Analisis Tingkat Resiko Bagi Pelaku Agribisnis Kelapa Sawit

(1)

ANALISIS TINGKAT RESIKO BAGI PELAKU AGRIBISNIS

KELAPA SAWIT

SKRIPSI

Oleh:

FRISKA PARDOSI

060304026

AGRIBISNIS

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ANALISIS TINGKAT RESIKO BAGI PELAKU AGRIBISNIS KELAPA SAWIT

SKRIPSI

OLEH:

FRISKA PARDOSI 060304026 AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara Disetujui Oleh: Komisi pembimbing

Ir. Luhut Sihombing, MP Ir. Lily Fauziah, MSi Ketua Anggota

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRAK

FRISKA PARDOSI (060304026/ AGRIBISNIS) dengan judul skripsi ‘Analisis Tingkat Resiko Bagi Pelaku Agribisnis Kelapa Sawit”. Penelitian ini dibimbing oleh Ir. Luhut Sihombing, MP sebagai ketua komisi pembimbing dan Ir. Lily Fauziah, Msi sebagai anggota komisi pembimbing. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2010.

Penelitian bertujuan untuk menganalisis resiko- resiko yang dihadapi pelaku agribisnis kelapa sawit baik Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat maupun Perkebunan Kelapa Sawit Negara, mengidentifikasi upaya- upaya yang perlu dilakukan oleh pelaku agribisnis kelapa sawit dalam memitigasi resiko. Metode penelitian yang digunakan adalah secara purposive yaitu di Desa Gunung Rintis Kecamatan STM.Hilir Kabupaten Deli Serdang dan PTPN.IV Kebun Adolina dengan alasan PTPN-IV merupakan salah satu perkebunan negara yang paling besar dengan luas areal 8.965 ha dan Desa Gunung Rintis memiliki jumlah petani sawit yang layak untuk diteliti.

Pengambilan sampel petani rakyat dilakukan dengan metode Simple

Random Sampling dan pengambilan sampel perkebunan negara dilakukan dengan

metode Purposive dengan pertimbangan PTPN IV merupakan salah satu perkebunan dengan produktifitas yang tinggi. Sampel petani rakyat ditentukan dengan rumus Slovin dan didapat 55 sampel. Resiko- resiko yang dihadapi pelaku agribisnis kelapa sawit baik Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat maupun Perkebunan Kelapa Sawit Negara dianalisi dengan metode analisis deskriptif dan disertai dengan analisis finansial sebagi pendukung. Upaya- upaya yang perlu dilakukan oleh pelaku agribisnis kelapa sawit dalam memitigasi resiko dianalisis dengan metode analisis deskriptif.

Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan: Terdapat beberapa resiko yakni resiko teknis dan resiko non teknis. Resiko teknis menyangkut penyediaan bibit, seleksi bibit, penanaman, pemberian pupuk, penanaman tanaman penutup tanah/ LCC(Land Cover Crop), serangan hama, penyakit dan gulma dan kesalahan pemanenan. Resiko non teknis menyangkut lembaga permodalan, manajemen keuangan dan SDM, kebijakan pemerintah, AMDAL, hubungan dengan masyarakat, lembaga perkumpulan petani sawit rakyat dan penyuluhan serta menyangkut track dan keadaan politik. Dari resiko tersebut diketahui dampak resiko yakni rendahnya produksi 9,3 ton/ha dan penerimaan petani rakyat yaitu 5.128.024. Upaya-upaya dalam memitigasi resiko adalah memilih bibit yang unggul dan bersertifikat, pemeriksaan kadar hara tanah, pemeliharaan tanaman yang baik, penambahan alat pengangkutan, adanya lembaga permodalan, membentuk lembaga/ organisasi untuk kelapa sawit dan pengaktifan kerja penyuluh.

Kata kunci: analisis tingkat resiko, resiko teknis, resiko non teknis, penerimaan, upaya.


(4)

RIWAYAT HIDUP

Friska Pardosi, lahir tanggal 18 Juni 1988 di Medan, anak pertama dari lima bersaudara dari Ayahanda P. Pardosi dan Ibunda R.br. Simbolon.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut: pada tahun 1994 masuk sekolah dasar di SD.ST.Antonius VI Medan tamat tahun 2000. Tahun 2000 masuk sekolah lanjutan tingkat pertama di SLTP.Trisakti I Medan tamat tahun 2003. Tahun 2003 masuk sekolah menengah atas di SMAN. 14 Medan tamat tahun 2006.

Pada tahun 2006 diterima di Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur SPMB. Bulan Maret 2009 mengikuti

IMTGT Varsity Carnival di Perlish, Malaysia, Bulan Juni 2009 mengikuti International Youth Camp di Medan, Indonesia. Bulan Mei 2010 melaksanakan

penelitian skripsi di PTPN IV Kebun Adolina dan Desa Gunung Rintis Kecamatan STM. Hilir Kabupaten Deli Serdang. Bulan Juli 2010 melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Desa Tanah Pinem, Kecamatan Tanah Pinem, Kabupaten Dairi.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, kasih dan anugerahnya yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Analisis Tingkat Resiko Bagi Pelaku Agribisnis Kelapa Sawit ‘’. Tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Terciptanya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan arahan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP selaku ketua komisi pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk mengajar, dan membimbing serta memberi masukan yang sangat berharga dalam penyusunan skripsi ini, Ibu Ir. Lily Fauziah, Msi selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak membukakan wawasan secara detail, yang mengayomi dan memberikan masukan yang sangat berarti kepada penulis, Dr. Ir. Salmiah, MS selaku sekretaris Departemen SEP, FP-USU yang telah memberikan kemudahan dalam perkuliahan, seluruh staf pengajar dan pegawai di departemen SEP, FP USU terutama Kak Lisbeth, Kak Runi dan Kak Yani atas saran-saran yang diberikan dalam melancarkan semua administrasi, teman-teman saya yang paling teristimewa; Yeni, Ester, Tycha, Vicha, Rani dan Pasti, kakak senior yang telah membantu selama perkuliahan; Kak Julia, k’echi, k’nova, k’nency, k’vidya, k’kepsel, k’darma semua senior yang membantu penulis, all my friend in IMTGT seminar team, semua anggota


(6)

NHKBP Simpang Marindal terlebih-lebih kepada seluruh sampel di Desa Gunung Rintis, Bapak Barus ketua gapoktan, Ibu Asni penyuluh perkebunan dan bapak selaku KJF perkebunan STM.Hilir, Asisten Uda Pardosi dan Bapak Tumanggor, Ibu Pohan yang telah melancarkan administrasi dan semua staf PTPN.IV Kebun Adolina yang telah membantu penulis dalam melengkapi data-data yang dibutuhkan selama penelitian.

Segala hormat dan terima kasih secara khusus penulis ucapkan untuk ayahanda P. Pardosi dan ibunda R. Simbolon atas semua semangat dan dukungannya baik secara materi, moril maupun doa yang diberikan kepada penulis selama menjalani perkuliahan, kepada tante-tanteku dan opungku tersayang yang tak pernah henti-hentinya menanyakan skripsi ini, seluruh keluarga, kakanda Fandi Mulia S yang selalu mensupport, mendoakan, menemani dan membantu penulis dalam meyelesaikan skripsi ini. Kepada adik-adikku tersayang Francisco, Roy, Mey, Jos juga Renaldi dan Pargaulan atas dukungan dan doanya, semoga kalian bisa dan harus lebih dari apa yang kuraih.

Terima kasih setulusnya penulis sampaikan kepada seluruh teman-teman Agribisnis FP USU stambuk 2006 dan semua jurusan dan stambuk di FP USU yang membantu dan memberikan motivasi. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini bermanfaat.

Medan, Oktober 2010


(7)

DAFTAR ISI

Hal RINGKASAN... RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I. PENDAHULUAN... I.1. Latar Belakang... I.2. Identifikasi Masalah... I.3. Tujuan Penelitian...5 I.4. Kegunaan Penelitian... BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN

KERANGKA PEMIKIRAN... II.1. Tinjauan Pustaka...

II.1.1. Tinjauan Teknis... II.1.2. Tinjauan Ekonomi... II.1.3. Resiko Yang Ditimbulkan Agribisnis Kelapa Sawit... II. 2. Landasan Teori... II.2.1 Teori Probabilitas... II.2.2. Teori Pendapatan... II.3. Kerangka Pemikiran... II.4. Hipotesis Penelitian... BAB III. METODE PENELITIAN... III.1.Metode Penentuan Daerah Penelitian... III.2. Metode Pengambilan Sampel... III.3. Metode Pengambilan Data... III.4. Metode Analisis Data... III. 5. Defenisi dan Batasan Operasional...

III.5.1. Defenisi... III.5.2. Batasan Operasional...

i ii iii v vii ix x 1 1 5 5 6 7 7 7 14 17 18 18 20 21 25 26 26 26 27 27 29 29 31 v


(8)

BAB IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL... IV.1.Deskripsi Daerah Penelitian... IV.2.Tata Guna Lahan... IV.3. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin... IV.4. Keadaan Penduduk Menurut Umur... IV.5. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan... IV.6. Keadaan Penduduk Menurut Sosial Budaya dan Ekonomi... IV.7. Sarana dan Prasarana... IV.8. Karakteristik Petani Sampel... BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN...

V.1. Resiko Yang Dihadapi Perkebunan Rakyat Dan Perkebunan Negara...

V.1.1. Resiko Teknis... V.1.2. Resiko Non Teknis... V.1.3. Dampak Pada Penerimaan Petani... V.2. Upaya Yang Perlu Dilakukan Dalam Memitigasi Resiko... KESIMPULAN DAN SARAN... Kesimpulan... Saran... DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

32 32 33 34 37 37 39 40 42 43 43 43 56 63 69 72 72 73


(9)

DAFTAR TABEL

No Judul Hal

1 Kadar Asam Lemak Bebas... 20 2 Tata Guna Lahan Daerah Penelitian Tahun 2010... 33 3 Penggunaan Lahan Kelapa Sawit PTPN.IV Tahun 2010... 34 4 Karakteristik Penduduk Desa Gunung Rintis Berdasarkan Jenis

Kelamin Pada Tahun 2009... 35

5 Karakteristik Tenaga Kerja di Perkebunan PTPN IV Kebun Adolina Tahun 2010...

36 6 Komposisi Penduduk Desa Gunung Rintis Berdasarkan Umur Tahun

2009... 37

7 Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Gunung Rintis Tahun 2009...

38

8 Gambaran Keadaan Sosial Menurut Suku Budaya di Desa Gunung Rintis...

39

9 Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Di Desa Gunung Rintis Tahun 2009...

40

10 Sarana dan Prasarana di Desa Gunung Rintis Tahun 2009...

41

11 Karateristik Petani Sampel di Desa Gunung Rintis tahun 2009...

42

12 Jenis Resiko Teknis Yang Potensial di Perkebunan Rakyat Desa Gunung Rintis dan PTPN IV Kebun Adolina...

44

13. Perbedaan Ciri Fisik Kecambah Dan Bibit Liar Dan Unggul...

46

14 Pengamatan Terhadap Kerapatan Buah di PTPN IV Kebun Adolina...

48

15 Kebutuhan Pupuk Di Pembibitan Pre-Nursery Dan Main Nursery PTPN IV Kebun Adolina...


(10)

16 Pemupukan Pada TBM (Tanaman Belum Menghasilkan) PTPN IV Kebun Adolina...

50

17 Kadar Mutu Minyak Kelapa Sawit di PTPN IV Kebun Adolina...

53

18 Resiko Non Teknis Yang Dihadapi Petani Rakyat Dan Perkebunan Negara...

54

19 Rata-Rata Pendapatan Bersih Agribinis Kelapa Sawit Per Petani dan Per Hektar Desa Gunung Rintis Tahun 2010...

61

20 Nilai Rata-rata B/C, R/C, BEP Produksi, BEP Harga di Desa Gunung Rintis...

62

21 Biaya Produksi dan Produksi PTPTN IV Kebun Adolina dalam Menghasilkan TBS per Mei Tahun 2010...

63

22 BEP Harga PTPN. IV Kebun Adolina per Mei Tahun 2010...


(11)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal

1 Gambar 1. Pohon Kelapa Sawit dan TBS... 7 2 Gambar 2. Bagan Nilai Tambah Kelapa Sawit... 15 3 Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran... 24 4 Gambar 4.Grafik Perbedaan Produksi Tbs Perkebunan Rakyat Dan

Perkebunan Negara... 68


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Hal

1 Karakteristik Petani Kelapa Sawit Rakyat Di Desa Gunung Rintis... 77 2 Penggunaan bibit per petani di Desa Gunung Rintis tahun 2010... 79 3 Penggunaan Pupuk Dan Herbisida Per Petani Per Tahun Sebelum

Menghasilkan Buah Pasir Di Desa Gunung Rintis... 81 4 Penggunaan Pupuk Dan Herbisida Per Petani Per Tahun Setelah

Menghasilkan Buah Pasir di Desa Gunung Rintis... 85 5 Penggunaan Alat Mesin Pertanian Per Petani Per Tahun Di Desa

Gunung Rintis... 89 6 Penggunaan Tenaga Kerja Per Petani Per Tahun Di Desa Gunung

Rintis... 93 7 Biaya produksi Agribisnis Kelapa Sawit per petani Desa Gunung

Rintis tahun 2010... 96 8 Produksi Tandan Buah Segar di Desa Gunung Rintis per Petani... 104 9 Produksi Tanaman dan Prediksi Penerimaan Dan Pendapatan Petani

Di Desa Gunung Rintis Tahun 2010... 106 10 Perkiraan B/C, R/C, BEP Produksi dan BEP Harga... 108 11 Perkiraan Produksi Dan Biaya Produksi PTPN IV Per Mei 2010 109


(13)

ABSTRAK

FRISKA PARDOSI (060304026/ AGRIBISNIS) dengan judul skripsi ‘Analisis Tingkat Resiko Bagi Pelaku Agribisnis Kelapa Sawit”. Penelitian ini dibimbing oleh Ir. Luhut Sihombing, MP sebagai ketua komisi pembimbing dan Ir. Lily Fauziah, Msi sebagai anggota komisi pembimbing. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2010.

Penelitian bertujuan untuk menganalisis resiko- resiko yang dihadapi pelaku agribisnis kelapa sawit baik Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat maupun Perkebunan Kelapa Sawit Negara, mengidentifikasi upaya- upaya yang perlu dilakukan oleh pelaku agribisnis kelapa sawit dalam memitigasi resiko. Metode penelitian yang digunakan adalah secara purposive yaitu di Desa Gunung Rintis Kecamatan STM.Hilir Kabupaten Deli Serdang dan PTPN.IV Kebun Adolina dengan alasan PTPN-IV merupakan salah satu perkebunan negara yang paling besar dengan luas areal 8.965 ha dan Desa Gunung Rintis memiliki jumlah petani sawit yang layak untuk diteliti.

Pengambilan sampel petani rakyat dilakukan dengan metode Simple

Random Sampling dan pengambilan sampel perkebunan negara dilakukan dengan

metode Purposive dengan pertimbangan PTPN IV merupakan salah satu perkebunan dengan produktifitas yang tinggi. Sampel petani rakyat ditentukan dengan rumus Slovin dan didapat 55 sampel. Resiko- resiko yang dihadapi pelaku agribisnis kelapa sawit baik Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat maupun Perkebunan Kelapa Sawit Negara dianalisi dengan metode analisis deskriptif dan disertai dengan analisis finansial sebagi pendukung. Upaya- upaya yang perlu dilakukan oleh pelaku agribisnis kelapa sawit dalam memitigasi resiko dianalisis dengan metode analisis deskriptif.

Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan: Terdapat beberapa resiko yakni resiko teknis dan resiko non teknis. Resiko teknis menyangkut penyediaan bibit, seleksi bibit, penanaman, pemberian pupuk, penanaman tanaman penutup tanah/ LCC(Land Cover Crop), serangan hama, penyakit dan gulma dan kesalahan pemanenan. Resiko non teknis menyangkut lembaga permodalan, manajemen keuangan dan SDM, kebijakan pemerintah, AMDAL, hubungan dengan masyarakat, lembaga perkumpulan petani sawit rakyat dan penyuluhan serta menyangkut track dan keadaan politik. Dari resiko tersebut diketahui dampak resiko yakni rendahnya produksi 9,3 ton/ha dan penerimaan petani rakyat yaitu 5.128.024. Upaya-upaya dalam memitigasi resiko adalah memilih bibit yang unggul dan bersertifikat, pemeriksaan kadar hara tanah, pemeliharaan tanaman yang baik, penambahan alat pengangkutan, adanya lembaga permodalan, membentuk lembaga/ organisasi untuk kelapa sawit dan pengaktifan kerja penyuluh.

Kata kunci: analisis tingkat resiko, resiko teknis, resiko non teknis, penerimaan, upaya.


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Agribisnis kelapa sawit mempunyai peranan yang sangat besar dalam perekonomian Indonesia melalui peningkatan nilai tambah, ekspor, pengurangan kemiskinan, dan penciptaan lapangan kerja baru. Produk dari perkebunan kelapa sawit di tingkat kebun berbentuk TBS (Tandan Buah Segar) diolah menjadi produk setengah jadi berbentuk CPO (crude palm oil) dan minyak inti sawit. Kedua produk ini dapat diolah menjadi bermacam-macam produk lanjutan untuk industri makanan seperti minyak goreng, mentega, alkohol, metil serta untuk industri non pangan seperti deterjen, kosmetik, dan lainnya. Selain itu minyak kelapa sawit juga memiliki kandungan kalori, vitamin, asam lemak essensial dan dapat juga digunakan sebagai obat jantung koroner dan kanker (Pahan, 2005).

Agribisnis kelapa sawit memberi prospek yang cerah bagi perekonomian Indonesia. Oleh karena itu agribisnis kelapa sawit perlu dikembangkan. Pengembangan agribisnis ini akan meningkatan pendapatan petani, menyediakan kesempatan kerja bagi lebih dari 2 juta tenaga kerja dan menciptakan produk olahan yang memberi nilai tambah baik melalui penanam modal asing maupun skala perkebunan rakyat. Dari sisi upaya pelestarian lingkungan hidup, kelapa sawit yang merupakan tanaman tahunan berbentuk pohon (tree crops) dapat berperan dalam penyerapan efek gas rumah kaca seperti CO2 dan mampu menghasilkan O2 atau jasa lingkungan lainnya seperti konservasi biodiversity atau eko-wisata(Downey, W. 1992).


(15)

Peluang pengembangan agribinis kelapa sawit cukup terbuka bagi Indonesia, terutama karena ketersediaan sumber daya alam/ lahan, tenaga kerja dan ahli serta iklim yang mendukung. Dengan alasan tersebut Direktorat Pengembangan Perkebunan Departemen Pertanian mengembangkan sebuah visi dalam pengembangan kelapa sawit, yakni: “Pembangunan Sistem dan Usaha Agribisnis Kelapa Sawit yang Berdaya Saing, Berkerakyatan, Berkelanjutan dan Terdesentralisasi”. Pendekatan pengembangan kelapa sawit yang ditempuh adalah mekanisme pasar dimana alokasi sumber daya diarahkan oleh mekanisme

suply dan demand (Anonimus b 2009).

Pengembangan yang mengarah pada mekanisme supply-demand harus dilakukan di seluruh ruang lingkup agribisnis. Ruang lingkup agribisnis sendiri mencakup

up-stream, on-farm dan down-stream atau sering disebut bidang usaha dari hulu

sampai hilir dan pendukungnya. Dengan memperhatikan berbagai potensinya, pengembangan agribisnis kelapa sawit juga mengarah pada pengembangan kawasan industri masyarakat perkebunan melalui pemberdayaan di hulu

(up-stream) dan penguatan di hilir (down-(up-stream). Pengembangan ini dilakukan untuk

meningkatkan kemampuan masyarakat perkebunan dan memberi dukungan bagi setiap pelaku agribisnis agar produk yang dihasilkan dari agribisnis kelapa sawit semakin meningkat dan berkualitas. Dalam kaitan dengan pengembangan wilayah, pengembangan agribisnis kelapa sawit ke depan tetap berorientasi di sentra-sentra produksi kelapa sawit saat ini, yaitu Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi (Basar, 2009).


(16)

Agribisnis kelapa sawit berkembang secara berkelanjutan bila usaha perkebunan kelapa sawit (on-farm) didukung oleh industri hulunya (up-stream agribusiness) yang berupa pembibitan, usaha pupuk serta dukungan dari industri hilir

(down-stream agribusiness) seperti pengolahan CPO. Selain itu, berbagai kebijakan-

kebijakan seperti pengamanan pasokan bahan baku minyak sawit, larangan ekspor minyak sawit berlebihan dan produk turunannya juga mendukung perkembangan agribisnis kelapa sawit. Agribisnis kelapa sawit juga akan semakin diminati oleh investor karena nilai ekonomi dan nilai jualnya yang cukup tinggi dari produk-produk turunan dari kelapa sawit(Anonimus,c. 2007).

Menurut Basar tahun 2009 semakin banyak produk turunan kelapa sawit menunjukkan tingginya nilai ekonomi agribisnis kelapa sawit. Prospek cerah ini menarik banyak perhatian para pengusaha lain untuk mengalihkan usahanya kepada agribisnis kelapa sawit. Mereka cenderung memproduksi dengan skala besar dan kurang memperhatikan resiko-resiko yang ada. Resiko yang muncul adalah resiko berupa teknis maupun non teknis. Resiko terlihat mulai dari

down-stream hingga up-down-stream yakni sejak pembukaan lahan hingga kepada pemasaran.

Resiko-resiko ini perlu dimitigasi untuk memperkecil tingkat kerugian yang harus ditanggung oleh para pelaku usaha agribisnis kelapa sawit. Variasi aktivitas di sektor agribisnis seyogyanya bisa dilihat sebagai potensi munculnya resiko sehingga perlu dilakukan upaya meminimumkan resiko tersebut. Dengan demikian potensi- potensi resiko pada setiap kegiatan dapat dikelola dengan baik.


(17)

Para pelaku agribisnis harus dapat memahami dengan baik setiap tahapan dan akibat yang timbul dari agribisnis kelapa sawit. Pelaku agribisnis perkebunan kelapa sawit tersebut dibagi atas tiga kelompok, yakni perkebunan rakyat, perkebunan besar negara, dan perkebunan swasta sedangkan pelaku agribisnis diluar perkebunan mencakup penyedia sarana produksi, para peneliti dan pemasar. Untuk meningkatkan pemahaman pelaku agribisnis kelapa sawit diperlukan berbagai penyuluhan, serta perhatian pemerintah baik berupa adanya kebijakan pemasaran yang mendukung ataupun kebijakan perbankan. Disamping itu jasa penunjang (litbang, pendidikan, SDM, infrastruktur, dan lain-lain) juga memegang peranan penting dalam pengembangan komoditas tersebut

(Anonimus a, 2009).

Selain para pelaku usaha agribisnis kelapa sawit, pemerintah juga memiliki peran sebagai pendorong terjadinya integrasi kegiatan on-farm dan off- farm serta mengembangkan sistem dan mekanisme untuk mengatasi resiko dan ketidak pastian. Pemerintah harus dapat membina, mengatur dan mengawasi operasi mekanisme sistem agribisnis kelapa sawit secara vertikal. Pembinaan dilakukan oleh pemerintah sebagai upaya untuk memperkuat ikatan keterpaduan antar pelaku (Anonimus b, 2009)

Integrasi pihak- pihak ini dapat membangun agribisnis kelapa sawit sehingga dapat memitigasi resiko yang ada mulai dari pembukaan lahan hingga pemasaran dapat meningkatkan nilai tambah dan pendapatan serta memperkuat posisi Indonesia sebagai penghasil minyak kelapa sawit tersebesar di dunia. Dengan


(18)

memanfaatkan potensi alam, berbagai peluang dan teknologi para pelaku usaha dan investor diharapkan dapat membangkitkan nilai ekonomi kelapa sawit. Untuk itu setiap kegiatan mulai dari pembibitan hingga pemasaran hendaklah dikoordinasikan dengan baik untuk memperkecil resiko sehingga meningkatkan produktifitas dan pendapatan. Alasan inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian mengenai tingkat resiko agribisnis kelapa sawit. Penelitian ini diharapkan memberikan informasi bagi para pelaku serta investor mengenai resiko agribisnis kelapa sawit sehingga mereka dapat mengambil keputusan yang baik untuk mengusahakan agribisnis kelapa sawit tersebut.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan masalah- masalah yang akan diteliti, yaitu:

1) Resiko apa yang dihadapi pelaku agribisnis kelapa sawit baik Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat maupun Perkebunan Kelapa Sawit Negara?

2) Apa upaya yang perlu dilakukan oleh pelaku agribisnis kelapa sawit dalam memitigasi resiko?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:

1) Untuk menganalisis resiko- resiko yang dihadapi pelaku agribisnis kelapa sawit baik Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat maupun Perkebunan Kelapa Sawit Negara.

2) Untuk mengidentifikasi upaya- upaya yang perlu dilakukan oleh pelaku agribisnis kelapa sawit dalam memitigasi resiko.


(19)

1.4. Kegunaan Penelitian

1) Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan instansi terkait dalam pengambilan keputusan untuk meningkatkan produksi kelapa sawit.

2) Sebagai bahan pertimbangan bagi para investor dan petani kelapa sawit pemula dalam mengambil kebijaksanaan untuk mengembangkan sektor perkebunan kelapa sawit.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2. 1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Tinjauan Teknis

Agribisnis kelapa sawit merupakan usaha pemberdayaan komoditi kelapa sawit mulai dari up-stream, on-farm dan down-stream atau sering disebut bidang usaha dari hulu sampai hilir.

Gambar 1. Pohon kelapa sawit dan TBS Sumber: www.google.com

Ditinjau dari segi teknisnya, agribisnis kelapa sawit dibagi atas: 1. Pengadaan Bibit

Pada umumnya tanaman kelapa sawit dikembangbiakkan melalui biji namun sejalan perkembangan teknologi saat ini sudah dapat dilakukan dengan kultur jaringan. Penyedian benih untuk perkebunan skala besar bukanlah hal yang mudah, karena itu pekerjaan ini sering diserahkan kapada instansi yang berwewenang dan memiliki keterampilan seperti Pusat Penelitian Marihat, Balai Penelitian Perkebunan Medan (RISPA), PT. Socfin Indonesia, PT. London Sumatera, dan PT. Dami Mas. Benih yang sering digunakan adalah jenis Tenera yakni persilangan dari Dura dan Psifera ( Fauzi, 2002).


(21)

Adapun penyediaan benih melalui biji didapat dengan cara seleksi dan pengecambahan biji yaitu biji yang telah dipilih dikupas dagingnya dengan pisau lalu dicuci bersih kemudian ditipiskan kulit kerasnya dan direndam di larutan HCl 0,1%. Setelah itu dapat dilakukan pengecambahan baik secara terbuka, pengecambahan dalam peti/ fermentasi, di rumah kecambah/germinator maupun dengan pemanasan kering. Kemudian kecambah disemai di bedengan ± 3 bulan lalu dipindahkan ke dalam polibag . Penyiraman bibit dilakukan dua kali sehari, kecuali apabila jatuh hujan lebih dari 7-8 mm pada hari yang bersangkutan Kebutuhan air siraman ± 2 lt/polybag/hari, disesuaikan dengan umur bibit. Pengadaan bibit melalui kultur jaringan dilakukan dengan memotong jaringan daun muda kemudian disemai dalam media tertentu untuk membentuk kalus primer lalu dipindahkan ke media lain dan membentuk embryoid. Embryoid ini dipindahkan ke tabung lalu muncul tunas- tunas daun, tunas- tunas akar sehingga terbentuk tanaman baru.

Untuk mendapatkan bibit/ benih bersertifikat ada beberapa prosedur yang harus dijalani, yakni pembeli mengajukan surat pesanan yang berisi jumlah benih, jenis benih, waktu pesan, luas lahan dan lokasi penanaman (desa, kecamatan, kabupaten). Lalu dibuat surat perjanjian jual beli, dan perusahaan penyedia benih akan memberikan jawaban tertulis (Fauzi, 2002)

2. Penanaman

Hal utama yang perlu diperhatikan dalam penanaman adalah pembuatan lubang tanamnya. Pembuatan lubang tanam dilakukan seminggu sebelum penanaman jika tidak maka tanah akan tertimbun kembali dan hal ini dapat mengurangi


(22)

produktivitas kerja. Pembuatan lubang tanam harus memperhatikan jenis media yang akan ditanami ada yang tanah mineral ada pula tanah gambut. Pada tanah mineral lubang tanam dibuat dengan ukuran 60cm x 60cm x60cm, sedangkan pada tanah gambut langkah pertama dibuat 100cm x 100cm x 30cm kemudian ditengah lubang tersebut dibuat lagi lubang dengan ukuran 60cm x 60cm x 60cm.

Tujuan penanaman dengan ukuran tersebut adalah mengurangi resiko terjadinya pertumbuhan tanaman miring. Setelah itu bibit diseleksi berdasarkan umur dan tinggi dan disayat bagian bawah polibag dan dimasukkan ke lubang tanam kemudian ditimbun kembali dengan tanah. Kerapatan tanaman juga perlu diperhatikan karena akan mempengaruhi tingkat produksi tanaman kelapa sawit. Jarak tanam yang optimal adalah 9 m untuk tanah datar dan 8,7 untuk tanah gambut. Susunan tanaman diatur seperti segitiga sama kaki karena susunan akan memberikan hasil paling ekonomis yakni 143 pohon per hektar (Pahan, 2005)

3. Penyulaman

Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang mati atau yang pertumbuhannya kurang baik dengan tanaman yang baru. Saat yang baik untuk penyulaman adalah musim hujan dengan menggunakan bibit berumur 12-14 bulan. Cara penyulaman sama dengan penanaman bibit (Fauzi, 2002)

4. Penanaman tanaman sela

Di sela tanaman kelapa sawit dapat ditanami tanaman sela untuk mengurangi penguapan, erosi, dapat menjadi mulsa, pemfiksasi nitrogen dari udara, pengendali gulma,meningkatkan unsur hara dan dapat menambah penghasilan.


(23)

Tanaman sela yang digunakan harus dengan umur pendek dan tidak mengganggu tanaman kelapa sawit tersebut. Jenis tanaman sela yang disering digunakan adalah

calopogonium mucunoides, centrosema pubescens, dan pueraria javanica

(Mangoensoekarjo, 2003)

5. Pemupukan

Pemupukan bertujuan untuk menambah ketersediaan unsur hara agar dapat meningkatkan produktifitas. Defisiensi unsur hara dapat menurunkan produktifitas bahkan dapat menyebabkan kematian tanaman. Pemberian pupuk harus memperhatikan daya serap akar tanaman, cara pemberian dan penempatan pupuk, waktu pemberian serta jenis dan dosis pupuk. Cara pemupukan yang baik adalah dengan membersihkan dahulu piringan dari alang-alang kemudian pupuk ditabur merata mulai 0,5 m dari pohon sampai pinggiran piring (pada lahan datar). Pada lahan berteras pupuk disebarkan pada piringan ± 2/3 dosis di bagian dalam teras dan sisanya dibagian luar.

Waktu pemupukan yang baik adalah saat musim hujan yakni saat tanah dalam kondisi lembab hingga mudah menyerap pupuk. Namun adakalanya pupuk terbawa air hujan, hal ini harus disiasati dengan cara menanam pupuk. Jenis pupuk yang baik digunakan pada Tanaman Belum Menghasilkan adalah SA, TSP, KCl, Kieserite, Borium, NPK. Untuk tanaman umur 3 tahun digunakan ZA, TSP, MOP, Kieserit dan untuk tanaman menghasilkan kurang dari 8 tahun disebar pupuk urea, ZA, MOP sedangkan umur 8 tahun ke atas digunakan ZA, MOP, kieserit, RP.


(24)

6. Pemangkasan

Pemangkasan dilakukan untuk membuang daun-daun tua yang tidak produktif. Pemangkasan dimaksudkan untuk mengurangi penguapan oleh daun, memperlancar metabolisme tanaman, memperbaiki sirkulasi udara sehingga penghalangan pembesaran buah dan buah terjepit tidak terjadi selain itu dapat juga membantu memudahkan proses panen. Pemangkasan dilakukan 6 bulan sekali untuk TBM dan 8 bulan sekali untuk TM. Pemangkasan dilakukan dengan menggunakan dodos, egrek atau kampak. Jumlah pelepah tanaman berumur 3-8 tahun adalah 48-56 dan untuk tanaman lebih dari 8 tahun 40-48 pelepah (Fauzi, 2002)

7. Pengendalian Hama Penyakit

Hama penyakit merupakan salah satu faktor yang paling diperhatikan dalam agribisnis kelapa sawit. Karena adanya hama penyakit secara otomatis akan menurunkan produksi dan bahkan mematikan tanaman. Adapun hama yang sering terdapat di perkebunan kelapa sawit adalah nematoda, tungau, ulat api, ulat kantong, belalang, kumbang, kutu daun, penggerek tandan buah, tikus, dan babi hutan. Sedangkan penyakit yang sering timbul adalahpenyakit busuk pangkal batang/ ganoderma, penyakit daun bibit muda, penyakit akar lunak, penyakit tajuk, busuk pangkal atas, busuk kering pangkal batang, busuk kuncup, garis kuning dan busuk tandan buah. Hama penyakit tersebut dapat dikendalikan secara manual yakni membongkar tanaman, secara kimia menyemprot pestisida dan fungisida yang tepat dengan dosis tepat dan secara musuk alami yakni menyebarkan organisme musuh hama penyakit tetapi tidak mengganggu tanaman pokok (Pahan, 2005)


(25)

8. Panen

Tanaman kelapa sawit mulai berbuah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5 bulan setelah penyerbukan. Yang perlu diperhatikan dalam proses panen adalah kriteria matang panen yakni umur lebih dari 31 bulan, Jumlah pohon yang dapat dipanen per hektar sebanyak 60%, jumlah brondolan yang jatuh ± 10 butir untuk tanaman kurang dari 10 tahun dan 15-20 butir untuk tanaman lebih dari 10 tahun dengan warna kulit buah merah jingga atau dapat juga ditentukan dengan melihat fraksinya yaitu 25%-50% buah luar membrondol dan 50%-75% buah luar membrondol. Panen dilakukan dengan melepaskan tandan buah menggunakan dodos, egrek kemudian dikumpulkan di Tempat Pengumpulan Hasil/TPH. Selain itu perlu diperhatikan rotasi panen, sistem panennya dan kecepatan pengangkuat buah ke pabrik. Rotasi panen yang optimal adalah 7 hari dengan sistem 5/7 yakni 5 hari panen dan masing-masing diulang 7 hari berikutnya. Buah yang telah dipanen harus cepat diangkut ke tempat pengolahan maksimal 8 jam setelah panen karena jika terlalu lama (lebih dari 1 hari) akan meningkatkan kandungan asam bebas/free fatty acid yang pada akhirnya menurunkan kualitas rendemen minyak.

9. Pengolahan hasil

Pengolahan hasil kelapa sawit dilakukan dengan cara perebusan TBS yang terlebih dahulu dimasukkan ke dalam lori pada sterilizer/ketel rebus selam 1 jam dengan suhu 125ºC 2,5 atm. Lalu lori yang berisi TBS diangkat dengan alat

Hoisting crane untuk dibalikkan ke mesin perontok buah(tresher). Dari tresher

dibawa ke mesin pelumat (digester) sambil dipanasi. Setelah itu biji sawit dipisahkan dari hasil lumatan dengan mengaduk selama 25-30 menit lalu diperas/ekstraksi untuk mengambil minyaknya. Minyak sawit yang keluar dari


(26)

proses ekstraksi diolah lagi karena masih berupa minyak sawit kasar yang mengandung kotoran partikel tempurung dan serabut. Minyak kasar tersebut dialirkan ke tangki minyak kasar dan dimurnikan atau diklarifikasikan secara bertahap sehingga menghasilkan minyak sawit mentah/ crude palm oil(CPO). Setelah itu dilakukan proses penjernihan untuk menurunkan kadar air dalam minyak Minyak sawit yang telah dijernihkan ditampung dalam tangki penampungan dan siap dipasarkan. Biji sawit yang tersisa dipecah lalu dikeringkan dalam silo 14 jam pada suhu 50ºC lalu dipisahkan inti sawitnya dengan tempurung. Inti dipisahkan dengan aliran air yang berputar dalam tabung dan dalam keadaan tersebut inti akan mengapung. Selanjutnya inti sawit dicuci dikeringkan pada suhu 80ºC kemudian diekstrasi untuk menghasilkan minyak inti sawit/palm kernel oil/PKO(Fauzi, 2002)

10. Pemasaran

Dalam memasarkan produk kelapa sawit perlu diperhatikan beberapa pola pemasaran secara umum, yakni:

♦ Pola pemasaran perkebunan rakyat

Perkebunan kelapa sawit yang dikelola oleh rakyat memiliki luas lahan yang terbatas yaitu berkisar 1-10 hektar. Dengan luas lahan tersebut, tentunya menghasilkan produksi TBS yang terbatas, untuk mengatasi hal ini maka petani harus menjual TBS melalui pedagang tingkat desa yang dekat dengan lokasi kebun atau melalui KUD, kemudian berlanjut ke pedagang besar hingga ke prosesor/industri pengolah. Berikut pola pemasaran pada perkebunan rakyat.


(27)

♦ Pola Pemasaran Perkebunan Besar Negara dan Swasta

Pemasaran produk kelapa sawit pada perkebunan besar negara (PBN) dilakukan secara bersama melalui Kantor Pemasaran Bersama (KPB), sedangkan untuk perkebunan besar swasta (PBS), pemasaran produk kelapa sawit dilakukan oleh masing-masing perusahaan. Pada umumnya perusahaan besar baik negara maupun swasta menjual produk kelapa sawit dalam bentuk olahan yaitu minyak sawit mentah (CPO) dan minyak inti sawit (PKO). Penjualan langsung kepada eksportir ataupun ke pedagang/industri dalam negeri (Anonimus a, 2009)

2.1.2. Tinjauan Ekonomi

Produk kelapa sawit yang dapat dihasilkan dari minyak sawit sangat banyak Ragam produk turunan akan bervariasi sesuai intensitas modal dan teknologi yang digunakan. Produksi CPO dapat memberikan nilai tambah yang cukup tinggi Nilai tambah tersebut dapat dilihat dari berbagai macam produk turunan minyak kelapa sawit. Minyak sawit dapat dimanfaatkan di berbagai industri yakni industri pangan dan non pangan. Pada industri pangan, minyak sawit yang diproses melalui fraksinasi, rafinasi, dan hidrogenesis menghasilkan minyak goreng, margarin, butter, vanaspati, shortening dan bahan pembuat kue lainnya (Goenadi, 2005)

Pada industri non pangan, minyak kelapa sawit diproses melalui hidrolisis/splitting untuk menghasilkan asam lemak dan gliserin. Asam lemak tersebut diproses lagi melalui hidrogenasi, destilasi, fraksinasi sehingga menghasilkan detergent, bahan softener, tinta, perekat, aspal, industri tekstil dan plastik. Gliserin digunakan dalam industri kosmetika , industri rokok, minyak


(28)

pelincir dan cat. Selain itu bagian kayu, pelepah dan limbah sawit pun dapat memberikan hasil yakni limbah sebagai pupuk dan biogas, kayu untuk furniture, pelepah untuk pulp. Secara skematis nilai tambah kelapa sawit dapat dilihat pada bagan berikut:

Gambar 2. Bagan nilai tambah kelapa sawit Sumber: Goenadi, 2005

Nilai tambah dari berbagai produk turunan yang sangat dibutuhkan ini menjadi daya tarik tersendiri bagi pengusaha sawit. Selain itu harga yang relatif lebih murah dibanding minyak nabati lain dan keterbatasan negara lain dalam memproduksi kelapa sawit menjadi alasan utama pengembangan agribisnis kelapa sawit di Indonesia. Kebutuhan akan minyak sawit ini berdampak pada supply dan demand tingkat dunia. Oleh karena itu, tingkat demand dan supply berpengaruh


(29)

pada harga komoditi kelapa sawit bahkan dapat mempengaruhi komoditi lain dan kurs nilai tukar. Harga minyak kelapa sawit terus mengalami kenaikan sejak akhir tahun 2009. Alasan kenaikan dari sisi produksi adalah terjadinya penurunan produksi minyak sekitar 10% di awal tahun 2010.

Adanya kenaikan harga CPO dunia tersebut juga memaksa harga minyak goreng ikut naik. Selain itu kenaikan harga minyak goreng juga dipicu oleh penghapusan PPn DTP (Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah). Secara umum pergerakan harga minyak sawit domestik searah dengan perkembangan harga minyak sawit di pasar internasional. Selain itu, harga minyak sawit juga mempunyai fluktuasi musiman. Dalam semester 1, harga pada bulan Januari biasanya adalah paling tinggi kemudian turun melandai dalam Februari sampai Mei. Dalam semester 2, penurunan harga yang paling tajam terjadi pada Mei-Juli/Agustus dan naik sampai dengan bulan Januari. (Anonimus b, 2009)

Dengan berbagai peluang baik tingginya kebutuhan dunia akan kelapa sawit maupun kondisi kelapa sawit yang subur di Indonesia, banyak pengusaha yang melakukan ekspor CPO ke berbagai negara. Negara tujuan utama ekspor minyak sawit Indonesia adalah Eropa Barat, India, Pakistan, Cina, dan Jepang. Produk yang diekspor adalah minyak olahan tahap awal seperti RBD palm oil, CPO, dan beberapa produk oleokimia. Sampai saat ini, Indonesia hanya mampu mengekspor bahan mentah kelapa sawit dan mengimpor minyak dalam bentuk jadi seperti olein, sehingga Pemerintah berencana mendorong industri hilir kelapa sawit. Dengan produksi 18 juta ton, Indonesia merupakan penyumbang terbesar


(30)

kebutuhan CPO dengan persentase 50,2 persen dari total produksi sawit dunia dengan penyumbang devisa bagi negara sebesar 13,79 miliar dolar AS.

Menteri Perindustrian mengatakan bahwa pada beberapa tahun ke depan Indonesia akan mengurangi volume ekspor CPO secara bertahap seperti pada tahun 2015 volume yang diekspor hanya sekitar 50% dari total produksi dan pada 2020 menjadi 30% dan sebagaian besar CPO itu dikembangkan menjadi industri hilir. Karena itu pemerintah mencanangkan pengembangan kluster industri berbasis pertanian dan oleochemical di Kuala Enok dan Dumai di Kawasan Industri Dumai (KID), Pelintung, Dumai, Riau (Said, 2010).

2.1.3. Resiko yang ditimbulkan agribisnis kelapa sawit

Resiko dapat terjadi dari adanya penyimpangan-penyimpanan kegiatan agribisnis kelapa sawit, dari struktur kelembagaan serta fasilitas yang ada dan dari pengaruh supply-demand terhadap harga. Resiko yang terjadi akan berdampak pada tidak tercapainya misi dan tujuan dari suatu instansi. Resiko diyakini tidak dapat dihindari tetapi dapat dikurangi dan bahkan dihilangkan melalui manajemen resiko. Peran dari manajemen resiko diharapkan dapat mengantisipasi lingkungan cepat berubah, mengembangkan coorporate governance, mengoptimalkan penyusunan strategic management (Nasution, 2005).

Pengembangan agribisnis kelapa sawit dengan memitigasi resiko- resiko yang ada akan memberikan manfaat apabila para pelaku agribisnis kelapa sawit, perbankan, lembaga penelitian dan pengembangan serta sarana dan prasarana ekonomi lainnya memberikan dukungan dan peran aktifnya. Peran pelaku agribisnis ini dapat diwujudkan dalam pengembangan industri benih yang berbasis teknologi


(31)

dan pasar, peningkatan pengawasan dan pengujian mutu benih, perlindungan plasma nutfah kelapa sawit, pengembangan dan pemantapan kelembagaan petani, pemberian kredit lunak bagi petani sawit (Sukamto,2008)

2.2. Landasan Teori 2.2.1 Teori Probabilitas

Agribisnis kelapa sawit memiliki berbagai resiko yang menjadi tantangan bagi pengusaha kelapa sawit. Mulai dari pengadaan benih hingga pemasaran. Maraknya benih palsu saat ini menyebabkan turunnya produktivitas kelapa sawit petani hingga 50 persen dibandingkan dengan bibit unggul. Banyaknya benih kelapa sawit palsu disebabkan langka dan mahalnya harga benih sawit unggul. Harga benih kelapa sawit unggul mencapai Rp 13.000 – Rp 15.000 per bibit siap tanam. Sedangkan harga bibit palsu sekitar Rp 3.000 - Rp 5.000 per bibit siap tanam. Para penjual benih juga banyak yang memalsukan sertifikat benih sehingga banyak petani yang tertipu Benih palsu tersebut banyak dipakai oleh petani, sedangkan perkebunan besar rata-rata memakai benih unggul (Arsjad,2009).

Penanaman yang kurang baik juga akan memberikan resiko tinggi. Penanaman yang tidak sesuai ukuran lubang tanam dan terlebih lagi pada tanah gambut akan menjadikan pertumbuhan tanaman miring ke salah satu posisi. Kemiringan terjadi karena tanaman yang masih muda belum memiliki struktur akar yang kuat untuk memegang lapisan tanah gambut. Perlakuan penanaman dengan menggunakan lubang hole in hole memang tidak dapat dijamin 100% akan memberikan tanaman yang tegak, tapi setidaknya perlakuan itu dapat mengurangi resiko kemiringan tanaman (Fauzi, 2002)


(32)

Besarnya produksi kelapa sawit sangat tergantung pada berbagai faktor, di antaranya jenis tanah, jenis bibit, iklim dan teknologi yang diterapkan. Kelapa sawit dapat tumbuh baik pada jenis tanah Podzolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu, Alluvial atau Regosol, tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara sungai. Tingkat keasaman (pH) yang optimum untuk sawit adalah 5,0- 5,5. Kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, datar, berdrainase (beririgasi) baik dan memiliki lapisan solum cukup dalam (80 cm) tanpa lapisan padas. Kemiringan lahan pertanaman kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari 15o. Dalam keadaan yang optimal, produktivitas kelapa sawit dapat mencapai 20-25 ton TBS/ha/tahun atau sekitar 4-5 ton minyak sawit. Produktivitas kebun sawit rakyat rata-rata 16 ton Tandan Buah Segar (TBS) per ha, sementara potensi produksi bila menggunakan bibit unggul sawit bisa mencapai 30 ton TBS/ha. Produktivitas CPO (Crude Palm Oil) perkebunan rakyat hanya mencapai rata-rata 2,5 ton CPO per ha dan 0,33 ton minyak inti sawit (PKO) per ha, sementara di perkebunan negara rata-rata menghasilkan 4,82 ton CPO per hektar dan 0,91 ton PKO per hektar, dan perkebunan swasta rata-rata menghasilkan 3,48 ton CPO per hektar dan 0,57 ton PKO per hektar(Anonimus c, 2009).

Penentuan kriteria panen dan pengangkutan juga sangat mempengaruhi kualitas hasil kelapa sawit. Apabila pemanenan buah dilakukan dalam keadaan kelewat matang, maka minyak yang dihasilkan mengandung ALB (Asam Lemak Bebas) dalam prosentase tinggi. TBS yang kelewat matang dan belum matang akan membeikan penurunan rendemen minyak sehingga kualitasnya akan menurun dan nilai jual akan menurun pula.


(33)

Tabel 1.Kadar Asam Lemak Bebas

Lama menginap(hari) Rendemen Minyak Terhadap buah(%)

ALB (%)

0 50.44 3.90

1 50.60 5.01

2 50.73 6.09

3 48.66 6.90

Sumber: Fauzi, 2002

Mutu tandan buah segar yang baik untuk diolah adalah tandan buah segar yang menghasilkan asam lemak bebas ≤ 5% pada minyak sawit, 3,5% pada minyak inti sawit. Kadar kotoran 0,5% pada minyak sawit dan 0,02% pada minyak inti sawit (Fauzi, 2002).

Industri pengolahan kelapa sawit juga dapat memberikan resiko cukup penting yakni limbah sawit dalam jumlah besar sebagai sisa dari proses produksi. Limbah sawit bila tidak dimanfaatkan akan menimbulkan kerusakan lingkungan yang berdampak pada kelangsungan kehidupan masyarakat disekitar kebun. Namun bila dimanfaatkan maka akan menimbulkan nilai tambah berupa pupuk yang dapat dialirkan ke kebun. Hal ini harus menjadi hal yang perlu diperhitungkan sebelum melakukan usaha pengolahan minyak sawit (CPO) karena akan berdampak terhadap produksi dan pendapatan.

2.2.2 Teori Pendapatan

Resiko yang ada pada agribisnis kelapa sawit akan dimitigasi dengan upaya-upaya pemitigasian resiko. Upaya yang dilakukan haruslah memberikan produktifitas yang optimal. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan mengurangi biaya atau meningkatkan penerimaan karena pendapatan merupakan penerimaan dikurang biaya. Secara skematis pendapatan dapat ditulis dengan:


(34)

Pd = TR- TC dimana: Pd= Pendapatan

TR= Total Penerimaan

TC= Total Cost(Soekartawi, 1995)

Dari sisi Penerimaan, dapat ditingkatkan melalui peningkatan jumlah produksi. Dari sisi biaya dapat dilakukan dengan meminimisasi peneluaran sepewrti pembelian pupuk, pestisida dengan asumsi kebutuhan optimum dari setiap tanaman tetap terpenuhi atau dengan kata lain kualitas TBS tidak berkurang. Dengan cara demikian maka pendapatan diharapkan akan dapat meningkat.

2.3. Kerangka Pemikiran

Agribisnis kelapa sawit dikembangkan bukan hanya untuk mencari profit tetapi juga keberlangsungan ‘sustainable’ dari berbagai produk hasil dari kelapa sawit tersebut. Produk kelapa sawit sangat luas penggunaannya dalam bidang industri, seperti industri makanan, farmasi, kosmetik, logam, dan tinta cetak. Produksi dari industri makanan, farmasi dan kosmetik berhubungan langsung dan erat kaitannya dengan kebutuhan sehari-hari manusia. Oleh karena itu, para pelaku agribisnis harus berusaha sebaik mungkin agar menghasilkan TBS sebagai produk utama kelapa sawit dengan baik dan berkualitas tinggi.

Pelaku agribisnis yang diteliti adalah perkebunan negara dan perkebunan rakyat. perkebunan negara. Kedua pelaku usaha ini melakukan agribisnis kelapa sawit yang dimulai dari pembukaan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, panen, pengolahan hingga pemasaran. Agribisnis kelapa sawit terdiri dari

up-stream, on-farm, dan down-stream. Upstream agribisnis meliputi sub agribisnis


(35)

agribisnis meliputi subsistem produksi yakni pemupukan, pemberantasan hama penyakit dan panen. Sedangkan Downstream meliputi sub sistem agribisnis pasca produksi dan pemasaran yakni pengolahan TBS dan pemasaran produk akhir dari kelapa sawit. Sedangkan subsistem agribisnis pendukung atau penunjang terdapat di upstream, on-farm, downstream seperti bank, penyedia bibit di upstream, peneliti hasil di on-farm, LSM, lembaga marketing di downstream. Dalam agribisnis kelapa sawit mulai dari upstream hingga down stream muncul beberapa resiko baik dari segi teknis maupun non teknis. Resiko teknis yaitu resiko-resiko yang timbul dari kesalahan atau penyimpangan budidaya, pengolahan dan pemasaran. Sedangkan resiko non teknis adalah resiko diluar resiko teknis seperti iklim, masalah kredit macet perkebunan, dan fluktuasi harga TBS di pasar. Berbagai resiko tersebut menimbulkan kerugian yakni menurunnya produksi kelapa sawit sehingga penerimaan yang diperoleh rendah. Dalam perkebunan kelapa sawit, resiko – resiko tersebut perlu diminimisasi agar tidak memberi pengaruh buruk yang besar pada setiap kegiatan agribisnis kelapa sawit dan pada produksinya. Untuk itu diperlukan upaya -upaya untuk memitigasi resiko tersebut.

Upaya upaya tersebut dapat dilakukan dengan mengoordinasikan setiap tahapan usaha sehingga dapat diperoleh produksi yang optimal dan memberikan pendapatan yang tinggi. Selain itu dengan tidak mengabaikan syarat-syarat utama tahapan budidaya, peningkatan pendapatan juga dapat dilakukan dengan memperkecil biaya atau meningkatkan penerimaan ataupun melakukan kedua-duanya. Dengan upaya tersebut diharapkan agribisnis kelapa sawit yang dijalankan oleh para pelaku agribisnis dapat memberikan hasil yang berkuantitas dan berkualitas tinggi. Kualitas TBS yang baik tentunya akan memberikan produk


(36)

turunan yang baik pula sehingga harga jualnya pun akan tinggi. Harga jual yang tinggi akan memberikan pendapatan yang tinggi bagi pelaku agribisnis tersebut. Keseluruhan kegiatan ini merupakan sebuah informasi bagi pelaku agribisnis dan para investor yang akan menanamkan modalnya di sektor ini. Informasi mengenai semua tahapan agribisnis, resiko yang timbul, biaya yang perlu dikeluarkan serta upaya pemitigasiannya akan membantu para pelaku agribisnis dan investor dalam mengambil keputusan untuk melakukan agribisnis kelapa sawit dengan baik atau memilih untuk tidak berinvestasi sama sekali.


(37)

PELAKU AGRIBISNIS KELAPA SAWIT

AGRIBISNIS KELAPA SAWIT

Upstream

Resiko teknis Produksi menurun

On farm

Resiko non teknis Pendapatan menurun Down stream

Upaya pemitigasian resiko

Peningkatan Produksi danPendapatan

Informasi

Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan:

= Menyatakan hubungan/ bagian = Menyatakan pengaruh


(38)

2.4. Hipotesis Penelitian

Dari keterangan berbagai referensi diatas, maka dapat disimpulkan hipotesis dari penelitian ini, yakni:

1) Terdapat beberapa resiko yang dihadapi pelaku agribisnis baik perkebunan negara maupun perkebunan rakyat.

2) Terdapat berbagai upaya yang perlu dilakukan oleh pelaku agribisnis kelapa sawit dalam memitigasi resiko.


(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

3. 1. Metode penentuan daerah penelitian

Penelitian ini dilakukan di 2 (dua) daerah yakni PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Adolina dan Desa Gunung Rintis Kecamatan STM (Senembah Tanjung Muda) Hilir Kabupaten Deli Serdang. Metode penentuan daerah penelitian ditentukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa PTPN-IV merupakan salah satu perkebunan negara yang paling besar dengan luas areal 8.965 ha dan Desa Gunung Rintis memiliki jumlah petani sawit yang layak untuk diteliti.

3.2. Metode pengambilan sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah pelaku agribisnis kelapa sawit di desa Gunung Rintis dan perkebunan nusantara yang ada di Sumatera Utara. Menurut Dinas Penyuluhan STM. Hilir jumlah populasi petani kelapa sawit di Desa Gunung Rintis sebanyak 120 KK. Sampel dalam penelitian ini ada 2 kelompok yakni petani kelapa sawit rakyat di Desa Gunung Rintis Kecamatan STM. Hilir dan PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Adolina.

Pengambilan sampel petani rakyat dilakukan dengan metode Simple Random

Sampling dengan pertimbangan petani kelapa sawit di desa Gunung Rintis sangat

jarang diteliti. Pengambilan sampel perkebunan nusantara dilakukan dengan metode Purposive dengan pertimbangan PTPN IV merupakan salah satu perkebunan dengan produktifitas yang tinggi.


(40)

Jumlah petani sawit rakyat yang akan diteliti ditentukan dengan rumus Slovin:

n = 2

1 Ne N

+

dimana: n = ukuran sample N = ukuran populasi e = error term yakni 10% (Supriana, 2009)

dari rumus tersebut didapatkan jumlah sampel adalah 55 petani. Penetapan sampel akan dilakukan secara acak.

3.3. Metode Pengambilan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer seperti biaya-biaya produksi, harga jual, penerimaan dan resiko yang dihadapi diperoleh dari petani sawit/ responden di Desa Gunung Rintis dan asisten tanaman PTPN IV melalui wawancara langsung dan dengan menggunakan quesioner yang telah disiapkan. Sedangkan data sekunder seperti luas lahan, jumlah populasi dan karakteristik daerah dan karakteristik petani diperoleh dari dinas/ instansi terkait yaitu BPS Sumatera Utara, Dinas Perkebunan Deli Serdang, Kantor Direksi PTPN IV, Kantor Unit Kebun Adolina PTPN IV dan Kantor Penyuluh STM. Hilir.

3.4 Metode Analisis Data

Untuk menguji hipotesis 1 digunakan analisis deskriptif dan dilengkapi dengan analisis finansial. Hipotesis 1 akan dijawab dengan cara mendeskripsikan resiko- resiko yang dihadapi petani sawit di daerah penelitian, mentabulasi resiko- resiko tersebut menurut potensi dan perbedaan perlakuannya Tingkat resiko dilihat


(41)

secara umum dari hasil produksi PTPN dan perkebunan rakyat. Selain itu, dikumpulkan data finansial dari petani dan perusahaan untuk melihat seberapa besar dampak resiko terhadap pendapatan dan berapa besar harga impas optimal dari TBS rakyat.

Analisis finansial dilakukan dengan menghitung: 1. Pendapatan

π = TR – TC

Dimana: π = Pendapatan;

TR = Total Revenue (total penerimaan) TC = Total Cost (total biaya).

2. Return Cost Ratio

Untuk melihat apakah agribisnis kelapa sawit menguntungkan.

R/C = ) ( ) ( TC Biaya Total TR TBS Penjualan Penerimaan Total

Dimana : R/C = Return Cost Ratio Total Penerimaan(TR) = Py . y

TC = Total Biaya

Dengan kriteria R/C > 1, maka usaha untung; jika R/C = 1, maka usaha tidak untung dan tidak rugi; jika R/C < 1, maka usaha rugi.

3. Benefit Cost Ratio (B/C)

Untuk melihat perbandingan antara tingkat keuntungan yang diperoleh dengan total biaya yang dikeluarkan selama pengelolaan tanaman kelapa sawit.

B/C = ) ( ) ( TC Biaya Total Keuntungan Tingkat π

Dimana : B/C = Benefit Cost Ratio

Tingkat Keuntungan(π ) = Jumlah keuntungan/ benefit (TR-TC) TC = Total Biaya


(42)

4. Break Even Poin(BEP)

Untuk melihat pada tingkat produksi dan harga TBS berapa usaha tersebut tidak memberikan keuntungan.

BEP Produksi =

) ( arg )) ( Py Penjualan a H TC Biaya Total

BEP Harga =

) ( Pr )) ( y oduksi Total TC Biaya Total

Dimana: BEP Produksi = Titik impas produksi (kg) BEP Harga = Titik impas harga (Rp ) TC = Total Biaya

Py = Harga penjualan

Q atau y = Jumlah TBS yang diproduksi (Fauzi, 2002)

Untuk menguji hipotesis 2 digunakan analisis deskriptif yaitu dengan mendeskripsikan upaya-upaya apa saja yang dapat dilakukan dalam memitigasi resiko- resiko yang muncul pada agribisnis kelapa sawit tersebut baik bagi petani rakyat maupun bagi perusahaan besar.

3.5. Definisi dan Batasan Operasional 3.5.1 Defenisi

1. Resiko adalah potensi terjadinya suatu peristiwa baik yang dapat diperkirakan maupun yang tidak dapat diperkirakan yang dapat menimbulkan dampak merugikan, membahayakan bagi pencapaian tujuan. 2. Mitigasi adalah tindakan terencana dan berkelanjutan agar dapat

mengurangi dampak dari suatu kejadian atau kegiatan.

3. Mitigasi Resiko adalah suatu tindakan terencana dan berkelanjutan yang dilakukan oleh pemilik kegiatan agar dapat mengurangi dampak dari suatu


(43)

kejadian yang berpotensi merugikan atau membahayakan pemilik kegiatan tersebut.

4. Tingkat Resiko adalah besar resiko dari suatu agribisnis kelapa sawit yang dilihat dari hasil produksi kelapa sawit seluruhnya.

5. Agribisnis kelapa sawit adalah upaya meningkatkan hasil kelapa sawit melalui kegiatan upstream atau hulu hingga downstream atau hilir mencakup semua subsistem yang tercakup yang dimulai sejak pembukaan lahan hingga pemasaran..

6. Up-stream Agribusiness / Agribisnis Hulu adalah kegiatan pengusahaan

kelapa sawit mulai dari tahap paling awal meliputi pembukaan lahan, penyiapan bibit, sarana produksi dan aspek kelembagaan hingga penanaman.

7. On-farm Agribusiness/ Proses Produksi adalah semua kegiatan mengenai

produksi menyangkut pemeliharaan kebun kelapa sawit mulai dari tahap pemupukan, penyiangan, pemberantasan hama penyakit hingga panen. 8. Off-farm Agribusiness adalah semua usaha diluar kegiatan pemeliharaan

atau perawatan kebun kelapa sawit.

9. Down-stream Agribusiness/ Agribisnis Hilir adalah semua kegiatan

pengolahan hasil dan pemasaran yakni pengolahan menjadi produk setengah jadi dan produk akhir dan pemasaran.

10.Pelaku agribisnis kelapa sawit adalah semua yang berkaitan dengan usaha peningkatan kuantitas dan kualitas kelapa sawit. Dalam hal ini hanya petani rakyat dan perkebunan negara.


(44)

11.Reactive decision making adalah suatu pengambilan keputusan yang kurang bijaksana dalam suatu manajeman sumber daya.

3. 5. 2 Batasan Operasional

1.Daerah Penelitian adalah Desa Gunung Rintis Kecamatan STM. Hilir Kabupaten Deli Serdang dan PTPN. IV Kebun Adolina.

2.Sampel Penelitian adalah pelaku agribisnis kelapa sawit di tingkat produksi yakni petani kelapa sawit rakyat Kecamatan STM. Hilir Kabupaten Deli Serdang dan PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Adolina.

3.Waktu penelitian adalah tahun 2010.

4.Penerimaan yang dihitung pada penelitian ini adalah penerimaan sebelum pajak, dan belum dihitung ekspor-impor.


(45)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL

IV.1. Deskripsi Daerah Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di 2 daerah yakni Desa Gunung Rintis, Kecamatan STM.Hilir, Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah 3.693 Ha dan PTPN IV Kebun Adolina yang berada di Kabupaten Serdang Bedagai dan Kabupaten Deli Serdang dengan luas areal kelapa sawit 7.996 Ha. Desa Gunung Rintis berada pada ketinggian 190 - 500m dpl dengan suhu rata-rata 25-32° C. Desa ini memiliki jumlah penduduk sebanyak 2.326 jiwa atau 561 KK yang terdiri dari laki-laki 1.169 jiwa dan wanita 1.157 jiwa.

Kecamatan STM.Hilir memiliki jumlah penduduk sebanyak 30.098 jiwa atau 7.257 KK dengan luas wilayah 19.050 Ha. Kecamatan STM. Hilir memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

• Sebelah Utara : Kecamatan Patumbak dan Biru-Biru

• Sebelah Timur : Kecamatan Bangun Purba dan STM. Hilir

• Sebelah Selatan : Kecamatan STM. Hulu

• Sebelah Barat : Kecamatan Biru-Biru

Kabupaten Deli Serdang secara geografis berada pada 2°57’’ lintang utara, 3°16’’lintang selatan dan 98°33’’- 99°27’’ bujur timur dengan luas wilayah 24.977.200 Ha dan ketinggian 0-500 m diatas permukaan laut.


(46)

PTPN. IV Kebun Adolina berada di Kabupaten Serdang Bedagai tepatnya di pinggiran jalan raya Medan-Pematang Siantar dengan jarak 38 km dari Medan yang dikelilingi oleh 21 (dua puluh satu) desa, berada di 6(enam) kecamatan yaitu Perbaungan, Pantai Cermin dan Pegajahan di Kabupaten Serdang Bedagai dan Kecamatan Galang, Bangun Purba, STM. Hilir di Kabupaten Deli Serdang. Topografi tanah keadaan datar dengan ketinggian ±15 m diatas permukaan laut. (PTPN IV Selayang Pandang).

IV.2. Tata Guna Lahan

Penggunaan lahan Desa Gunung Rintis menurut fungsinya terdiri dari kebun kelapa sawit, ladang, sawah, tanah bangunan, wakap. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2. Tata Guna Lahan Desa Gunung Rintis Tahun 2010

no jenis penggunaan tanah luas(ha) presentase (%)

1. Kebun Kelapa Sawit 1.068 27,05

2. Ladang 2.840 71,66

3. Sawah 29 0,73

4. Tanah Bangunan 25 0,64

5 Wakap 1 0,02

Jumlah 3.963 100

Sumber: BPS Deli Serdang 2010

Dari Tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan lahan di desa penelitian lebih banyak digunakan untuk ladang yang terdiri dari ladang jagung, hortikultura, palawija dan kebun karet. Untuk lahan kelapa sawit sebesar 1.068 Ha dengan presentase 27,05%, untuk lahan sawah sebesar 29 Ha dengan presentase 0,73%, untuk tanah bangunan sebesar 25 Ha dengan presentase 0,64%, untuk wakaf sebesar 1 Ha dengan presentase 0,02%. Sebahagian besar penduduk Desa


(47)

Gunung Rintis bermata pencaharian dari sektor perkebunan yakni kebun rakyat kelapa sawit yang luasnya lebih besar dibanding dengan luas lahan hortikultura di ladang per komoditi.

Pada perkebunan PTPN IV areal /lahan ditanami dengan kelapa sawit dan kakao. Untuk lahan yang ditanami kelapa sawit dipergunakan dan dibagi menurut fungsi-fungsinya, yakni:

Tabel 3. Penggunaan Lahan Kelapa Sawit PTPN.IV Tahun 2010

no. Uraian luas (ha) persentase (%)

1. TBM/Tanaman Belum Menghasilkan 2177 0.27

2 TM/ Tanaman Menghasilkan 5095 0.64

3. Tanaman Usia Tua 655 0.08

Total 7927 100

Sumber : PTPN IV Selayang Pandang, 2010

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa perkebunan PTPN IV memiliki lahan kelapa sawit sekitar 7.927 ha dan dipergunakan untuk TBM/Tanaman Belum Menghasilkan dengan luas 2177 ha, TM/ Tanaman Menghasilkan, dengan luas 5095 ha dan Tanaman Usia Tua yang akan direplanting dengan luas 655 ha.

IV.3. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Desa Gunung Rintis memiliki penduduk berjumlah 2.326 jiwa yang terdiri dari 561 kepala keluarga/kk. Di Desa Gunung Rintis ini umumnya penduduk dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada penduduk dengan jenis kelamin perempuan. Untuk lebih jelasnya, data ini dapat dilihat pada tabel berikut:


(48)

Tabel 4. Karakteristik Penduduk Desa Gunung Rintis berdasarkan jenis kelamin pada tahun 2010

no. jenis kelamin jumlah (jiwa) persentase

1. Laki-laki 1.169 50,26

2. Perempuan 1.157 49,74

Total 2.326 100%

Sumber: Kecamatan STM.Hilir dalam angka, 2010

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa jumlah penduduk Desa Gunung Rintis berjumlah 2.326 jiwa dimana Penduduk laki-laki lebih mayoritas dibanding penduduk perempuan. Penduduk laki-laki berjumlah 1.169 jiwa dengan persentase 50,26 % sedangkan penduduk wanita sebanyak 1.157 dengan persentase 49,74%.

Pada perkebunan PTPN IV Kebun Adolina terdapat 1.665 tenaga kerja dengan bagian, tugas kerja dan tanggung jawab yang berbeda-beda. Tenaga kerja di PTPN IV Kebun Adolina menurut jenis kelaminnya dapat didistribusikan atas karyawan pimpinan laki-laki dan perempuan, karyawan pelaksana laki-laki dan perempuan serta tenaga honor laki-laki dan perempuan.

Yang termasuk ke dalam kelompok karyawan pimpinan adalah manajer, asisten kebun dan kepala ADM; karyawan pelaksana adalah karyawan buruh dari afdeling 1-10 dan karyawan kantor sedangkan tenaga honor lebih dikenal dengan buruh harian lepas (BHL). Keterangan lebih lanjut mengenai karakteristik tenaga kerja yang ada di perkebunan PTPN. IV Kebun Adolina dapat dilihat pada tabel berikut:


(49)

Tabel 5. Karakteristik Tenaga Kerja di Perkebunan PTPN IV Kebun Adolina Tahun 2010

no. jenis kelamin pria wanita jumlah(org)

1. Karyawan Pimpinan 19 0 19

2. Karyawan Pelaksana 1198 437 1635

3. Honor 9 2 11

Total 1226 439 1665

Sumber : PTPN IV Selayang Pandang, 2010

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa terdapat 1.226 tenaga kerja pria yang terdiri dari 19 orang pimpinan, 1198 karyawan dan tenaga honor sebanyak 9 orang. Sedangkan tenaga kerja wanita keseluruhan berjumlah 439 orang yang terdiri atas karyawan pelaksana sebanyak 437 orang seperti karyawan administrasi dan kesekretariatan; tenaga kerja honor tetap sebanyak 2 orang. Dilihat dari keseluruhan karyawan pimpinan berjumlah 19 orang, karyawan pelaksana 1635 orang dan tenaga honor atau buruh harian lepas (BHL) hanya 11 orang.


(50)

IV.4. Keadaan Penduduk Menurut Umur

Menurut kelompok umur, penduduk Desa Gunung Rintis dapat dikelompokkan berdasarkan rentang usia dari 0 hingga 60+. Gambaran distribusi penduduk berdasarkan umur disajikan pada tabel berikut:

Tabel 6.Komposisi Penduduk Desa Gunung Rintis Berdasarkan Umur Tahun 2010

no. umur (tahun) jumlah (jiwa) persentase (%)

1. 0-4 128 5,51

2. 5-9 207 8,89

3. 10-14 225 9,67

4. 15-19 247 10,61

5. 20-24 244 10,49

6. 25-29 194 8,34

7. 30-34 180 7,73

8. 35-39 165 7,09

9 40-44 169 7,26

10. 45-49 155 6,66

11. 50-54 149 6,40

12. 55-59 132 5,67

13 60+ 130 5,58

Total 2.326 100%

Sumber: Kecamatan STM.Hilir dalam angka, BPS 2010

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa jumlah penduduk Desa Gunung Rintis paling banyak pada rentang usia 15-19 tahun yakni sebesar 247 jiwa dengan persentase 10,61% dan paling sedikit pada rentang usia 0-4 tahun sebanyak 128 jiwa dengan presentase 5,51%.

IV.5. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Keadaan Penduduk menurut tingkat pendidikan di Desa Gunung Rintis pada tahun 2009 dapat dikelompokkan atas penduduk buta huruf, tidak tamat SD, penduduk tamat SD, penduduk tamat SLTP, penduduk tamat SLTA dan penduduk tamat D1,


(51)

D2& S1. Keadaan penduduk Desa Gunun Rintis menurut tingkat pendidikan disajikan pada tabel berikut:

Tabel 7. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Gunung Rintis Tahun 2010

no. jenis pendidikan jumlah (jiwa) persentase %)

1. Penduduk Buta huruf 629 27

2. Tidak tamat SD 328 14.1

3. Penduduk tamat SD 596 25.6

4. Penduduk tamat SLTP 318 13.7

5. Penduduk tamat SLTA 363 15.6

6. Penduduk tamat D-1, D-2& S1 92 4

Jumlah 2326 100

Sumber: Kecamatan STM.Hilir dalam angka, 2010

Dari tabel tersebut dapat dilihat penduduk yang mendapatkan pendidikan hanya pada tingkat SD sebesar 596 orang dengan presentase 25,6%, tamat SLTP sebesar 318 orang dengan presentase 13,7 %, tamat SLTA sebesar 363 orang dengan presentase 15,6% dan tamat D1, D2-S1 sebesar 92 orang atau 4%. Sedangkan penduduk buta huruf yang paling banyak terdiri dari penduduk yang masih belum sekolah sebanyak 629 jiwa dengan presentase 27%. Dari keterangan di atas diketahui bahwa di Desa Gunung Rintis pendidikan sangat memprihatinkan, banyak masyarakat yang memilih tidak melanjutkan sekolah karena hanya ada sekolah SD dan untuk melanjutkan jenjang pendidikan harus sekolah ke luar daerah.


(52)

IV. 6. Keadaan Penduduk Menurut Sosial Budaya dan Ekonomi

Gambaran keadaan sosial ekonomi penduduk di Desa Gunung Rintis bervariasi dilihat dari segi suku budayanya yakni Jawa, Karo, Tapsel, Toba, Melayu dan Simalungun. Gambaran karakteristik penduduk sosial ekonomi menurut suku budaya dapat disajikan pada tabel berikut:

Tabel 8. Gambaran Keadaan Sosial Menurut Suku Budaya di Desa Gunung Rintis Tahun 2010

no. suku jumlah (jiwa) persentase

1. Jawa 708 30,43

2. Karo 1.316 56,57

3. Tapanuli Selatan 0 0

4. Toba 131 5,64

5. Melayu 4 0,03

6. Simalungun 24 0,18

Jumlah 2326 100%

Sumber: Kecamatan STM.Hilir dalam angka, 2010

Dari tabel 6. diatas dapat diketahui bahwa penduduk Desa Gunung Rintis paling banyak merupakan suku karo yakni sebayak 1.316 dengan persentase 56,57%. Sedangkan suku Jawa 708 orang dengan presentase 30.43%, suku Toba 131 orang dengan presentase 5,64%, suku Simalungun 24 orang dengan presentase 0,18%, dan suku Melayu 4 orang dengan presentase 0,03%.

Mata Pencaharian

Menurut jenis mata pencaharian, penduduk Desa Gunung rintis dapat dikelompokkan dalam 9 kelompok. Distribusi penduduk menurut mata pencaharian di Desa Gunung Rintis tesebut dapat disajikan pada tabel berikut:


(53)

Tabel 9. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Di Desa Gunung Rintis Tahun 2010

no. jenis mata pencaharian jumlah (jiwa) persentase

1. Petani 991 71,91

2. Pedagang 140 10,15

3. PNS 113 8,20

4. Karyawan swasta 69 5

5 Guru 50 3,63

6. Tukang 2 0,14

7. Tenaga Medis 3 0,21

8. TNI 3 0,21

9. Supir 7 0,51

Jumlah 1378 100%

Sumber: Kecamatan STM.Hilir, 2010

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa penduduk Desa Gunung Rintis paling banyak bermata pencaharian sebagai petani yaitu sebanyak 991 orang atau 71,91% dari jumlah penduduk yang sudah bekerja. Sedangkan penduduk Desa Gunung Rintis yang bermata pencaharian sebagai tukang paling sedikit yaitu 2 orang atau 0,14 % dari jumlah penduduk yang sudah bekerja.

IV.7. Sarana dan Prasarana

Desa Gunung Rintis memiliki sarana dan prasarana yang masih kurang dilihat dari segi pendidikan dan kesehatan. Untuk prasarana kesehatan hanya ada 2 klinik kesehatan sedangkan lainnya lebih kepada pengobatan tradisional. Sarana ibadah di daerah ini cukup tersedia dengan baik yakni terdapat 1 mesjid, 1 surau dan 5 gereja. Di Desa Gunung Rintis juga terdapat gapoktan/ gabungan kelompok tani yang secara tidak langsung menjadi sebuah wadah organisasi seperti koperasi simpan pinjam bagi rakyat dalam menyalurkan dana PUAP. Kegiatan dan informasi mengenai pertanian banyak didapat dengan adanya kelompok tani yang


(54)

tergabung dalam gapoktan ini. Sarana dan Prasarana Desa Gunung Rintis dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 10. Sarana dan Prasarana di Desa Gunung Rintis pada tahun 2010. no sarana dan prasarana jumlah

1 Pendidikan

SD 3

2 Kesehatan

klinik 2

3. Ibadah

Mesjid 1

Surau 1

Gereja 5

4 Jalan

Aspal 10 km

Kerikil 10 km

Tanah 1 km

Sumber: Kecamatan STM.Hilir dalam Angka. 2010

Kondisi jalan di daerah Gunung Rintis masih tergolong kurang baik. Hal ini terbukti dari masih adanya jalan yang belum di aspal dan berbatu-batu. Hal ini mengakibatkan sulitnya akses transportasi pengangkutan hasil panen kelapa sawit ke pedagang pengumpul/ agen. Kondisi listrik dan telekomunikasi di Desa Gunung Rintis tergolong baik terlihat dari penggunaan listrik di seluruh rumah dan sinyal yang baik di daerah tersebut. Sedangkan fasilitas pendidikan sangatlah minim yakni hanya ada sekolah SD sebanyak 3 unit dan tidak ada sekolah SLTP dan SMU. Penduduk yang ingin melanjutkan pendidikan harus keluar dari desa tersebut.


(55)

IV. 8 Karakteristik Petani Sampel

Petani Sampel pada penelitian ini adalah petani yang mengusahakan sawit yang mengusahakan lahannya sendiri tanpa bantuan dari perusahaan lain atau lebih sering disebut sebagai petani kelapa sawit rakyat. Uraian mengenai karakteristik petani yang menjadi sampel disajikan pada tabel berikut:

Tabel 11. Karateristik Petani Sampel di Desa Gunung Rintis tahun 2010.

no. uraian rataan range

1. Umur (tahun) 41,4 21-62

2. Pendidikan formal (tahun) 9,47 4-15

3. Pengalaman mengusahakan tanaman kelapa sawit

8 3-15

4. Jumlah tanggungan (jiwa) 3 1-6

Sumber: Data yang diolah di lampiran 1

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa penduduk Desa Gunung Rintis memiliki umur rata-rata 41,4 tahun dengan range 21-62 artinya sampel tersebut sebahagian besar masih berada pada usia produktif. Pendidikan petani di Desa Gunung Rintis berada pada kisaran 4-15 tahun dengan rata-rata 9,47 artinya petani sudah ada yang memiliki pendidikan SD, SLTP, SMU dan D1-D3, S1. Pengalaman bertani penduduk Gunung Rintis berada pada kisaran 3-15 tahun dengan rata-rata 8 tahun sedangkan jumlah tanggungan penduduk Desa Gunung Rintis berada pada kisaran 1-6 orang dengan rata-rata 3 orang.


(56)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

V.1. Resiko yang di hadapi Perkebunan Rakyat dan Perkebunan Negara Petani kelapa sawit kebun rakyat di Desa Gunung Rintis Kecamatan STM. Hilir hampir seluruhnya mengusahakan kebun tanpa memperhatikan standar-standar pengusahaan kelapa sawit yang baik. Mereka lebih memilih mengusahakan dengan usaha dan pengeluaran seminim mungkin tanpa memperhatikan resiko yang muncul. Sedangkan PT. Perkebunan Negara IV mengusahakan agribisnis kelapa sawit ini sesuai standar yakni SOP (Standar Operasional Prosedur). Setiap tenaga kerja di PTPN IV wajib melaksanakan tahapan pekerjaan sesuai SOP karena bila tidak mengikuti standar maka perkebunan tersebut akan mengalami resiko-resiko yang cukup merugikan. Resiko-resiko yang menjadi fokus penelitian ini dapat dibagi ke dalam 2 kelompok, yakni : Resiko Teknis dan Resiko Non Teknis. Kedua jenis resiko ini dapat muncul disetiap tahapan agribisnis kelapa sawit baik di up-stream, on-farm maupun down-stream.

V.1.1. Resiko Teknis

Resiko Teknis mengarah kepada hal teknis yang berhubungan langsung dengan usaha budidaya, pengolahan, pemasaran yang pada akhirnya dapat mempengaruhi produksi secara langsung. Resiko yang dihadapi oleh petani rakyat tentunya berbeda dengan resiko yang dihadapi perkebunan. Resiko- resiko yang paling potensial dapat ditabulasikan pada tabel berikut:


(1)

Lampiran 9. Produksi Tanaman dan Prediksi Penerimaan Dan Pendapatan Petani Di Desa

Gunung Rintis Tahun 2010

No Sampel Luas lahan

Usia tanaman Jumlah/Q Harga/P TR TC π

1 2 5 16.800 970 16.296.000 11.608.250 4.687.750

2 2 5 15.200 970 14.744.000 7.807.000 6.937.000

3 0,8 11 84.600 731 61.842.600 20.117.400 41.725.200

4 2 8 82.600 899 74.257.400 19.914.600 54.342.800

5 2,5 15 262.235 552 144.753.720 45.514.250 99.239.470

6 1,5 5 18.040 970 17.498.800 6.960.750 10.538.050

7 1 12 145.766 678 98.829.348 18882600 79946748

8 2,5 10 125.730 790 99.326.700 25.867.000 53.459.700

9 3,5 4 15.400 1070 16.478.000 13.421.600 3.056.400

10 1 11 115.830 731 84671730 20.580.850 64.090.880

11 1 12 145.766 678 98829348 19.553.000 79.276.348

12 2 8 82.600 899 74257400 17.698.000 56.559.400

13 1 5 13.310 970 12910700 7.777.250 5.133.450

14 1 4 5.500 1065 5857500 5.621.700 235.800

15 2 9 104.950 855 89732250 26.087.950 63.644.300

16 2 10 125.180 790 98892200 20.029.000 78.863.200

17 2 7 61.950 896 55507200 16.340.950 39.166.250

18 2 8 85.250 899 76639750 22.665.900 53.973.850

19 2 11 150.480 731 110000880 31.631.600 78.369.280

20 2 5 24.910 970 24162700 12.341.500 11.821.200

21 2 5 21.825 970 21170250 8.617.400 12.552.850

22 0,5 6 24.235 588 14250180 8.614.400 5.635.780

23 0,5 14 136.040 635 86385400 20.558.300 65.827.100

24 0,5 11 91.005 731 66524655 15.660.400 50.864.255

25 2 4 6.600 1070 7029000 7.438.000 -409.000

26 1 6 25.850 761 19671850 8.563.300 11.108.550

27 1 3 0 - 0 5.978.050 -5.978.050

28 1 8 59.510 899 53499490 13.712.800 39.786.690

29 0,5 6 24.235 761 18442835 7.905.500 10.537.335

30 1 10 100.710 790 79560900 17.721.000 61.839.900

31 1 5 13.200 970 12804000 8.192.000 4.612.000

32 1 5 14.300 970 13871000 8.263.500 5.607.500

33 0,5 5 12.575 970 12197750 7.069.000 5.128.750

34 1 10 94.930 790 74994700 17.226.500 57.768.200

35 1 13 168.866 630 106385580 27.122.150 79.263.430

36 2 12 212.910 678 144352980 34.346.150 112.006.830

37 2 14 237.330 588 139550040 40.057.500 99.492.540

38 2 9 104.950 855 89732250 27.139.650 62.592.600

39 2 9 104.670 855 89492850 23.227.700 66.265.150

40 2 9 105.450 855 90159750 30.844.200 59.315.550

41 2 4 6.600 1070 7029000 9.022.900 -1.993.900

42 0.5 8 50.305 899 45224195 10.824.500 34.399.695

43 0.5 6 24.235 761 18442835 7.726.000 10.716.835

44 0.5 6 24.375 761 18549375 7.620.700 10.928.675

45 1 5 14.000 970 13580000 7.779.750 5.800.250

46 1 5 13.200 970 12804000 9.250.750 3.553.250

47 1 6 25.900 761 19709900 9.909.800 9.800.100

48 2 7 61.950 896 55507200 17.313.750 38.193.450

49 2 9 105.820 855 90476100 23.209.100 67.267.000

50 2 8 82.720 899 74365280 22.242.200 52.123.080

51 0.5 10 76.375 790 60336250 13.963.500 46.372.750

52 0,5 6 24.235 761 18442835 8.716.600 9.726.235

53 0,5 11 91.175 731 66648925 15.106.550 51.542.375

54 0,5 10 76.275 790 60257250 13.020.000 47.237.250

55 1 5 13.200 970 12804000 7.242.750 5.561.250

Jumlah 73.8 435 3.931.653 45.354 2.989.740.831 889.627.500 2.098.113.331 Rata-rata 1,34 7,9 72.808 839

Per petani per tahun 9.049 6.980.876,48 2.047.474,1 4.933.402,3 Per ha per tahun 6.744 5.128.024,48 1.525.895,3 3.602.129,1


(2)

Keterangan:

Harga diperoleh dengan menjumlahkan merata-ratakan harga yang diperoleh per tahun panen.

Adapun harga rata-rata per tahun panen tersebut adalah sebagai berikut:

Tahun 2010 : Rp.1070

2009 Jan-Mei = 900 Jun- Agustus = 850 maka 2009 =875

2008= Rp 345

2007= Rp 1.300

2006= Rp 900

2005= Rp 650

2004= Rp 400

2003= Rp 320

2002= Rp 250

2001= Rp 200

2000= Rp 180

1999= Rp 150

1998= Rp 145

Kisaran harga TBS tidak selalu konstan, karena dalam 1 tahun produksi terdapat track sehingga

harga juga berfluktuasi:

P merupakan harga yang diakumulasi hingga tahun produksi saat ini/harga rata-rata.

Q merupakan kisaran jumlah TBS yang diproduksi

TR merupakan penerimaan yakni Harga/P dikali Jumlah/Q

TC merupakan total biaya

Π merupakan keuntungan/ benefit yang didapat hingga tahun produksi saat ini


(3)

Lampiran 10. Perkiraan B/C, R/C, BEP Produksi dan BEP Harga

No TR TC π B/C R/C BEP Produksi(kg) BEP Harga(Rp)

16.296.000 11.608.250 4.687.750 0,4 1,40 10848,8 690,9672619 2 14.744.000 7.807.000 6.937.000 0,88 1,88 7296,26 513,6184211 3 61.842.600 20.117.400 41.725.200 2,07 3,07 18801,3 237,7943262 4 74257400 19.914.600 54.342.800 2,7 3,72 18611,8 241,0968523 5 144753720 45.514.250 99.239.470 2,18 3,18 42536,7 173,5628349 6 17498800 6.960.750 10.538.050 1,51 2,51 6505,37 385,8508869 7 98829348 18882600 79946748 4,23 5,23 17647,3 129,5404964 8 99326700 25.867.000 73.459.700 2,83 3,83 24174,8 205,7345105 9 16478000 13.421.600 3.056.400 0,22 1,22 12543,6 871,5324675 10 84671730 20.580.850 64.090.880 3,1 4,11 19234,4 177,681516 11 98829348 19.553.000 79.276.348 4,05 5,05 18273,8 134,1396485 12 74257400 17.698.000 56.559.400 3,19 4,19 16540,2 214,2615012 13 12910700 7.777.250 5.133.450 0,66 1,66 7268,46 584,3163035 14 5857500 5.621.700 235.800 0,04 1,04 5253,93 1022,127273 15 89732250 26.087.950 63.644.300 2,43 3,43 24381,3 248,5750357 16 98892200 20.029.000 78.863.200 3,93 4,93 18718,7 760,0015977 17 55507200 16.340.950 39.166.250 2,39 3,39 15271,9 263,7764326 18 76639750 22.665.900 53.973.850 2,38 3,38 21183,1 265,8756598 19 110000880 31.631.600 78.369.280 2,47 3,43 29562,2 210,2046784 20 24162700 12.341.500 11.821.200 0,95 1,95 11534,1 495,4435969 21 21170250 8.617.400 12.552.850 1,45 2,45 8053,64 394,8407789 22 14250180 8.614.400 5.635.780 0,65 1,655 8050,84 355,4528574 23 86385400 20.558.300 65.827.100 3,20 4,2 19213,4 151,1195237 24 66524655 15.660.400 50.864.255 3,24 4,24 14635,9 172,0828526 25 7029000 7.438.000 -409.000 -0,05 0,94 6951,4 1126,969697 26 19671850 8.563.300 11.108.550 1,29 2,29 8003,08 331,2688588

27 0 5.978.050 -5.978.050 -1 0 0 -

28 53499490 13.712.800 39.786.690 2,9 3,90 12815,7 230,4284994 29 18442835 7.905.500 10.537.335 1,3 2,33 7388,32 326,2017743 30 79560900 17.721.000 61.839.900 3,4 4,48 16561,7 175,9606792 31 12804000 8.192.000 4.612.000 0,56 1,56 7656,07 620,6060606 32 13871000 8.263.500 5.607.500 0,67 1,67 7722,9 577,8671329 33 12197750 7.069.000 5.128.750 0,72 1,72 6606,54 562,1471173 34 74994700 17.226.500 57.768.200 3,35 4,35 16099,5 181,4652902 35 106385580 27.122.150 79.263.430 2,9 3,92 25347,8 360,613445 36 144352980 34.346.150 110.006.830 3,46 4,46 30230 151,9240524 37 139550040 40.057.500 99.492.540 2,48 3,483 37436,9 168,7839717 38 89732250 27.139.650 62.592.600 2,3 3,30 25364,2 258,5959981 39 89492850 23.227.700 66.265.150 2,8 3,85 21708,1 221,9136333 40 90159750 30.844.200 59.315.550 1,92 2,923 28826,4 292,5007112 41 7029000 9.022.900 -1.993.900 -0,228 0,77 8432,62 1367,106061 42 45224195 10.824.500 34.399.695 3,17 4,17 10116,4 215,1774178 43 18442835 7.726.000 10.716.835 1,38 2,38 7220,56 318,795131 44 18549375 7.620.700 10.928.675 1,43 2,43 7122,15 312,6441026 45 13580000 7.779.750 5.800.250 0,75 1,74 7270,79 555,6964286 46 12804000 9.250.750 3.553.250 0,38 1,38 8645,56 700,8143939 47 19709900 9.909.800 9.800.100 0,9 1,98 9261,5 382,6177606 48 55507200 17.313.750 38.193.450 2,2 3,20 16181,1 279,4794189 49 90476100 23.209.100 67.267.000 2,8 3,89 21690,7 219,3262143 50 74365280 22.242.200 52.123.080 2,3 3,34 20787,1 268,8853965 51 60336250 13.963.500 46.372.750 3,3 4,32 13050 782,8281506 52 18442835 8.716.600 9.726.235 1,1 2,11 8146,36 359,6698989 53 66648925 15.106.550 51.542.375 3,4 4,41 14118,3 165,6874143 54 60257250 13.020.000 47.237.250 3,6 4,62 12168,2 170,6981318 55 12804000 7.242.750 5.561.250 0,7 1,76 6768,93 548,6931818

Total 2.989.740.831 889.627.500 2.098.113.331 107,33 162,82

825.841

29734,96334


(4)

Lampiran 11.

PERKIRAANPRODUKSI DAN BIAYA PRODUKSI PTPN IV PER MEI 2010

BULAN INI SAMPAI DENGAN BULAN INI

Realisasi R K A P Realisasi R K A P

% Thdp RKAP

Luas Areal T.M. (Hektar Rata-rata) : 5.095 5.095 5.095 5.095

J U M L A H K I L O G R A M K I L O G R A M P E R H E K T A R

U R A I A N BULAN INI SAMPAI DENGAN BULAN INI BULAN INI SAMPAI DENGAN BULAN INI

Realisasi R K A P Realisasi R K A P

% Thdp

RKAP Realisasi R K A P Realisasi R K A P

% Thdp RKAP

V O L U M E P R O D U K S

I (KG)

TBS Diolah di Pabrik Sendiri

Milik Kebun Sendiri:

1. - Hasil Kebun Sendiri

9.919.283

9.296.000 34.805.044 33.901.000 102,67

1.946,87

1.824,53 6.831,22 6.653,78 102,67

2. - Pembelian 4.681.060 4.200.000 16.663.030 12.600.000

3. Jumlah Milik Sendiri (1+2) 14.600.343 13.496.000 51.468.074 46.501.000 110,68 2.865,62 2.648,87 10.101,68 9.126,79 110,68 4.

Milik Kebun Seinduk Sawit

Langkat

5. Milik Kebun Seinduk Pabatu

6.

Jumlah TBS Diolah di Pabrik

Sendiri (3+4+5) 14.600.343 13.496.000 51.468.074 46.501.000

TBS Diolah ke Pabrik Lain:

7. Pabrik Kebun Seinduk

8. Pabrik Pihak Ketiga

9.

Jumlah TBS Diolah di Pabrik

Lain (7+8)

Hasil Olahan di Pabrik

Sendiri :

Minyak Sawit

10. Milik Kebun Sendiri 2.398.994 2.245.000 8.423.233 8.187.000 102,89 470,85 440,63 1.653,24 1.606,87 102,89 Milik Kebun Seinduk Sawit


(5)

12. Milik Kebun Seinduk Pabatu 13.

Jumlah Minyak Sawit

( 10+11+12 ) 2.398.994 2.245.000 8.423.233 8.187.000 102,89 470,85 440,63 1.653,24 1.606,87 102,89

Inti Sawit

14. Milik Kebun Sendiri

540.261 469.000 1.837.494 1.712.000 107,33 106,04 92,05 360,65 336,02 107,33 15.

Milik Kebun Seinduk Sawit

Langkat

16. Milik Kebun Seinduk Pabatu

17.

Jumlah Inti Sawit

( 14+15+16 ) 540.261 469.000 1.837.494 1.712.000 107,33 106,04 92,05 360,65 336,02 107,33 18.

Jumlah Minyak + Inti

( 13+17 ) 2.939.255 2.714.000 10.260.727 9.899.000 103,65 576,89 532,68 2.013,88 1.942,89 103,65

Hasil Olahan Dari Pabrik

Seinduk :

19. Minyak Sawit

20. Inti Sawit

21.

Jumlah Minyak + Inti

( 19+20 )

Hasil Olahan Dari Pembelian

22. Minyak Sawit 988.713 861.000 3.564.473 2.583.000

23. Inti Sawit 202.614 168.000 691.272 504.000

24. Jumlah Minyak + Inti (22+23) 1.191.327 1.029.000 4.255.745 3.087.000

Hasil Produksi Milik Sendiri

25. Minyak Sawit (10+19+22) 3.387.707 3.106.000 11.987.706 10.770.000 111,31 664,91 609,62 2.352,84 2.113,84 111,31 26. Inti Sawit (14+20+23) 742.875 637.000 2.528.766 2.216.000 114,11 145,80 125,02 496,32 434,94 114,11 27. Jumlah Milik Sendiri (25+26) 4.130.582 3.743.000 14.516.472 12.986.000 111,79 810,71 734,64 2.849,16 2.548,77 111,79

No Rek

J u m l a h B i a y a

H a r g a P o k o k P e r K i l o g r a m

B I A Y A P R O D U K S I Bulan Ini Sampai Dengan Bulan Ini Bulan Ini Sampai Dengan Bulan Ini

Realisasi R K A P Realisasi R K A P

% Thdp

RKAP Realisasi R K A P Realisasi R K A P

% Thdp RKAP 400-465

BIAYA UMUM

(LM-14) 1.621.665.355 1.306.313.000 5.359.969.561 5.240.839.000 102,27 551,73 481,32 522,38 529,43 98,67

6 BIAYA LANGSUNG

Biaya Tanaman

600.00

Gaji, Tunj. & Bi. Sosial Staf


(6)

601

Biaya Pemeliharaan Tanaman

(LM-14) 4.677.985.426 9.145.255.000 12.135.129.883 20.122.231.000 60,31 1.591,55 3.369,66 1.182,68 2.032,75 58,18

602.00-09

P a n e n

(LM-54) 1.123.001.042 1.183.447.000 4.051.756.005 4.410.434.000 91,87 382,07 436,05 394,88 445,54 88,63

602.10-19

Pengangkutan Ke Pabrik

(LM-55) 551.838.198 529.608.000 1.949.925.758 1.915.265.000 101,81 187,75 195,14 190,04 193,48 98,22 Jumlah Biaya Tanaman 6.462.833.899 10.957.854.000 18.742.547.476 26.858.361.000 69,78 2.198,80 4.037,53 1.826,63 2.713,24 67,32

608.01

Pembelian TBS Non Plasma

(LM-15) 6.932.123.050 5.296.200.000 25.051.215.900 15.888.600.000 157,67 1.480,89 1.261,00 1.503,40 1.261,00 119,22 608.03 Biaya Olah Pembelian TBS 380.474.104 328.632.000 1.359.157.281 985.896.000 137,86 319,37 319,37 319,37 319,37 100,00

609

Penjualan Hasil Tanaman

(LM-15) 0 0 0

600,603-607

Biaya Pengolahan

(LM-16) 741.175.782 1.110.956.000 3.162.215.554 5.306.896.000 59,59 252,16 409,34 308,19 536,10 57,49

JUMLAH BIAYA

LANGSUNG 14.516.606.835 17.693.642.000 48.315.136.211 49.039.753.000 98,52 3.514,42 4.727,13 3.328,30 3.776,36 88,14

JUMLAH BIAYA

PRODUKSI 16.138.272.190 18.999.955.000 53.675.105.772 54.280.592.000 98,88 3.907,02 5.076,13 3.697,53 4.179,93 88,46 490 BIAYA PENYUSUTAN 852.073.762 781.811.000 3.408.295.048 3.127.241.000 108,99 206,28 208,87 234,79 240,82 97,50

Jumlah Bi. Produksi +

Penyusutan 16.990.345.952 19.781.766.000 57.083.400.820 57.407.833.000 99,43 4.113,31 5.285,00 3.932,32 4.420,75 88,95

Biaya Pemeliharaan Tanaman

Per-Hektar. 918.152 1.794.947 2.381.772 3.949.407 60,31 Biaya Tanaman Per-Hektar. 1.268.466 2.150.707 3.678.616 5.271.513 69,78

Dari tabel diketahui

1.

Produksi per Mei 2010

: 9.919.283 kg atau 9.919,3 ton

2.

Luas Tanaman Menghasilkan

: 5095 ha

3.

Produksi/ ha

: 1.946,87 kg/ha

4.

Biaya Produksi + penyusutan per Mei 2010

: Rp. 16.990.345.952

5.

Biaya Produksi/ ha

: Rp. 3.334.710