Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri Pada Narapidana Remaja Di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Anak Tanjung Gusta Medan

(1)

Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri

Pada Narapidana Remaja Di Lembaga Pemasyarakatan

Klas IIA Anak Tanjung Gusta Medan

Christa Gumanti Manik

Skripsi

Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Medan, 2007


(2)

Judul : Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri Pada Narapidana Remaja Di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Anak Tanjung Gusta Medan.

Peneliti : Christa Gumanti Manik

Jurusan : Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun Akademik : 2006/2007

Pembimbing Penguji

... ... Penguji 1 ( Jenny M. Purba, S.Kp, MNS ) ( Jenny M. Purba, S.Kp, MNS )

NIP. 132 258 270 NIP. 132 258 270

... Penguji 2 ( Iwan Rusdi, S.Kp, MNS )

NIP. 132 258 272

... Penguji 3 ( Wardiyah D, S.Kep, Ns )

NIP. 132 315 37

Program studi Ilmu Keperawatan telah menyetujui skripsi ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan Sarjana Keperawatan.

... ...

Erniyati, S.Kp, MNS Prof. dr. Guslihan Dasa Tjipta, Sp.A (K) NIP : 140 105 365 NIP. 140 105 363


(3)

Judul : Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri Pada Narapidana Remaja Di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Anak Tanjung Gusta Medan.

Peneliti : Christa Gumanti Manik Program : S1 Keperawatan

Tahun Akademik : 2006/2007

Email : christamanik@yahoo.com

ABSTRAK

Masa Remaja adalah masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa,dan merupakan masa untuk belajar menjadi orang dewasa. Dalam hubungannya dengan individu lain, remaja akan memperoleh konsep diri. Konsep diri yang positif atau negatif dipengaruhi oleh faktor lingkungan keluarga maupun masyarakat.

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pembentukan konsep diri remaja, dan menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri pada narapidana remaja dengan menggunakan desain deskripsi korelasi, dengan menggunakan teknik purposive sampling sebanyak 80 orang narapidana remaja berpartisipasi dalam penelitian ini. Karakteristik sampel dideskripsikan dengan menggunakan analisa deskriptif untuk menganalisa frekuensi dan persentase. Sedangkan untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri pada narapidana remaja digunakan metode analisis korelasi regresi linear ganda.

Hasil analisis regresi linear ganda menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri berhubungan secara negatif dengan pembentukan konsep diri pada narapidana remaja (r = -0.171) dengan nilai signifikansi yang tidak dapat diterima P= 0.129 ( P>0.05). sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesa penelitian tidak dapat diterima, artinya faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri tidak mempengaruhi pembentukan konsep diri pada narapidana remaja di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Anak Tanjung Gusta Medan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu perawat untuk memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri pada narapidana remaja


(4)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala kasih, rahmat dan pertolongan-Nya yang telah menyertai penulis selama penyelesaian skripsi dengan judul ” Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri pada narapidana Remaja Di Lembaga Pemayarakatan Klas IIA Anak Tanjung Gusta Medan”, yang merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran UniversitaS Sumatera Utara.

Selama proses penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Jenny M.Purba, S.Kp, MNS selaku pembimbing skripsi ini yang senantiasa menyediakan waktu dan memberikan masukan-masukan yang berharga dalam penulisan skripsi ini, Bapak Prof. dr. Gontar A. Siregar, Sp.PD-KGEH selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan, Bapak Prof. dr. Guslihan Dasa Tjipta, Sp. A (K) selaku Pembantu Dekan I Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan, merangkap sebagai Ketua Departemen Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan, Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Ketua Program Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan,. Bapak Iwan Rusdi, S.Kp, MNS, selaku Dosen penguji II dan Ibu Wardiyah D. S.Kep, Ns, selaku dosen penguji III, sekaligus sebagai dosen pembimbing akademik yang telah memberikan dukungan motivasi, kepada penulis dan sekuruh staf pengajar beserta staff administrasi di Program Studi Ilmu


(5)

Badinisin, SH sebagai kepala Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Anak Tanjung Gusta Medan, Ibu Reni dan Bapak Damanik sebagai Staf BIMPAS beserta staf-staf lainnya yang membantu dalam penelitian ini.

Termakasih kepada Ayahanda Marhala Manik, S.Sos dan Ibunda Sere Ida Sihombing tercinta yang selalu memberikan kasinya sepanjang hayat dan motivasi untuk terus mencari ilmu, kakak ku Endang afdelina M.S Manik, SH, beserta abang ipar Boy Agustinus Butar-butar, S.Sos dan Martina R. Manik, SE, adk-adikku Lusya Ester Manik dan David Leo P.Manik, Ricky R.Manik, Asima Sihombing, yang telah memberikan dukungan dalam doa serta perhatian.Sahabat-sahabat sejatiku Herlina Pardosi, Elida Tamba, Emy A.Panjaitan,yang selalu menemani dalam suka dan duka dan Teman seperjuangan PSIK USU 2006, yang banyak memberikan masukan, berbagai pengalaman, ilmu serta teman-teman yang tidak bisa disebutkan namanya, terimakasih.

Semoga segenap bantuan, bimbingan dan arahan yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan berkah dari Tuhan .Harapan penulis, skripsi ini dapat bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan profesi keperawatan

Medan, Nopember 2007 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 4

1.3 Pertanyaan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.4.1 Praktek Keperawatan ... 4

1.4.2 Pendidikan Keperawatan ... 4

1.4.3 Riset Keperawatan ... 4

1.4.4 Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Anak Tanjung Gusta Medan ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Diri ... 6

2.1.1 Pengertian Konsep Diri ... 6

2.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri .... 8


(7)

2.1.4 Aspek-Aspek Konsep Diri ... 12

2.2 Remaja ... 14

2.2.1 Tugas Perkembangan Remaja ... 14

2.3 Konsep Diri Remaja ... 15

2.4 Batasan Usia Remaja ... 17

BAB III KERANGKA PENELITIAN 3.1 Kerangka Konseptual ... 19

3.2 Defenisi Operasional ... 20

3.3 Hipotesa Penelitian ... 21

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desan Penelitian ... 22

4.2 Populasi Dan Sampel ... 22

4.2.1 Populasi ... 22

4.2.2 Sampel ... 22

4.3 Lokasi Penelitian ... 23

4.4 Pertimbangan Etik... 23

4.5 Instrumen Penelitian ... 24

4.5.1 Kuesioner Penelitian ... 24

4.5.2 Reliabilitas Penelitian ... 25

4.6 Pengumpulan Data ... 26


(8)

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian ... 29

5.1.1 Deskripsi Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri Pada Narapidana Remaja ... 31

5.1.2 Deskripsi Pembentukan Konsep Diri ... 33

5.2 Pembahasan ... 35

5.2.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri Terhadap Pembentukan Konsep Diri Pada Narapidana Remaja ... 36

5.2.1 Pembentukan Konsep Diri ... 43

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 46

6.2 Saran ... 46

6.2.1 Praktek Keperawatan ... 46

6.2.2 Pendidikan Keperawatan ... 47

6.2.3 Penelitian Selanjutnya ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 48

LAMPIRAN

1. Surat Izin Penelitian dari PSIK FK-USU

2. Surat Tembusan Departemen Hukum dan HAM Kantor Wilayah Sumatera Utara kepada Lapas Klas IIA Anak Tanjung Gusta Medan


(9)

3. Surat Keterangan Kepala Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Anak Tanjung Gusta Medan

4. Lembar Persetujuan Menjadi Responden 5. Lembar Kuesioner

6. Lembar Realibility 7. Curriculum Vitae


(10)

DAFTAR GAMBAR


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Karakteristik Narapidana

Remaja ... 29 Tabel 5.2 Deskriptif Statistik Pengaruh Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Konsep Diri Pada Narapidana Remaja ... 32 Tabel 5.3 Hasil Uji Regresi Linear Ganda Terhadap Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhi Konsep Diri Pada Narapidana Remaja... 32 Tabel 5.4 Hasil uji regresi liner ganda terhadap hubungan faktor-faktor

yang mempengaruhi konsep diri narapidana remaja... 33 Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Tingkatan Pembentukan

Konsep Diri Pada Narapidana Remaja ... 34 Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Pembentukan Konsep

Diri Pada Narpidana Remaja ... 34 Tabel 5.7 Deskriptif Statistik Pengaruh Faktor-Faktor Yang


(12)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan terhadap orang-orang yang di jatuhi hukuman penjara atau kurungan (hukuman badan) berdasarkan keputusan pengadilan. Dengan kata lain, pelaku kejahatan tersebut terbukti telah melakukan kejahatan dan pelanggaran.

Lembaga Permasyarakatan adalah sebuah instansi terakhir didalam sistem peradilan dan pelaksanaan putusan Pengadilan (Hukum) dan bertujuan untuk pembinaan pelanggar hukum tidak semata-mata membalas tapi juga perbaikan dimana filsafah pemidanaan di Indonesia pada intinya mengalami perubahan seperti apa yang dikandung dalam sistem pemasyarakatan yang memandang narapidana orang tersesat dan mempunyai waktu untuk bertobat (Irwan Panjaitan, 1995). Di Medan khususnya Lembaga Pemasyarakatan KlasIIA Anak Tanjung Gusta jumlah keseluruhan narapidana untuk bulan September Tahun 2007 berjumlah 816 orang, yang berusia 12-21 tahun, dengan kasus terbanyak adalah pemakai narkoba dan pencurian.

Remaja merupakan sosok yang penuh potensi namun perlu bimbingan agar dapat mengembangkan apa yang telah dimilikinya untuk perkembangan bangsa dan negara. Remaja adalah bagian dari masyarakat yang akan bertanggungjawab terhadap kemajuan bangsa. Secara umum dapat diketahui bahwa sikap remaja saat ini masih dalam tahap mencari jati diri. Dimana identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa


(13)

perannya di dalam masyarakat. Sehingga mereka berupaya untuk menentukan sikap dalam mencapai kedewasaan (Hurlock 1991).

Kenyataannya yang sering kita lihat, saat perkembangan remaja menuju kedewasaan mereka tidak dapat selalu menunjukkan siapa dirinya dan apa perannya didalam masyarakat. Hal ini mungkin terjadi karena banyak faktor yang berpengaruh pada diri individu semasa kecil, baik di lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat pada saat dia berkembang. Jika saat individu semasa ia kecil, baik di lingkungan rumah maupun lingkugan masyarakat pada saat ia berkembang. Jika saat individu masih tidak akan mengalami masalah yang berarti dalam upaya menyesuaikan diri terhadap lingkungan (Willis, 1991).

Berkaitan dengan upaya penyesuaian diri ke arah dewasa, biasanya para remaja mengalami kebingungan dalam menemukan konsep dirinya, karena remaja belum menemukan status dirinya secara utuh. Sisi lain yang dimiliki para remaja adalah adanya perasaan sudah besar, kuat, pandai dan telah menjadi dewasa. Tetapi mereka tetap memiliki perasaan ketidak pastiaan dan kecemasan sehingga membutuhkan perlindungan dari orangtua (Kartono, 1995).

Pada kasus remaja yang melakukan tindakan kriminal dan dijebloskan kedalam penjara, pasti anak tersebut merasa tidak berharga dibandingkan dengan anak seusianya, mendapat celaan dari orang lain, merasa tidak punya harapan, merasa gagal sehingga dapat menimbulkan depresi, dan terlebih kurangnya dukungan dari keluarga dia akan menyalahkan dirinya sendiri dan mengangaap tidak ada yang menyayanginya sehingga jika keadaan ini terus menerus berlanjut anak dapat memiliki konsep diri yang negatif, begitu juga dengan anak mantan narapidana saat kembali kemasyarakat, lingkungan sekitarnya pasti berpengaruh,


(14)

adanya penolakan dan tidak diberi kesempatan untuk memperbaiki diri, misalnya dalam kegiatan lingkungan anak tersebut tidak diikut sertakan dalam suatu kegiatan pada hal karena anggotanya sudah cukup, maka anak tersebut akan berpikir negatif “mungkin karena saya bekas narapidana, makanya saya tidak diikursertakan”, akibatnya anak selalu memandang dirinya negatif dan akan mengulang tindakan kriminalnya kembali. Dalam kondisi seperti inilah banyak faktor-faktor yang mempengaruhi dan banyaknya remaja yang merespon dengan sikap dan perilaku yang kurang wajar bahkan amoral, penyalahgunaan obat terlarang, tawuran dan pergaulan bebas (Dahlanm, 2004).

Berdasarkan catatan BNN dilaporkan tingkat penggunaan dan pengedaran narkoba meningkat dalam tahun ke tahun, untuk tahun 2005-2006 khususnya pada anak berusia 16-19 tahun meningkat sebanyak 52% ( Sergap, 25/11/2007)

Berdasarkan hasil penelitian International Labour Organization (ILO) yang dilakukan pada tahun 2005 terhadap tidakan kriminalitas pada anak ternyata 92% anak usia dibawah 18 tahun menjadi pengguna narkoba bahkan terlibat dalam peredaran narkoba. Dalam penelitianya itu disebutkan keterlibatan anak-anak tersebut dalam pembuatan dan peredaran barang haram itu dimulai sejak mereka usia 13 tahun dan 15 tahun (Media Indonesia, 23/6/2006).

Oleh sebab itu konsep diri merupakan hal yang paling penting dalam kehidupan remaja karena konsep diri akan menentukan bagaimana seorang berperilaku. Menurut Fits (1971) konsep diri merupakan aspek penting dalam diri seorang karena konsep diri merupakan kerangka acuan seorang dalam berinterksi dengan lingkunganya dan keluarga.


(15)

Sehingga dari latar belakang inilah peneliti tertarik untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri pada narapidana remaja. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti mencoba menganalisa apakah faktor-faktor yang paling mempengaruhi konsep diri pada narapidana remaja.

1.2 Tujuan Penelitian

Menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri pada narapidana remaja di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Anak Medan

1.3 Pertanyaan Penelitian

“Faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi konsep diri pada narapidana remaja di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Anak Tanjung Gusta Medan”.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah 1.4.1 Praktek Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi bagi perkembangan ilmu keperawatan khususnya praktek keperawatan jiwa dan keperawatan komunitas dalam membina jiwa dan perilaku anak, baik anak yang tidak berperilaku menyimpang dan anak mantan narapidana jika dikembalikan kemasyarakat.

1.4.2 Pendidikan Keperawatan

Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan yang relevan terhadap aspekaspek faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri pada narapidana.


(16)

1.4.3 Riset Keperawatan

Untuk memberikan masukan atau sumber data bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan konsep diri pada remaja dan pengaruhnya terhadap perilaku dan status sosial dimasyarakat

1.4.4 Lembaga Pemasyarakatan Anak

Untuk memberikan masukan bagi lembaga pemasyarakatan anak khususnya dalam membina mental anak sehingga dapat memiliki konsep diri yang positif.


(17)

BAB 2

LANDASAN TEORITIS

2.1 Konsep Diri

2.1.1 Pengertian Konsep diri

Sejak kecil individu telah dipengaruhi dan dibentuk oleh berbagai pengalaman yang dijumpai dalam hubungannya dengan individu lain, terutama orang terdekat, maupun yang didapatkan dalam peristiwa-peristiwa kehidupan, sejarah hidup individu dari masa lalu membuat dirinya memandang diri lebih baik atau lebih buruk dari kenyataan yang sebenarnya (Centi, 1993). Cara pandang individu terhadap dirinya akan membentuk suatu konsep dirinya sendiri. Konsep tentang diri merupakan hal hal yang penting bagi kehidupan individu karena konsep diri menentukan bagaimana individu bertindak dalam berbagai situasi (Calhoun & Acoxcella, 1990). Konsep diri juga dianggap sebagai pemegang peranan kunci dalam pengintegrasian kepribadian individu, didalam memotivasi tingkah laku serta didalam pencapaian kesehatan mental.

Pengharapan mengenai diri akan menentukan bagaimana individu akan bertindak dalam hidup. Apalagi seorang individu berpikir bahwa dirinya bisa, maka individu akan cenderung sukses, dan bila individu tersebut merasa dirinya gagal, maka sebenarnya dirinya telah menyiapkan dirinya untuk gagal. Jadi bisa dikatakan bahwa konsep diri merupakan bagian diri yang mempengaruhi setiap aspek pengalaman baik itu pikiran, perasaan, persepsi dan tingkah laku individu (Calhoun & Acocella, 1990).


(18)

Singkatnya, konsep diri sebagai gambaran mental individu yang terdiri dari pengetahuan tentang drinya sendiri, pengharapan bagi diri sendiri dan penilaian terhadap diri sendiri. Pendapat ahli lain seperti Williams James (1994) membedakan antara ”The I ”, dari yang sadar dan aktif, dan ”The Me”, diri yang menjadi objek renungan kita, menurut James ada dua jenis diri yaitu : ”diri” dan ”aku”. Diri adalah aku sebagaimana dipersiapkan oleh orang lain atau diri sebagai objek ( objectif self), sedangkan aku adalah inti diri aktif, mengamati, berpikir, dan berkehendak (subjectif self) (Sarwono,1997). Sedangkan menurut Rudolph F.Verderber (1984) dalam bukunya ”Communicate” mendefenisikan konsep diri sebagai ” A collection of perception of every aspect of your being: your appearance,physical and mental capabilities vocational potencial, size, strength and forth”. Pendapat yang hampir senada tentang konsep diri dikemukakan oleh William D. Brooks dalam bukunya Speech Communication. Dikatakan ”self concept then, can be defined as those physical, social and psychological perceptions of ourselves that we have derived from experiences and our interaction with others” (Brooks, 1971).

Berdasarkan pendapat ahli diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud konsep diri adalah “semua persepsi kita terhadap aspek diri, aspek fisik, aspek sosial dan aspek psikologis, yang didasarkan pada pengalaman dan interaksi dengan orang lain “dan konsep diri juga merupakan suatu hal yang penting dalam pengintegrasian kepribadian, memotivasi tingkah laku sehingga pada akhirnya akan tercapainya kesehatan mental.


(19)

2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri

Konsep diri terbentuk dalam waktu yang relatif lama, dan pembentukan ini tidak bisa diartikan bahwa reaksi yang tidak biasa dari seseorang dapat mengubah konsep diri (Hardy dan Hayes, 1988). Ketika individu lahir, individu tidak memiliki pengetahuan tentang dirinya, tidak memiliki penilaian terhadap diri sendiri. Namun seiring dengan berjalannya waktu individu mulai bisa membedakan antara dirinya, orang lain dan benda-benda disekitarnya dan pada akhirnya individu mulai mengetahui siapa dirinya, apa yang diinginkan serta dapat melakukan penilaian terhadap dirinya sendiri, (Calhoun dan Acocella, 1990).

Menurut Willey dalam perkembangan konsep diri yang digunakan sebagai sumber pokok informasi adalah interaksi individu dengan oranglain.Baldwin dan Holmes (1990) juga mengatakan bahwa konsep diri adalah hasil belajar individu melalui hubunganya dengan oranglain.

Yang dimaksud dengan ”oranglain” menurut Calhoun dan Acocella (1990) yaitu :

1. Orang tua

Orang tua adalah kontak sosial yang paling awal yang dialami oleh seseorang dan yang paling kuat. informasi yang diberikan oleh orang lain dan berlangsung hingga dewasa (Copersmith dalam calhoun dsan Acocella 1990), mengatakan bahwa anak-anak-anak yang tidak memiliki orangtua, disia-siakan oleh orangtua akan memperoleh kesukaran dalam


(20)

mendapatkan informasi tentang dirinya sehingga hal ini akan menjadi penyebab utama anak berkonsep diri negatif.

2. Kawan Sebaya

Kawan Sebaya menempati posisi kedua setelah orangtua dalam mempengaruhi konsep diri. Peran yang di ukur dalam kelompok sebaya sangat berpengaruh terhadap pandangan individu mengenai jati dirinya sendiri.

3. Masyarakat

Masyarakat sangat mementingkan fakta-fakta yang ada pada seorang anak, seperti siapa bapaknya, ras dan lain-lain sehingga hal ini berpengaruh terhadap konsep diri yang dimiliki seorang individu.

Kemudian Argy dalam Hardy & Hayes (1998) mengatakan bahwa perkembangan konsep diri remaja dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu :

1. Reaksi dari orang lain

Cooley dalam Hardy & Hayes (1998) membuktikan bahwa dengan mengamati pencerminan perilaku diri sendiri terhadap respon yang diberikan oleh orang lain maka individu dapat mempelajari dirinya sendiri. Orang-orang yang memiliki arti pada diri individu (significant other) sangat berpengaruh dalam pembentukan konsep diri.

2. Perbandingan dengan orang lain

Konsep diri yang dimiliki individu sangat tergantung kepada bagaimana cara individu membandingkan dirinya dengan orang lain .


(21)

3. Peranan individu

Setiap individu memainkan peranan yang berbeda-beda dan pada setiap peran tersebut individu diharapkan akan melakukan perbuatan dengan cara-cara tertentu pula. Harapan-harapan dan pengalaman yang berkaitan dengan peran yang berbeda-beda berpengaruh terhadap konsep diri seseorang, Menurut Kuhn dalam Hardy & Hayes (1998) sejalan dengan pertumbuhan individu akan menggabungkan lebih banyak kedalam konsep dirinya.

4. Identifikasi terhadap orang lain

Kalau seorang anak mengagumi seorang dewasa maka anak seringkali mencoba menjadi pengikut orang dewasa tersebut dengan cara meniru beberapa nilai, keyakinan dan perubuatan. Proses identifikasi tersebut menyebabakan individu merasakan bahwa dirinya telah memiliki beberapa sifat dari yang di kagumi.

Berdasarkan uraian diatas, dapat di tarik kesimpulan bahwa individu tidak lahir dari konsep diri. Konsep diri terbentuk seiring dengan perkembagan konsep diri adalah interaksi individu dengan orang lain, yaitu orangtua, kawa sebaya serta masyarakat , Proses belajar yag dilakukan individu dalam pembentuka konsep dirinya diperoleh dengan melihat reaksi-reaksi orang lain terhadap perbuatan yang telah dilakukan, melakukan perbandingan dirinya dengan orang lain, memenuhi harapan-harapan orang lain atas peran yang dimainkan serta melakukan identifikasi terhadap orang yang dikaguminya.


(22)

2.1.3 Jenis-jens Konsep Diri

Menurut Calhoun dan Acocella (1990), dalam perkembangan konsep diri terbagi dua, yaitu konsep diri yang positif dan konsep diri yang negatif. a. Konsep diri positif

Konsep diri positif penerimaan diri bukan sebagai suatu kebanggaan yang besar tentang dirinya, dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri, evaluasi terhadap dirinya sendiri menjadi positif dan dapat menerima keberadaan orang lain. Individu yang memiliki konsep diri positif akan merancang tujuan-tujuan yang sesuai dengan realitas, yaitu tujuan yang memiliki kemungkinan besar untuk dapat dicapai, mampu menghadapi kehidupan didepannya serta mengganggap bahwa hidup adalah suatu proses penemuan.

Singkatnya, individu yang memiliki konsep diri positif adalah individu yang tahu betul siapa dirinya sehingga dirinya menerima segala kelebihan dan kekurangan, evaluasi terhadap dirinya menjadi lebih positif serta mampu merancang tujuan-tujuan yang sesuai dengan realitas.

b. Konsep diri negatif

Calhoun dan Acocella (1990) membagi konsep diri negatif menjadi dua tipe yaitu:

1. Pandangan individu tentang dirinya sendiri benar-benar tidak teratur, tidak memiliki perasaan kestabilan dan keutuhan diri.Individu tersebut benar-benar tidak tahu siapa dirinya, kekuatan dan kelemahan atau yang dihargai dalam kehidupannya.


(23)

2. Pandangan tentang dirinya sendiri terlalu stabil dan teratur. Hal ini bisa terjadi karena individu dididik dengan cara yang sangat keras, sehingga menciptakan citra diri yang tidak mengizinkan adanya penyimpangan dari seperangkat hukum yang dalam pikirannya merupakan cara hidup yang tepat.

Singkatnya, individu yang memiliki konsep diri yang negatif terdiri dari dua tipe, tipe pertama yaitu individu yang tidak tahu siapa dirinya dan tidak mengetahui kekurangan dan kelebihannya, sedangkan tipe kedua adalah individu yang memandang dirinya dengan sangat teratur dan stabil.

2.1.4 Aspek-aspek Konsep diri

Konsep diri merupakan gambaran mental yang dimiliki oleh sesorang individu memiliki tiga aspek yaitu pengetahuan yang dimiliki individu mengengenai dirinya sendiri, pengharapan yang dimiliki individu untuk dirinya sendiri serta penilaian mengenai diri sendiri (Calhoun & Acocella, 1990).

a. Pengetahuan

Dimensi pertama dari konsep diri adalah pengetahuan. Pengetahuan yang dimiliki individu merupakan apa yang individu ketahui tentang dirinya. Hal ini mengacu pada istilah-istilah kuantitas seperti usia, jenis kelamin, kebangsaan, pekerjaan dan lain-lain dan sesuatu yang merujuk pada istilah-istilah kualitas, seperti individu yang egois, baik hati, tengang, dan bertemparemen tinggi.Pengetahuan bisa diperoleh dengan membandingkan diri individu dengan kelompok pembandingnya. Pengetahuan yang dimiliki


(24)

individu tidaklah menetap sepanjang hidupnya, pengetahuan bisa berubah dengan cara merubah tingkah laku individu tersebut atau dengan cara mengubah kelompok pembanding.

b. Harapan

Dimensi kedua dari konsep diri adalah harapan. Selain individu mempunyai satu set pandangan tentang siapa dirinya, individu juga memiliki apa dimasa mendatang Rogers dalam Calhoun & Acocella (1990). Singkatnya, setiap individu mempunyai pengharapan bagi dirinya sendiri dan pengharapan tersebut berbeda-beda pada setiap individu.

c. Penilaian

Dimensi terakhir dari konsep diri adalah penilaian terhadap diri sendiri.Individu berkedudukan sebagai penilai terhadap dirinya sendiri setiap hari. Penilaian terhadap diri sendiri adalah pengukuran individu tentang keadaannya saat ini dengan apa yang menurutnya dapat dan terjadi pada dirinya.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulakan bahwa konsep diri yang dimiliki setiap individu terdiri 3 aspek, yaitu pengetahuan tentang diri sendiri, harapan mengenai diri sendiri dan penilaian mengenai diri sendiri. Pengetahuan adalah apa yang individu ketahui tentang dirinya baik dari segi kualitas maupun kuantitas, pegetahuam ini bisa diperoleh dengan menmbandingkan diri dengan kelompok pembanding dan pengetahuan yang dimiliki individu bisa berubah- ubah . Harapan adalah apa yang individu inginkan untuk dirinya dimasa yang akan datang dan harapa bagi setiap


(25)

orang berbeda-beda. Sedangkan penilaian adalah pengukuran yang dilakukan individu tentang keadaan dirinya saat ini dengan apa yang menurut dirinya dapat terjadi.

2.2 Remaja

2.2.1 Tugas Perkembangan Remaja

Pada remaja terdapat tugas-tugas perkembagan yang sebaiknya dipenuhi menurut Hurlock (1999) semua sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa. Adapun tugas perkembangan remaja itu adalah :

a. Mencapai peran sosial pria dan wanita

b. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita

c. Menerima keadaan fsiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif d. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang dewasa

lainnya

e. Mempersiapkan karir ekonomi untuk masa yang akan datang f. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga

g. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku dan mengembangkan ideologi.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa masa remaja merupakan masa penghubung antara masa anak-anak menuju masa dewasa. Pada masa remaja terdapat berbagai perubahan, di antaranya terjadi perubahan intelektual dan cara berpikir remaja terjadinya perubahan


(26)

fisik yang sangat cepat terjadinya perubahan sosial, dimana remaja mulai berintegrasi dengan masyarakat luas serta pada masa remaja mulai meyakini kemampuannya, potensi serta cita-cita diri. Selanjutnya pada masa remaja terdapat tugas-tugas perkembangan yang sebaiknya dipenuhi sehingga pada akhirnya remaja bisa dengan mantap melangkah ketahapan perkembangan selanjutnya.

2.3 Konsep Diri Remaja

Menuirut Hurlock (1999) pada masa remaja terdapat 8 kondisi yang mempengaruhi konsep diri yang dimilkinya, yaitu :

1. Usia Kematangan

Remaja yang matang lebih awal dan diperlukan hampir seperti orang dewasa akan mengembangkan konsep diri yang menyenagkan sehingga dapat menyesuaikan diri dengan baik.Tetapi apabila remaja matang terlambat dan diperlukan seperti anak-anak akan merasa bernasib kurang baik sehingga kurang bisa menyesuaikan diri.

2. Penampilan Diri

Penampilan diri yang berbeda bisa membuat remaja merasa rendah diri. Daya tarik fisik yang dimiliki sangat mempengaruhi dalam pembuatan penilaian tentang ciri kepribadian seorang remaja.


(27)

3. Kepatutan Seks

Kepatutan seks dalam penampilan diri, minat dan perilaku membantu remaja mencapai konsep diri yang baik. Ketidak patutan seks membuat remaja sadar dari dan hal ini memberi akibat buruk pada perilakunya.

4.

Nama dan julukan

Remaja peka dan merasa malu bila teman-teman sekelompoknya menilai namanya buruk atau bila mereka memberi nama dan julukan yang bernada cemoohan.

5. Hubungan Keluarga

Seorang remaja yang meiliki hubungan yang dekat dengan salah satu anggota keluarga akan mengidentifikasi diriya dengan orang tersebut dan juga ingin mengembangkan pola kepribadian yang sama.

6. Teman-teman Sebaya

Teman sebaya mempengaruhi pola kepribadian remaja dalam dua cara. Pertama, konsep diri remaja merupakan cerminan dari anggapan tentang konsep teman-teman tentang dirinya yang kedua, seorang remaja berada dalam tekanan untuk mengembangkan ciri-ciri kepribadian yang di akui oleh kelompok.

7. Kreativitas

Remaja yang semasa kanak-kanak didorong untuk kreatif dalam bermain dan dalam tugas-tugas akademis, mengembalikn perasaan idividualitas dan identitas yang memberi pengaruh yang baik pada konsep dirinya, sebaliknya,


(28)

remaja yang sejak awal masa kanak-kanak didorong untuk mengikuti pola yang sudah diakui akan kurang mempunyai pasangan identitas dan individualitas.

8.

Cita-cita

Bila seseorang remaja memiliki cita-cita yang realistik, maka akan mengalami kegagalan. Hal ini akan menimbulakan perasaan tidak mampu dan reaksi-reaksi bertahan dimana remaja tersebut akan menyalahkan orang lain atas kegagalannya. Remaja yang realistis pada kemampuannya akan lebih banyak mengalami keberhasilan daripada kegagalan. Hal ini akan menimbulkan kepercayaan diri dan kepuasan diri yang lebih besar yang memberikan konsep diri yang lebih baik.

2.4 Batasan Usia Remaja

Banyak usia remaja yang diungkapkan oleh para ahli. Diantaranya adalah Monks, dkk (1999) yaitu masa remaja awal. masa remaja pertengahan, dan masa remaja akhir. Batasan remaja yang diungkapkan oleh Monks, dkk (1999) tidak jauh berbeda dengan pendapat kartono (1990) yang membagi masa remaja menjadi masa pra pubertas, masa pubertas dan masa adolensi. Monks, dkk (1999) membagi fase-fase remaja menjadi tiga tahap, yaitu :

1. Remaja Awal (12-15 tahun)

Pada rentang ini remaja mengalami pertumbuhan jasmani yang sangat pesat dan perkembangan intelektual yang sangat intensif, sehingga minat anak pada dunia luar sangat besar dan pada saat ini remaja tidak mau dianggap kanak-kanak lagi namun belum bisa meninggalkan pola kekanak-kanak-kanak-kanakannya. Selain itu


(29)

pada masa ini remja belum tahu apa yang diiginkannya, remaja sering merasa sunyi, tagu-ragu, tidak stabil, tidak puas dan merasa kecewa ( kartono, 1990).

2. Remaja Pertengahan ( 15-18 tahun)

Pada rentang ini kepribadian, remaja masih bersifat kekanak-kanakan namun pada usia remaja sudah timbul unsur baru, yaitu kesadaran akan kepribadian dan kehidupan badaniah sendiri. Remaja mulai menemukan nilai-nilai tertentu dan melakukan perenungan terhadap pemikiran filosofis dan etis. Maka, dari perasaan yang penuh keraguan pada usia remaja awal maka pada rentang usia ini mulai timbul kemantapan pada diri sendiri yang lebih berbobot. Rasa percaya diri pada remaja menimbulkan kesanggupan pada dirinya untuk melakukan penilaian terhadap tingkah laku yang telah dilakukanya. Selama ini pada masa ini remaja mulai menemukan diri sendiri atau jati dirinya (Kartono, 1990).

3. Masa Remaja Akhir (18-21 tahun)

Pada rentang usia ini remaja sudah merasa mantap dan stabil. Remaja sudah mengenal dirinya dan ingin hidup dengan pola hidup yang digariskan sendiri, dengan itikad baik dan keberanian. Remaja mulai memahmi arah kehidupannya, dan menyadari tujuan hidupnya. Remaja sudah mempunyai pendirian sendiri berdasarkan satu pola yang jelas yang baru ditemukannya (Kartono, 1990).


(30)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri pada narapidan remaja di Lapas Klas IIA Anak Tanjung Gusta Medan. Konsep diri adalah semua persepsi kita terhadap aspek diri, aspek fisik, aspek sosial dan aspek psikologis, yang didasarkan pada pengalaman dan interaksi dengan orang lain dan konsep diri juga merupakan suatu hal yang penting dalam pengintegrasian kepribadian, memotivasi tingkah laku sehingga pada akhirnya akan tercapainya kesehatan mental. Tingkat kriminalitas yang terjadi pada anak usia remaja merupkan respon yang kurang wajar bahkan amoral pada anak. Dalam konsep dirinya anak tidak dapat menunjukkan siapa dirinya dan apa perannya didalam masyarakat sesuai dengan tugas perkembangannya. Sehingga menimbulkan penyimpangan perilaku dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri :

- Reaksi dari orang lain

- Perbandingan dengan orang lain - Peranan individu

- Identifikasi terhadap orang lain

Konsep diri − Positif − Negatif


(31)

3.2 Defenisi Operasional

Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri adalah aspek-aspek yang berpengaruh terhadap perkembangan pribadi seseorang indivudu mencakup reaksi dari orang lain, perbandingan dengan orang lain, peranan individu, identifikasi terhadap orang lain.

Reaksi dari orang lain adalah respon yang diberikan oleh orang lain dan menghasilkan tanggapan dari diri individu tersebut karena orang yang memberi respon sangat berarti.

Perbandingan dengan orang lain adalah pandangan individu itu sendiri terhadap orang lain sehingga timbul perbandingan.

Peranan individu adalah keikut sertaan individu dengan peran yang berbeda-beda dengan cara-cara tertentu pula.

Identifikasi terhadap orang lain adalah suatu proses melakukan peniruan dan akan menyamakan dirinya dengan seseorang yang dinyatakan memiliki kelebihan darinya.

Konsep diri negatif adalah jika individu meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidup.

Konsep diri positif adalah jika individu, penuh percaya diri, terlihat optimis dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu, juga terhadap kegagalan yang dialaminya.


(32)

3.3 Hipotesa Penelitian

Hasil uji hipotesa menggunakan analisa korelasi regresi linear ganda terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri pada narapidana remaja, menunjukkan bahwa bahwa H0 yang telah ditetapkan ditolak. Lebih lanjut hasil uji hipotesa dapat diraikan sebagai berikut :

a. Reaksi dari orang lain sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi konsep diri pada narapidana remaja.

b. Perbandingan dengan orang lain salah satu faktor yang mempengaruhi konsep diri pada narapidana remaja.

c. Peranan individu sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi konsep diri pada narapidana remaja.

d. Identifikasi terhadap orang lain salah satu faktor yang mempengaruhi konsep diri pada narapidana remaja.


(33)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Metode yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif korelasi yaitu jenis penelitian yang menelaah hubungan antara variabel-variabel pada suatu situasi atau sekelompok subyek (Notoatmojo, 2002). Hal ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi konsep diri pada narapidana remaja di Lapas Klas IIA Anak Tanjung Gusta Medan.

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua narapidana di Lapas Klas IIA Anak Tanjung Gusta Medan dengan jumlah 816 orang.

4.2.2 Sampel

Pada penelitian ini penetuan jumlah sampel dengan tekhnik purposive sampling disebut juga dengan judgemet sampling adalah peneliti mengembangkan kriteria tertentu yang dianggap representatif. Penentuan jumlah sampel minimal yang dibutuhkan 10% dari populasi, sehingga didapat jumlah satu kelompok sampel sebanyak 80 orang (Patricia Ann Dempsey, 2002).


(34)

Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Klien berusia 12-21 tahun,

2. Klien berstatus sebagai narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Anak Tanjung Gusta Medan

3. Bersedia menjadi responden penelitian

4.3 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Anak Tanjung Gusta Medan di Propinsi Sumatera Utara, adapun alasan pemilihan lokasi pada tempat tersebut karena narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Anak Tanjung Gusta Medan terdiri dari usia 12-21 tahun dan merupakan lembaga pembinaan terhadap orang yang dijatuhi hukuman penjara atau kurungan yang terbukti melakukan kejahatan dan pelanggaran. Selain itu, penelitin tentang analisa faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri pada remaja belum pernah dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Anak Tanjung Gusta Medan.

4.4 Pertimbangan etik

Dalam penelitian ini dilakukan pertimbagan etika, yaitu penjelasan kepada calon responden penelitian tentang tujuan penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka responden dipersilahkan untuk menandatangani informed consent. Tetapi jika mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Penelitian ini tidak menimbulkan risiko bagi individu yang menjadi responden, baik risiko fisik maupun psikis. Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrumen dan peneliti memusnahkan instrumen


(35)

penelitian setelah proses penelitian selesai . Data- data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

4.5 Instrumen Penelitian

4.5.1 Kuesioner Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan alat pengumpalan data berupa kuesioner yang sebagian disusun sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada kerangka konsep dan tinjuan pustaka dan sebagian lagi diadopsi dari Azwar (2003). Setelah dimodifikasi terlebih dahulu. Instrumen ini terdiri dari 3 bagian, yaitu kuesioner data demografi, kuesioner data faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri pada narapidana remaja dan kuesioner pembentukan konsep diri.

Kuesioner data demografi terdiri dari suku, usia, pendidikan, agama, pekerjaan, tindakan kriminal yang dilakukan.

Kuesioner data faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri remaja meliputi respon dari orang lain, perbandingan dengan orang lain, peran individu, dan identifikasi terhadap orang lain terdiri dari 15 pertanyaan dan merupakan pertanyaan tertutup (dichotomy ended) dengan pilihan jawaban ”ya” atau ”tidak”. Kuesioner data dalam pembentukan konsep diri meliputi konsep diri negatif dan konsep diri positif terdiri dari 11 pertanyaan, dan merupakan pertanyaan dengan menggunakan skala likert.


(36)

4.5.2 Reliabilitas Instrumen

Kuesioner data faktor–faktor yang mempengaruhi konsep diri perlu di uji reliabilitasnya. Uji reliabilitas ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat kemampuan alat ukur tersebut mengukur secara konsisten sasaran yang akan diukur. Alat ukur yang baik adalah alat ukur yang memberikan hasil yang sama bila digunakan beberapa kali pada kelompok subyek (Ritonga, 1997).

Dalam penelitian ini digunakan uji reliabilitas konsistensi internal karena memiliki kelebihan yaitu, pemberian instrumen hanya satu kali dengan satu bentuk instrumen kepada satu subjek studi (Dempsey & Dempsey, 2002 ; Azwar, 2003).

Menurut Arikunto (2002) uji reliabilitas untuk jenis kuesioner dichotomy dengan jumlah pertanyaan ganjil adalah dengan menggunakan formula KR-20. Hasil uji reliabilitas untuk kuesioner faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri adalah 0.98.

Menurut Nursalam (2001), uji reliabilitas dilakukan terhadap 10 orang respnden. Responden yang diambil untuk uji reliabilitas tersebut harus mampu menggambarkan karakteristik resonden yang disajikan sebagai sampel dalam penelitian.hasil uji reliabilitas untuk kuesioner pembentukan konsep diri terhadap 10 orang responden adalah 0.815, sehingga 10 orang responden yang sudah dijadikan sebagai uji reliabilitas bisa dimasukkan ke dalam sampel karena tidak ada perubahan data kuesioner dan karakteristik responden tidak berubah.


(37)

Menurut Burns & Grove (1993) suatu instrumen dikatakan reliabel bila nilai uji reliabilitas lebih dari 0.70, dengan demikian kuesioner faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri pada narapidana remaja sudah reliabel sehingga layak digunakan dalam penelitian ini.

4.6 Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner atau angket. Pengumpulan data dimulai setelah peneliti mendapat surat izin pelaksanaan penelitian dari institusi pendidikan yaitu Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran USU dan surat izin dari lokasi penelitin yaitu Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Anak Tanjung Gusta Medan. Pada saat pengumpulan data peneliti menjelaskan waktu, tujuan, manfaat dan prosedur pelaksanaan penelitian kepada calon responden dan yang bersedia berpartisipasai diminta untuk menandatangani informed concent. Responden bersedia diwawancarai dengan panduan lembar kuesioner dan diberi kesempatan bertanya apabila ada pertanyaan yang tidak dipahami. Bagi responden yang tidak dapat membaca dan menulis, peneliti mengambil data dengan wawancara dengan berpedoman pada pertanyaan yang terdapat dilembar kuesioner. Setelah selesai, kemudian peneliti memeriksa kelengkapannya. Jika masih ada data yang kurang lengkap, maka dapat langsung dilengkapi. Selanjutnya data yang telah terkumpul dianalisis.

4.7 Analisa Data

Analisa data dilakukan melalui beberapa tahap yang dimulai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan data, kemudian entry (memasukkan) data


(38)

kedalam komputer. Setelah itu mengevaluasi deskriptif statistik, dan tahap selanjutnya melakukan tabulasi data dan analisa data sesuai dengan uji statistik regresi linear ganda.

Pengolahan data demografi dilakukan untuk mendiskripsikan frekuensi dan persentase.

Pengolahan data faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri pada narapidana remaja terdiri dari reaksi dari orang lain, perbandingan dengan orang lain, peranan individu, dan identifikasi terhadap orang lain. Untuk jawaban ” ya” nilainya 1 dan jawaban ”tidak” nilainya 0, dengan jawaban berupa tanda cheklist. Untuk menilai data terhadap pembentukan konsep diri positif dan negatif pada narapidana remaja dengan memakai rentang berdasarkan rumus (Sudjana 2002) maka dibagi menjadi 2 kelas yaitu kelas pertama (11-20) yaitu konsep diri negatif, dan kelas kedua (21-29) yaitu konsep diri positif. Untuk faktor reaksi dari orang lain (kuesioner 1-3) mempunyai nilai terendah 0 dan nilai tertinggi 3, untuk faktor perbadingan dengan orang lain (kuesioner nomor 4-7) nilai terendah 0 dan nilai tertinggi 4, untuk faktor peranan individu (kuesioner nomor 8-11) nilai terendah 0 dan nilai tertinggi 4, untuk faktor identifkasi terhadap orang lain (kuesioner nomor 12-15) nilai terendah 0 dan nilai tertinggi 4. Untuk penilaian pembentukan konsep diri, terdiri dari 11 pertanyaan, jawaban berupa tanda cheklist dengan jawaban untuk pernyataan A deberi skor 1, B diberi skor 2, C diberi skor 3. Sehingga diperoleh nilai terendah 11 dan nilai maksimum 29.

Metode statistik yang digunakan untuk menggambarkan dan menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap konsep diri adalah metode analisis


(39)

korelasi regresi linear ganda. Metode ini digunakan karena jumlah variabel bebas.

Untuk menganalisa data peneliti menggunakan alat bantu komputer dengan program SPSS versi 11,0. Dalam hal ini peneliti menggunakan metode backward. Metode backward digunakan untuk menganalisa faktor- faktor yang mempengaruhi konsep diri pada narapidana remaja. Awalnya faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri yang diteliti akan dianalisis pengaruhnya terhadap pembentukan konsep diri . Faktor yang paling kecil pengaruhnya dikeluarkan dari proses analisa data. Kemudian faktor yang mempengaruhi konsep diri secara bersamaan dan faktor yang mempengaruhi konsep diri yang paling kecil pengaruhnya dikeluarkan lagi dari proses analisa data. Hal ini akan berlanjut terus hingga didapatkan satu faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap pembentukan konsep diri.

Analisis korelasi tersebut menggunakan uji F-test dengan tingkat kemaknaan 5% (α = 0.5% ). Bila nilai F- hitung lebih besar dari F- tabel (F –tabel = 2.73) atau p<0.05 (nilai signifikannya lebih kecil dari 0.05) maka faktor-faktor yang mepengaruhi konsep diri berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri. Sifat hubungan faktor-faktor yang mempenaruhi konsep diri terhadap pembentukan konsep diri ditentukan oleh nilai r pada hasil analisa data. Bila harga r antara 0.1-0.3 hubungan dan interprestasinya lemah, 0.3-0.5 hubungan dan interprestasinya memadai, dan 0.5-1 hubungan dan interprestasinya kuat (Arikunto, 2002)


(40)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Dari hasil pengumpulan data diperoleh informasi bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri yang diteliti, memiliki hubungan yang negatif terhadap pembentukan konsep diri pada narapidana remaja di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Anak Tanjung Gusta Medan.

Berikut ini akan dijabarkan deskripsi dan persentase karakteristik responden, selain dideskripsikan hasil uji statistik tentang faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri pada narapidana remaja, juga dipaparkan, serta di deskripsikan dan persentase pembentukan konsep diri pada narapidana remaja.

a. Karakteristik Responden

Responden pada penelitian ini adalah narapidana remaja dengan usia 12-21 tahun, dan berada di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Anak Tanjung Gusta Medan. Jumlah seluruh responden dalam penelitian ini adalah 80 orang.

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Narapidana Remaja di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Anak Tanjung Gusta Medan. (n=80)

Karakteristik Frekuansi Persentase

Usia

12-16 tahun 16 20.0


(41)

Tabel 5.1 (Lanjutan). Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Narapidana Remaja di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Anak Tanjung Gusta Medan. (n=80)

29

Karakteristik Frekuansi Persentase

Suku

Batak 47 58.8

Jawa 24 30.0

Minang 3 3.8

Lain-lain 6 7.3

(China, Aceh, Kalimantan,India)

Agama

Islam 32 40.0

Kristen 38 47.5

Hindu 3 3.8

Budha 7 8.8

Pendidikan

SD 23 28.8

SLTP 33 41.3

SLTA 13 16.3

Perguruan Tinggi 3 3.8

Tidak Bersekolah 8 10.0

Pekerjaan

Ngamen 5 6.3

Jual koran 3 3.8

Anak jalanan 9 11.3

Tidak bekerja 52 65.0

Lain-lain 11 14.0

(Pelajar, Pedagang, Mekanik, Karyawan, dan Nelayan) Tindakan Kriminal

Pengedar Narkoba 13 16.3

Pemakai Narkoba 24 30.0

Mencuri 24 30.0

Membunuh 6 7.5

Lain-lain 13 16.2

(Pelecehan seksual dan penggelapan)


(42)

Tabel 5.1, menunjukkan bahwa mayoritas responden (80.0%), berada pada rentang usia 17-21 tahun (Mean= 18.32 ; SD= 1.52), suku Batak(58.8%) diikuti suku Jawa (30.0%). Sebagian besar responden (47.5%) beragama kristen, latar belakang pendidikan adalah SLTP (41.3%). Mayoritas responden tidak bekerja (65.0%). Tindakan kriminal yang pernah dilakukan adalah pemakai narkoba (30.0%) dan mencuri (30.0%).

5.1.1 Deskripsi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri

Terhadap Pembentukan Konsep Diri Pada Narapidana

Remaja

Hasil analisa data dengan menggunakan regresi linear ganda menunjukkan bahawa faktor –faktor yang mempengaruhi konsep diri yakni, reaksi dari orang lain, perbandingan dengan orang lain, peranan individu,dan identifikasi terhadap orang lain tidak mempengaruhi pembentukan konsep diri pada nara pidana remaja dengan hubungan yang tidak signifikan, dmana P= 0.129( P>0.05) dan F0 =2.350 lebih kecil dari Ft (Ft =2.52).

Untuk menganalisa data penelitian menggunakan, metode backward digunakan untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri pada narapidana remaja. Awalnya faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri yang diteliti seperti reaksi dari orang lain, perbandingan dengan orang lain, peranan individu, identifikasi terhadap orang lain, dianalisis pengaruhnya terhadap pembentukan konsep diri pada narapidana remaja. Faktor yang paling kecil pengaruhnya dikeluarkan dari


(43)

proses analisa data dalam hal ini yang dikeluarkan adalah perbandingan orang lain. Kemudian faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri sisanya (reaksi dari orang lain, peran individu, identifikasi terhadap orang lain) dianalisis lagi pengaruhnya terhadap pembentukan konsep diri pada narapidana remaja secara bersamaan dan faktor yang mempengaruhi konsep diri yang paling kecil pengaruhnya (identifikasi terhadap orang lain dan peranan individu) karena memiliki nilai yang sama maka dikeluarkan dari proses analisa data, sehingga didapatkan satu faktor yang mempengaruhi pembentukan konsep diri pada narapidana remaja dapat dilihat pada tabel 5.3

Tabel 5.2 Deskriptif Statistik Pengaruh Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri Pada Narapidana Remaja.

Decriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std.Deviation

Reaksi dari orang lain 80 .00 3.00 1.83 1.3 Perbandingan dengan 80 .00 4.00 2.17 1.91 oranglain.

Peranan individu 80 4.00 11.00 9.91 2.34 Identifikasi terhadap 80 .00 4.00 1.91 2.00 orang lain.

Valid N (listwise ) 80

Tabel 5.3 Hasil Uji regresi linear ganda Terhadap Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri Pada Narapidana Remaja.

Mode df 1 df 2 F P-value (sig).

a 4 75 2.350 .129

b 3 76 2.136 .148

c 1 77 7.863 .006

a Identifikasi terhadap orang lain, peranan individu, perbandingan individu, reaksi dari orang lain


(44)

b Identifikasi terhadap orang lain, peranan individu, reaksi dari orang lain c Reaksi dari orang lain

Faktor –faktor yang mempengaruhi konsep diri memiliki hubungan yang negatif dengan pembentukan konsep diri pada narapidana remaja dengan interpretasi lemah r = -0.171 (R<0.3). Dan diperoleh satu faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap pembentukan konsep diri pada narapidana remaja yaitu faktor reaksi dari orang lain dengan interpretasi memadai r =0.303 (R>0.5).

Hasil regresi linear ganda terhadap hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri dengan pembentukan konsep diri pada narapidana remaja, dapat dilihat pada tabel 5.4

Tabel 5.4 Hasil Uji regresi liner ganda Terhadap Hubungan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri Narapidana Remaja.

Mode r df 1 df 2 Sig.F change

a. - .171 4 75 .129

a Identifikasi terhadap orang lain, peranan individu, perbandingan individu, reaksi dari orang lain.

b

5.1.2 Deskripsi Pembentukan Konsep Diri Pada Narapidana Remaja

Data yang diperoleh menunjukkan bahwa dari 80 responden, terdapat 10 % responden yang memiliki konsep diri negatif, dan 90% responden yang memiliki konsep diri positif. Distribusi frekueansi dan persentase tingkatan pembentukan konsep diri pada narapidana remaja dapat dilihat pada tabel 5.5

Tabel 5.5 Distribusi Frekuansi dan Persentase Tingkatan Pembentukan Konsep Diri Pada Narapidana Remaja (n=80)

No. Pembentukan konsep diri Rentang Frekuensi Persentase

1. Negatif 11-21 8 10.0

2 Positif 22-29 72 90.0


(45)

Distribusi frekuensi dan persentase pembentukan konsep diri pada narapidana remaja dapat dilihat pada tabel 5.6.

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pembentukan Konsep Diri Pada Narapidana Remaja (n=80)

No. Pembentukan Frekuensi Persentase

Konsep diri

1. Pada saat masuk penjara saya merasa :

Biasa saja, tidak merasakan apa-apa 11 13.8

Frustasi 8 10.0

Menyesal 61 76.3

2. Pernah menyalahkan diri :

Tidak pernah 11 13.8

Pernah 69 86.3

3. Membahagiakan orang yang dicintai :

Tidak pernah 4 5.0

Kadang-kadang 18 22.5

Pernah 58 72.5

4. Jika sakit sikap keluarga :

Tidak ada 8 10.0

Membantu memulihkan 72 90.0

5. Sikap orangtua :

Orangtua membeda-bedakan 7 8.8

Tidak membeda-bedakan 73 91.3

6. Membenci diri sendiri :

Saya membenci 20 25.0

Kadang-kadang 32 40.0

Tidak membenci 28 35.0

7. Jika berdiri didepan orang lain :

Tidak percaya diri 12 15.0

Kurang percaya diri 41 51.3

Percaya diri 27 33.6

8. Cita-cita, usaha mewujudkan :

Tidak punya cita-cita 5 6.3 Punya, dan tidak mau mewujudkan 7 8.8

Punya dan mau mewujudkan 68 85.0

9. Jika gagal, usaha yang dilakukan :

Menyerah 11 13.8


(46)

Memperbaiki 67 83.8

Tabel 5.6 (Lanjutan). Distribusi Frekuensi dan Persentase Pembentukan Konsep Diri pada Narapidana Remaja (n=80)

No. Pembentukan Frekuensi Persentase

konsep diri

10. Kegagalan awal dari keberhasilan :

Tidak setuju 14 17.5

Kurang setuju 10 12.5

Setuju 56 70.0

11. Penyesalan saat melakukan kejahatan :

Tidak ada 9 11.3

Ada 71 88.8

Deskriptif statistik prmbentukan konsep diri pada nara pidana remaja dapat dilihat pada tabel 5.7

Tabel 5.7 Deskriptif Statistik Pembentukan Konsep Diri Pada narapidana remaja.

Decriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std.Deviation

Pembentukan 80 16.00 29.00 25.16 3.38

Konsep Diri

Valid N (listwise ) 80

5.2 Pembahasan

Dalam pembahasan akan dijabarkan mengenai hasil penelitian, diantaranya, faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri terhadap pembentukan konsep diri pada narapidana remaja.


(47)

5.2.1 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri Terhadap

Pembentukan Konsep Diri Pada Narapidana Remaja.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri seperti, reaksi dari orang lain, perbandingan dengan orang lain, peran individu, dan identifikasi terhadap orang lain tidak mempengaruhi konsep diri responden, dimana P= 0.129 (P>0.05), dan F0=2.350 (Ft<2.52). Secara keseluruhan sebagai satu kesatuan faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri memliki hubungan yang negatif dengan interpretasi lemah r = - 0.171. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesa penelitian H0 diterima. Dan faktor reaksi dari orang lain mempengaruhi pembentukan konsep diri pada narapidana remaja dengan nilai signifikan P= 0.006 (P<0.05), dan F0 = 7.863, (Ft >2.52). Sebagaimana yang dinyatakan oleh Argy dalam Hardy & Hayes (1998) mengatakan bahwa konsep diri remaja dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu reaksi dari orang lain, perbandingan dengan orang lain, peranan individu, identifiksai terhadap orang lain, seharusnya dapat ditemukan hubungan yang signifikan antara faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri terhadap pembentukan konsep diri pada narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Anak Tanjung Gusta Medan. Namun kenyataannya, pada studi ini ditemukan hubungan negatif dengan interpretasi lemah. Hal ini kemungkinan disebabkan banyak faktor, salah satunya faktor ekonomi, hal ini didukung dari data demografi responden, bahwa 60% responden tidak memiliki pekerjaan dan tindakan kriminal terbanyak adalah mencuri 30%. Hal ini sesuai dengan penyataan


(48)

Bawengan (1991) dari hasil penelitiannya pada sejumlah narapidana yang melakukan pencurian dan telah dihukum dirumah penjara Ambon. Semua narapidana Ambon melakukan pencurian sebagai akibat tekanan ekonomi. Hal ini sependapat dengan pernyataan Rand Connger (Sigelman dan Shaffer, 1975) orangtua yang mengalami tekanan ekonomi atau perasaan tidak mampu mengatasi masalah finansialnya, cenderung menjadi depresi dan mengalami konflik keluarga akhirnya mempengaruhi masalah remaja seperti kenakala remaja dan tindakan kriminalitas.

Faktor yang lain sebagaimana dikemukakan oleh Hurlock (1996) bahwa ada 12 faktor yang mempengaruhi konsep diri, yaitu: 1) fisik; 2) tempo kematangan biologis; 3) sikap terhadap anggota keluarga; 4) harapan orang tua; 5) sikap terhadap teman sebaya; 6) masalah pribadi keluarga; 7) masalah ekonomi keluarga; 8) sekolah; 9) pendapat teman sebaya; 10) agama; 11) kesempatan sekolah; dan 12) pengaruh radio-televisi.

Menurut penelitian Maria (2007) faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri yaitu, Usia, tingkat pendidikan, dan lingkungan. Grinder (1978), berpendapat bahwa konsep diri pada masa anak-anak akan mengalami peninjauan kembali ketika individu memasuki masa dewasa. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dipahami bahwa konsep diri dipengaruhi oleh meningkatnya faktor usia.

Pendapat tersebut diperkuat oleh hasil penelitiannya Thompson1973 (dalam Partosuwido, 1992) yang menunjukkan bahwa


(49)

nilai konsep diri secara umum berkembang sesuai dengan semakin bertambahnya tingkat usia.

Pengetahuan merupakan bagian dari suatu kajian yang lebih luas dan diyakini sebagai pengalaman yang sangat berarti bagi diri seseorang dalam proses pembentukan konsep dirinya. Pengetahuan dalam diri seorang individu tidak dapat datang begitu saja dan diperlukan suatu proses belajar atau adanya suatu mekanisme pendidikan tertentu untuk mendapatkan pengetahuan yang baik, sehingga kemampuan kognitif seorang individu dapat dengan sendirinya meningkat. Hal tersebut didasarkan pada pendapat Epstein (1973) bahwa konsep diri adalah sebagai suatu self theory, yaitu suatu teori yang berkaitan dengan diri yang tersusun atas dasar pengalaman diri, fungsi, dan kemampuan diri sepanjang hidupn.

Shavelson & Roger (1982) berpendapat bahwa konsep diri terbentuk dan berkembang berdasarkan pengalaman dan interpretasi dari lingkungan, terutama dipengaruhi oleh penguatan-penguatan, penilain orang lain, dan atribut seseorang bagi tingkah lakunya.

Menurut Rahmat (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri pada remaja yaitu, orang lain dan kelompok rujukan (reference group). Sullivan (dalam Rahmat, 2004) menjelaskan bahwa jika kita diterima oleh orang lain, dihormati, dan disenangi karena keadaan diri kita, kita akan cenderung bersikap menghormati dan menerima diri kita. Sebaliknya jika orang lain merendahkan, menyalahkan, dan menolak kita, kita akan cenderung tidak menyenangi diri kita.


(50)

Dalam kehidupan bermasyarakat, kita mengikuti organisasi atau kelompok masyarakat yang memiliki norma-norma tertentu. Kelompok itulah yang secara emosional mengikat kita dengan norma-norma dan ciri-ciri kelompok tersebut.

Berikut akan dijabarkan faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri pada narapidana remaja yang diawali dari faktor yang paling hingga faktor yang paling besar pengaruhnya dari analisa backward .

a. Perbandingan Dengan Orang Lain

Dalam tahap perkembangan remaja, mereka atau individu tersebut sering membandingakn dirinya dengan orang lain, khususnya teman sebaya. Dari hasil data yang diperoleh dari responen narapidana di lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Anak Tanjung Gusta Medan, menunjukkan bahwa sebanyak 54.1% responden sering membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain dan 45.9% responden tidak membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain khususnya teman sebaya. Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Hans sebald (Sigelman dan Shaffe, 1995) bahwa teman sebaya memberikan pengaruh dalam memilih : cara berpakaian, hobi, perkumpulan dan kegiatan-kegiatan sosial lainnya. Mereka mampu melihat bahwa orang itu sebagai individu yang unik, dengan perasaan, nilai-nilai, minat dan sifat-sifat kepribadian yang beragam, sehingga remaja itu sendiri dapat meniru dan menemukan teman yang memiliki kesamaan dalam hal minat, nilai-nilai, dan pendapat. Peter dan Anna Freud mengemukakan, bahwa kelompok teman sebaya memberikan kesempatan yang penting untuk pemahaman tentang konsep diri, masalah dan tujuan yang lebih jelas. Namun


(51)

sering sekali kelompok teman sebaya memberikan kontribusi negatif terhadap perkembangan konsep diri remaja. Penelitian Kandel (Adam dan Gullota, 1983) mengemukakan bahwa kesamaan dalam menggunakan obat-obat terlarang, merokok, mencuri, minum-minuman keras mempunyai pengaruh yang kuat dalam pemilihan teman. Hal ini disebabakan remaja dituntut oleh masyarakat untuk mempersiapkan diri untuk belajar kemandirian sosial, warga negara yang bertanggungjawab, pernikahan dan hidup berkeluarga, kompetensi vokasional (Conger 1983).

b. Identifikasi Terhadap Orang Lain

Identifikasi terhadap orang lain khususnya tokoh idola sangat berpengaruh terhadap perkembangan konsep diri. Menurut Gunarsa (2003) menyatakan bahwa tokoh-tokoh identifikasi yang benar-benar dapat dipertanggung jawabkan sangat penting dalam perkembangan konsep dirinya khususnya identitas diri, orangtua dalam hubungan dengan anak tercipta adanya suasana yang baik. Sehingga memungkinkan terjadinya identifikasi orangtua. Identifikasi hampir dapat disamakan dengan penilaian, aspek-aspek lain dari kepribadian seseorang akan diambilnya dan dijadikan bagian dari kepribadianya. Menurut penelitian koordinator MSI UII (2007), menyatakan bahwa sejauh mana remaja mampu meraih identitas dirinya dalam pembentukan konsep dirinya tergantung remaja menempatkan diri dengan memperoleh tokoh idola, teman sebaya baik dalam kelompok, teman sebaya, (peer) atau dalam keluarga.

Hasil penelitian yang dilakukan pada narapidana di Lapas Klas IIA A nak Tanjung Gusta Medan menunjukkan bahwa 52.5% responden tidak memiliki


(52)

tokoh identifikasi dan 47.5%, atau dengan perkataan lain dapat disebutkan bahwa sebagian besar responden belum memiliki tokoh identifikasi dalam membentuk konsep dirinya dan mungkin para remaja masih mencari tokoh identifikasihnya sendiri yang menentukan cara hidup dewasa dikemudian hari.

c. Peranan Individu

Peran individu yaitu norma dan harapan mengenai tingkah laku individu yang dimiliki oleh orang-orang dilingkungan dekat dengan individu. Menurut penelitian Maria (2007), bahwa peran persepsi keharmonisan keluarga mempengaruhi terhadap pembentukan konsep diri, hal ini sama seperti yang dinyatakan oleh Santrock 1996 (dalam Maria, 2007) bahwa faktor yang paling berperan membentuk konsep diri adalah faktor keluarga, lingkungan, terutama teman sebaya. Mengingat banyaknya perubahan peran sosial yag dialami dan dihayati sorang remaja sesuai semakin majemuknya suatu masyarakat, suku, maka dapat dibayangnkan betapa banyak masalah yang dihadapinya. Jika remaja tidak mampu mengatasi konflik peran dalam dirinya, maka dirinya akan masuk kejalan yang salah, kasus-kasus penyalahgunaan narkoba, atau kenakalan remaja lainnya bahkan kriminalitas. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Anak Tanjung Gusta Medan, sesuai dengan pernyataan Santrock 1996 dalam (Maria, 2007), diperoleh data 55.9% responden melakukan peran sesuai dengan tuntutan lingkungannya dan 44.1% tidak melakukan peran sesuai dengan tuntutan lingkungannya.Atau dengan kata lain dapat disebutkan bahwa sebagian besar responden melakukan peran


(53)

di lingkungannya sesuai dengan tugas perkembangan remaja memperoleh peran sosial.

d. Reaksi Dari Orang Lain

Hasil penelitian ni menunjukkan bahawa dari ke empat faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri diteliti, faktor reaksi dari orang lain yang mempunyai pengaruh paling besar terhadap pembentukan konsep diri, itu berkembang berdasarkan pengalaman dan interpretasi dari lingkungan, penilaian dari orang lain, bagaimana orang lain memperlakukan indvidu, dan apa yang dikatakan orang lain tentang individu akan dijadikan acuan untuk menilai dirinya sendiri. Rosenberg dalam (Demo dan Seven-Williams, 1984). Masa remaja merupakan saat individu mengalami kesadaran akan dirinya tentang bagaimana pendapat orang lain tentang dirinya. Pernyataan ini didukung oleh Cooley dalam (Harry dan Hayes, 1998) membuktikan bahwa dengan mengamati pencerminan perilaku terhadap respon yang diberikan oleh orang lain maka individu dapat mempelajari dirinya sendiri dan sangat berpengaruh dalam pembentukan konsep diri. Jadi jika orang lain merespon secara negatif, maka hal itu dapat membawa akibat yang cukup serius bagi konsep diri individu.

Hasil penelitian terhadap narapidana di Lembaga Pemasyarkatan Klas IIA Anak Tanjung Gusta Medan, menunjukkan bahwa sebagian besar responden (60.8%) mendapat reaksi dari orang lain terhadap diri individu, dan (39.2%) responden tidak mendapat reaksi dari orang lain terhadap diri individu. Atau dengan kata lain sebagian besar perilaku individu mendapat responden dari orang lain, sehingga individu dapat mempelajari dirinya sendiri.


(54)

5.2.2 Pembentukan Konsep Diri

Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa 80 responden yang diteliti, terdapat 90% responden yang memiliki konsep diri positif dan 10% responden memiliki konsep diri yang negatif. Hal ini disebabkan karena usia rata-rata 17-21 tahun dan sebagian besar responden menyesali perbuatannya dan ingin memperbaiki diri menjadi lebih baik lagi, dan rata-rata responden memiliki cita-cita dan optimis mau mewujudkannya.

Sarwono (1997), usia 17-21 tahun dan berada pada masa remaja akhir secara psikologis emosinya sudah stabil dan pemikiran sudah matang (kritis), egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dalam pengalaman-pengalaman baru, dan sudah mampu menyeimbangkan kepetingan diri sendiri dengan orang lain. Gunarsa (2003) menyatakan usia 12-22 tahun penuh dengan perubahan-perubahan fisik dan psikis, seperti halnya pelepasa dari ikatan emosionil dengan orang tua dan pembentuksn rencana hidup dan sistem nilai sendiri. Pada masa ini lebih mengutamakan perubahan dalam lingkungan hidup yang lebih luas yakni masyarakat dimana ia hidup, tinjauan psikologisnya dilakukan terhadap usaha remaja memperoleh tempat dalam masyarakat dengan peranan yang tepat.

Rogers dalam Suryabrata (1995) mengemukakan bahwa kebanyakan cara bertingkah laku yang diambil indivdiu adalah yang selaras dengan konsepsi self. Apabila dalil ini benar, maka cara yang paling baik untuk mengubah tingkah laku adalah dengan mengubah konsep diri. Apabila sebelumnya individu mempunyai perilaku


(55)

manajemen diri yang buruk, hal ini dapat diubah dengan terlebih dulu mengubah konsepsi individu terhadap dirinya sendiri.

Amin (2004) mengungkapkan satu teori yang berkenaan dengan konsep diri yaitu kepribadian Zero Base, berarti cara pandang, berpikir, membuat pilihan dan memberikan respons dengan mengembalikan segalanya pada akar, pada dasar permasalahan. Individu dengan pandangan Zero Base. dapat dikatakan telah membentuk konsep diri yang positif dalam dirinya. Dengan konsepsi positif, individu memiliki kekuatan untuk merubah pandangan negatif yang selama ini melingkupi ruang pikir individu.


(56)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri pada narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Anak Tanjung Gusta Medan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri yaitu reaksi dari orang lain, perbandingan dengan orang lain, peran individu, identifikasi terhadap orang lain berhubugan secara negatif dengan interpretasi lemah terhadap pembentukan konsep diri narapidana remaja (r = -0.171) dengan nilai signifikan yang tidak dapat diterima P= 0.129( P>0.05) dan F0 =2.350 lebih kecil dari Ft (Ft =2.52), sehingga dapat disimpulakan hipotesa penelitian tidak dapat diterima, artinya tidak ada hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri terhadap pembentukan konsep diri pada narapidana remaja di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Anak Tanjung Gusta Medan.

6.2 Saran

6.2.1 Untuk Praktek Keperawatan

Dalam praktek keperawatan perlu mempertimbangkan faktor-faktor lain selain faktor-faktor kepribadian terhadap pembentukan konsep diri remaja yang berada di Lembaga Pemasyarakatan pada sahat memberikan


(57)

asuhan keperawatan yang kompeherensif dapat diintegrasikan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.

6.2.2 Untuk Pendidikan Keperawatan

Dalam pendidikan keperawatan perlu diberikan penekanan materi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri pada remaja yang menyimpang perilakunya sehingga perawat memiliki kompetensi psikologi yang dapat digunakan untuk memberikan layanan kesehatan bagi remaja sesuai dengan kebutuhan.

6.2.3 Bagi penelitian selanjutnya

Dalam penelitian ini, peneliti hanya menganalisa faktor-faktor yag mempengaruhi konsep diri pada remaja dari segi psikologisnya saja , sehingga disarankan kepada penelitian selanjutnya agar melakukan penelitian lebih lanjut berdasarkan faktor-faktor lainnya seperti usia, tingkat pendidikan, masalah ekonomi keluarga, pengaruh teman sebaya, harapan orang tua, agama, pengaruh sistem tekhnologi terhadap pembentukan konsep diri pada narapidana remaja.


(58)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2002). Metode Penelitian Kesehatan. (edisi revisi kelima). Jakarta : PT. Renika Cipta.

Azwar, S. (2003). Penyusunan Skala Psikologi. (edisi pertama). Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Bawengan, Gerson. W. (1991). Pengantar Psikologi Kriminil. (edisi I). Jakarta : Pradnya Paramita.

Calhoun, F. & Acocella, Joan Ross. (1990). Psikologoi Tentang Penyesuaian Hubungan Kemanusiaan. (edisi ketiga). Semarang : Ikip Semarang Press. Centi, J Paul. (1993). Mengapa Rendah Diri ? Yogyakarta : Kansius.

Daslan, S. (2004). Statistikan Untuk Kedokteran Kesehatan. Jakarta : PT. Arkans. Elias, Maurice J. (2002). Cara-cara Efektif Mengasah EQ Remaja. Bandung :

Kaifa.

E_psikologi. (2000). Faktor-faktor Penyebab Penyalahgunaan Napza. Dibuka pada 02 Nopember, 2007 dari http://www.balipost.co.id

Endah, Prasetyo. (2006). Studi Korelasi Konsep Diri dalam pengolaan diri dengan Perilaku Agresif pada Narapidana Remaja. Dibuka pada 04 Nopember, 2007 dari http://www.psikolog.net.

Gunarso. (2003). Psikologi Remaja. (edisi I). Jakarta : PT. Gunung Mulia.

Hardy, Malkcom & Hayes, Steve.(1985).Pengantar Psikologi. (edisi kedua). Jakarta: Erlangga

Hurlok, Elizabeth B. (1999). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.(Edisi Kelima). Jakarta : Erlangga

International Labour Organization.(2006). Penelitian Tindakan Kriminalitas Pada Remaja. Dibuka Pada 24 Maret 2007, dari http://www.media indonesia/2006/id.htm.

Kartono, Kartini. (1990). Psikologi Anak. Bandung : Mandar Maju.

Lukman, (2007). Mengembangkan Program Pelatihan Remaja Efektif. Dibuka pada 02 Nopember, 2007 dari http://www.msi-uii.net/baca.asp


(59)

Maria Ulfa, (2007). Peran Persepsi Keluarga dan Konsep Diri terhadap Kecenderungan Kenakalan Remaja. Dibuka pada 02 Nopember, 2007, dari http://www.damandiri.or.id.

Monks ,F. J. & Knoers, A. M.P & Haditono, Siti Rahayu. (1999). Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagi Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

48 Notoadmodjo, S. (2003). Pendidikan Dan Prilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka

Cipta.

Nursalam, (2001). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawan. (edisi pertama). Jakarta: Salemba Medika.

Panjaitan, Iwan. (1995). Lembaga Pemasyarakatan. (edisi kedua), Jakarta: PT. Midas Surya Gafindo.

Ritonga, A. R. (1997). Statistika : Untuk Penelitian Psikolog Dan Pendidikan Jakarta : Penerbit Fakultas Ekonomi UI.

Sarwono, (1997). Psikologi Remaja. (edisi I). Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Sarwono, Sarlito W. (2000). Psikologi Remaja. (edisi pertama). Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Sobur, Alex. (2003). Psikologi Umum. (edisi pertama). Jakarta : Pustaka Setia. Somantri, S. (2006). Psikolgi Anak Luar Biasa. Bandung : PT. Retika Aditama. Sujana. (1992). Metode Statistik. Bandung. Tarsito.

Syamsu, Y. (2004). Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja.(edisi kelima). Jakarta : PT. Remaja Rosdakarya.

Yoan, (2006). Korelasi Antara Konsep Diri Dengan Tingkatan Kedisiplinan. Dibuka pada, 02 Nopember, 2007 dari http://www.psikologi.net


(1)

5.2.2 Pembentukan Konsep Diri

Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa 80 responden yang diteliti, terdapat 90% responden yang memiliki konsep diri positif dan 10% responden memiliki konsep diri yang negatif. Hal ini disebabkan karena usia rata-rata 17-21 tahun dan sebagian besar responden menyesali perbuatannya dan ingin memperbaiki diri menjadi lebih baik lagi, dan rata-rata responden memiliki cita-cita dan optimis mau mewujudkannya.

Sarwono (1997), usia 17-21 tahun dan berada pada masa remaja akhir secara psikologis emosinya sudah stabil dan pemikiran sudah matang (kritis), egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dalam pengalaman-pengalaman baru, dan sudah mampu menyeimbangkan kepetingan diri sendiri dengan orang lain. Gunarsa (2003) menyatakan usia 12-22 tahun penuh dengan perubahan-perubahan fisik dan psikis, seperti halnya pelepasa dari ikatan emosionil dengan orang tua dan pembentuksn rencana hidup dan sistem nilai sendiri. Pada masa ini lebih mengutamakan perubahan dalam lingkungan hidup yang lebih luas yakni masyarakat dimana ia hidup, tinjauan psikologisnya dilakukan terhadap usaha remaja memperoleh tempat dalam masyarakat dengan peranan yang tepat.

Rogers dalam Suryabrata (1995) mengemukakan bahwa kebanyakan cara bertingkah laku yang diambil indivdiu adalah yang selaras dengan konsepsi self. Apabila dalil ini benar, maka cara yang paling baik untuk mengubah tingkah laku adalah dengan mengubah konsep diri. Apabila sebelumnya individu mempunyai perilaku

Christa Gumanti Manik : Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri Pada Narapidana..., 2007 USU e-Repository © 2008


(2)

manajemen diri yang buruk, hal ini dapat diubah dengan terlebih dulu mengubah konsepsi individu terhadap dirinya sendiri.

Amin (2004) mengungkapkan satu teori yang berkenaan dengan konsep diri yaitu kepribadian Zero Base, berarti cara pandang, berpikir, membuat pilihan dan memberikan respons dengan mengembalikan segalanya pada akar, pada dasar permasalahan. Individu dengan pandangan Zero Base. dapat dikatakan telah membentuk konsep diri yang positif dalam dirinya. Dengan konsepsi positif, individu memiliki kekuatan untuk merubah pandangan negatif yang selama ini melingkupi ruang pikir individu.


(3)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri pada narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Anak Tanjung Gusta Medan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri yaitu reaksi dari orang lain, perbandingan dengan orang lain, peran individu, identifikasi terhadap orang lain berhubugan secara negatif dengan interpretasi lemah terhadap pembentukan konsep diri narapidana remaja (r = -0.171) dengan nilai signifikan yang tidak dapat diterima P= 0.129( P>0.05) dan F0 =2.350 lebih kecil dari Ft (Ft =2.52), sehingga dapat disimpulakan hipotesa penelitian tidak dapat diterima, artinya tidak ada hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri terhadap pembentukan konsep diri pada narapidana remaja di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Anak Tanjung Gusta Medan.

6.2 Saran

6.2.1 Untuk Praktek Keperawatan

Dalam praktek keperawatan perlu mempertimbangkan faktor-faktor lain selain faktor-faktor kepribadian terhadap pembentukan konsep diri remaja yang berada di Lembaga Pemasyarakatan pada sahat memberikan

Christa Gumanti Manik : Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri Pada Narapidana..., 2007 USU e-Repository © 2008


(4)

asuhan keperawatan yang kompeherensif dapat diintegrasikan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.

6.2.2 Untuk Pendidikan Keperawatan

Dalam pendidikan keperawatan perlu diberikan penekanan materi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri pada remaja yang menyimpang perilakunya sehingga perawat memiliki kompetensi psikologi yang dapat digunakan untuk memberikan layanan kesehatan bagi remaja sesuai dengan kebutuhan.

6.2.3 Bagi penelitian selanjutnya

Dalam penelitian ini, peneliti hanya menganalisa faktor-faktor yag mempengaruhi konsep diri pada remaja dari segi psikologisnya saja , sehingga disarankan kepada penelitian selanjutnya agar melakukan penelitian lebih lanjut berdasarkan faktor-faktor lainnya seperti usia, tingkat pendidikan, masalah ekonomi keluarga, pengaruh teman sebaya, harapan orang tua, agama, pengaruh sistem tekhnologi terhadap pembentukan konsep diri pada narapidana remaja.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2002). Metode Penelitian Kesehatan. (edisi revisi kelima). Jakarta : PT. Renika Cipta.

Azwar, S. (2003). Penyusunan Skala Psikologi. (edisi pertama). Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Bawengan, Gerson. W. (1991). Pengantar Psikologi Kriminil. (edisi I). Jakarta : Pradnya Paramita.

Calhoun, F. & Acocella, Joan Ross. (1990). Psikologoi Tentang Penyesuaian Hubungan Kemanusiaan. (edisi ketiga). Semarang : Ikip Semarang Press. Centi, J Paul. (1993). Mengapa Rendah Diri ? Yogyakarta : Kansius.

Daslan, S. (2004). Statistikan Untuk Kedokteran Kesehatan. Jakarta : PT. Arkans. Elias, Maurice J. (2002). Cara-cara Efektif Mengasah EQ Remaja. Bandung :

Kaifa.

E_psikologi. (2000). Faktor-faktor Penyebab Penyalahgunaan Napza. Dibuka pada 02 Nopember, 2007 dari http://www.balipost.co.id

Endah, Prasetyo. (2006). Studi Korelasi Konsep Diri dalam pengolaan diri dengan Perilaku Agresif pada Narapidana Remaja. Dibuka pada 04 Nopember, 2007 dari http://www.psikolog.net.

Gunarso. (2003). Psikologi Remaja. (edisi I). Jakarta : PT. Gunung Mulia.

Hardy, Malkcom & Hayes, Steve.(1985).Pengantar Psikologi. (edisi kedua). Jakarta: Erlangga

Hurlok, Elizabeth B. (1999). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.(Edisi Kelima). Jakarta : Erlangga

International Labour Organization.(2006). Penelitian Tindakan Kriminalitas Pada Remaja. Dibuka Pada 24 Maret 2007, dari http://www.media indonesia/2006/id.htm.

Kartono, Kartini. (1990). Psikologi Anak. Bandung : Mandar Maju.

Lukman, (2007). Mengembangkan Program Pelatihan Remaja Efektif. Dibuka pada 02 Nopember, 2007 dari http://www.msi-uii.net/baca.asp

Christa Gumanti Manik : Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri Pada Narapidana..., 2007 USU e-Repository © 2008


(6)

Maria Ulfa, (2007). Peran Persepsi Keluarga dan Konsep Diri terhadap Kecenderungan Kenakalan Remaja. Dibuka pada 02 Nopember, 2007, dari http://www.damandiri.or.id.

Monks ,F. J. & Knoers, A. M.P & Haditono, Siti Rahayu. (1999). Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagi Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

48 Notoadmodjo, S. (2003). Pendidikan Dan Prilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka

Cipta.

Nursalam, (2001). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawan. (edisi pertama). Jakarta: Salemba Medika.

Panjaitan, Iwan. (1995). Lembaga Pemasyarakatan. (edisi kedua), Jakarta: PT. Midas Surya Gafindo.

Ritonga, A. R. (1997). Statistika : Untuk Penelitian Psikolog Dan Pendidikan Jakarta : Penerbit Fakultas Ekonomi UI.

Sarwono, (1997). Psikologi Remaja. (edisi I). Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Sarwono, Sarlito W. (2000). Psikologi Remaja. (edisi pertama). Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Sobur, Alex. (2003). Psikologi Umum. (edisi pertama). Jakarta : Pustaka Setia. Somantri, S. (2006). Psikolgi Anak Luar Biasa. Bandung : PT. Retika Aditama. Sujana. (1992). Metode Statistik. Bandung. Tarsito.

Syamsu, Y. (2004). Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja.(edisi kelima). Jakarta : PT. Remaja Rosdakarya.

Yoan, (2006). Korelasi Antara Konsep Diri Dengan Tingkatan Kedisiplinan. Dibuka pada, 02 Nopember, 2007 dari http://www.psikologi.net