousa Shunt merupakan akses yang paling direkomendasikan bagi pasien hemodialisis. Akses vaskular cimino yang berfungsi dengan baik akan berpengaruh pada adekuasi dialisis Septiwi, 2010. g. Trans membrane pressure Adalah besarnya perbedaan tekanan hidrostatik antara kompartemen dialisis Pd dan kompartemen darah Pb yang diperlukan agar terjadi proses ultrafiltrasi. Nilainya tidak boleh kurang dari -50 dan Pb harus lebih besar daripada Pd serta dapat dihitung secara manual dengan rumus: TMP=Pb – Pd mmHg Pernefri, 2003. 4. Penghitungan Hemodialisis dinilai adekuat bila mencapai hasil sesuai dosis yang direncanakan. Untuk itu, sebelum hemodialisis dilaksanakan harus dibuat suatu peresepan untuk merencanakan dosis hemodialisis, dan selanjutnya dibandingkan dengan hasil hemodialisis yang telah dilakukan untuk menilai keadekuatannya. Adekuasi hemodialisis diukur secara kuantitatif dengan menghitung KtV yang merupakan rasio dari bersihan urea dan waktu hemodialisis dengan volume distribusi urea dalam cairan tubuh pasien Eknoyan et al., 2000; Cronin Henrich, 2010; Jindal Chan, 2006. Konsensus Dialisis Pernefri 2003 menyatakan bahwa di Indonesia adekuasi hemodialisis dapat dicapai dengan jumlah dosis hemodialisis 10-15 jam perminggu. Pasien yang menjalani hemodialisis 3 kaliminggu diberi target KtV 1,2, sedangkan pasien yang menjalani hemodialisis 2 kaliminggu diberi target KtV 1,8. KDOQI 2006 merekomendasikan bahwa KtV untuk setiap pelaksanaan hemodialisis adalah minimal 1,2 dengan target adekuasi 1,4. Penghitungan KtV dapat dilakukan dengan menggunakan rumus Daugirdas sebagai berikut: NKF-KDOQI, 2000 KtV = -LnR –0,008t+4–3,5RxBB pre dialisis–BB post dialisis BB post dialisis Keterangan: K: Klirens dialiser yaitu darah yang melewati membran dialiser dalam mLmenit Ln: Logaritma natural R: Ureum post dialisisUreum pre dialisis t: lama dialisis jam V: volume cairan tubuh dalam liter laki-laki 65 BBberat badan dan wanita 55 BBberat badan Konsensus Dialisis Pernefri 2003 menyatakan bahwa adekuasi hemodialisis diukur secara berkala setiap bulan sekali atau minimal setiap 6 bulan sekali. Secara klinis hemodialisis dikatakan adekuat bila keadaan umum pasien dalam keadaan baik, merasa lebih nyaman, tidak ada manifestasi uremia dan usia hidup pasien semakin panjang.

D. Status Gizi

1. Definisi Gizi dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses yang terlibat dengan asupan dan penggunaan bahan-bahan makanan. Gizi yang cukup dibutuhkan untuk pertumbuhan, perbaikan dan perawatan aktivitas-aktivitas dalam tubuh Rospond, 2008. Gizi yang tidak memadai dapat diakibatkan dari kurangnya makanan. Namun yang lebih umum, malnutrisi diakibatkan dari penggunaan nutrien yang tidak mencukupi oleh karena penyakit akut atau kronik dan perawatannya. Sebagai akibat dari malnutrisi, individu-individu terpapar pada resiko morbiditas dan mortalitas yang meningkat dari perubahan-perubahan pada fungsi organ akhir. Secara umum, keadaan defisiensi gizi dapat dikategorikan sebagai keadaan yang melibatkan malnutrisi energi protein atau keadaan yang diakibatkan dari kekurangan mikronutrien Rospond, 2008. Nutrisi pada hemodialisis penting untuk menurunkan komplikasi dan meningkatkan kualitas hidup pasien Gunes, 2013. Status gizi memiliki peran yang penting pada kualitas hidup pasien dialisis. Studi menekan bahwa ada hubungan antara parameter antropometri dan penanda nutrisi dengan adekuasi hemodialisis Stolic et al., 2010. Malnutrisi adalah faktor utama terjadinya morbiditas dan mortalitas pada pasien hemodialisis. Penelitan di Kairo tahun 2005 melaporkan bahwa 20- 60 pasien hemodialisis mengalami malnutrisi Azar et al., 2007. Penelitian lain yang dilakukan pada pasien di rumah sakit Riyadh Al Kharj tahun 2004 menunjukan hasil bahwa 45 pasien yang memiliki BMI23,6 menunjukan adanya resiko mortalitas yang tinggi Al Makarem, 2004. Data dari konsensus Eropa juga menunjukan bahwa terdapat hubungan yang erat antara malnutrisi dengan adanya kormobiditas dan inflamasi pada pasien dialisis Locatelli et al., 2002. Malnutrisi energi protein adalah komplikasi malnutrisi tersering pada pasien hemodialisis Galland et al., 2001. Penelitian Al-Saedy dan Al Kahichy 2011 pada 86 pasien hemodialisis di lima rumah sakit di Baghdad menunjukan bahwa dialisis dengan waktu 6,4±1,9 jamminggu dengan nilai KtV 1,02±0,2 mengakibatkan malnutrisi pada 63,5 pasien dengan 45,9 mengalami malnutrisi sedang dan 17,6 mengalami malnutrisi berat. 2. Tujuan Tujuan-tujuan dari pengkajian status gizi adalah Rospond, 2008: a. Menyediakan data untuk mendesain rencana asuhan gizi yang akan mencegah dan atau mengurangi malnutrisi; b. Menciptakan data patokan awal untuk mengevaluasi kebehasilan asuhan gizi; c. Mengidentifikasi individu-individu yang kurang terawat atau berada pada resiko terbentuknya malnutrisi. 3. Pengukuran Pengukuran status gizi didefinisikan oleh American Society of Enteral and Parenteral Nutrition sebagai “evaluasi komprehensif untuk mendefinisikan status gizi, termasuk riwayat medis, riwayat diet, pemeriksaan fisik, pengukuran-pengukuran antropometri dan data- data laboratorium”. NKF-KDOQI 2000 merekomendasikan pengukuran antropometri sebagai alat pengukur status gizi pasien hemodialisis. Pengukuran antropometri tersebut meliputi pengukuran Indeks Massa Tubuh IMT, Skinfold Thickness, dan Lingkar Lengan Atas LLA.

Dokumen yang terkait

Gambaran Pola Makan Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisa Rawat Jalan Di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009

10 89 75

Hubungan Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisis Terhadap Sensitivitas Pengecapan di Klinik Spesialis Ginjal dan Hipertensi Rasyida Medan

3 100 81

Gambaran self-care management pasien gagal ginjal kronis dengan hemodialisis di wilayah Tangerang Selatan tahun 2013

6 44 186

PERBEDAAN KADAR NATRIUM SERUM PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK PRE DAN POST HEMODIALISIS RSUD ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2012

13 35 58

PERBEDAAN KADAR KALIUM SERUM PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK PRE-HEMODIALISIS DAN POST-HEMODIALISIS DI INSTALASI HEMODIALISIS RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG 2011

9 45 68

PERBEDAAN KADAR SERUM BESI & TIBC BERDASARKAN LAMA MENJALANI HEMODIALISIS PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI INSTALASI HEMODIALISIS RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG 2012

2 17 78

PERBEDAAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK PRE-HEMODIALISIS DAN POST-HEMODIALISIS DI RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG DESEMBER 2012

33 109 56

PERBEDAAN KADAR LIMFOSIT PRE DAN POST HEMODIALISIS PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015

0 10 54

HUBUNGAN LAMA MENJALANI TERAPI HEMODIALISIS DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK DI INSTALASI HEMODIALISIS RSUD ABDUL MOELOEK

14 120 64

SKRIPSI Hubungan Asupan Natrium dengan Perubahan Tekanan Darah pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Rawat Jalan yang Menjalani Hemodialisis di RSUD Kabupaten Sukoharjo.

0 5 19