mencapai ketinggian hingga 1 m dan memiliki daya makan yang tinggi Feryanto, 2012.
Selama ini pengendalian yang dilakukan adalah pengendalian kimiawi dengan cara mengaplikasikan insektisida. Sudah diketahui bahwa penggunaan insektisida
sintetik memberikan dampak negatif untuk jangka pendek dan jangka panjang, namun ada dampak positif yaitu apabila penggunaanya tepat waktu dan selektif.
Dampak negatifnya adalah meninggalkan residu dalam tanah, air, dan udara yang tidak baik untuk tanaman dan makhluk disekitarnya, dapat terjadi resurjensi
hama, dan resurjensi hama sekunder, serta merugikan petani dari segi materi dan tenaga. Untuk menanggulangi masalah ini diperlukan pengendalian yang efektif
dan relatif aman bagi lingkungan. Salah satunya pengendalian secara mekanik penyungkupan. Cara ini merupakan tindakan preventif untuk mencegah hama
sebelum menyerang, pengendalian ini akan efektif apabila dilakukan pada waktu yang tepat Oka, 1998.
Kepadatan populasi kumbang daun pada tanaman sawi bervariasi dalam kurun 24 jam Murni, 2011. Kepadatan populasi ini dan kerusakan yang ditimbulkannya
dapat diatasi secara mekanik menggunakan sungkup Octavianty, 2010. Murni 2011 lebih lanjut melaporkan bahwa penyungkupan tanaman pada interval
waktu tertentu dapat menekan kepadatan populasi kumbang daun, namun belum diketahui apakah penyungkupan tanaman pada interval waktu tertentu ini dapat
juga menekan tingkat serangan hama tersebut.
D. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah penyungkupan tanaman sawi
pada berbagai interval waktu menekan tingkat serangan kumbang daun di
lapangan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Sawi Brassica juncea L.
Sawi
Brassica juncea L.
termasuk ke dalam kelompok tanaman sayuran daun yang mengandung zat-zat gizi lengkap yang memenuhi syarat untuk kebutuhan gizi
masyarakat. Sawi hijau bisa dikonsumsi dalam bentuk mentah sebagai lalapan maupun dalam bentuk olahan dalam berbagai macam masakan. Selain itu berguna
untuk pengobatan terapi berbagai macam penyakit
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan
RI, 1979.
Di Indonesia sawi sudah tergolong familiar, walaupun bukan tanaman asli Indonesia. Keadaan alam Indonesia dengan iklim serta keadaan tanahnya
memungkinkan tanaman luar tersebut dapat dikembangkan dengan baik Haryanto et al., 2007.
B. Kumbang Daun Phyllotetra vittata
Kumbang daun merupakan serangga yang berasal dari ordo Coleoptera, famili Chrysomelidae. Serangga ini pada fase larva maupun imago umumnya bersifat
fitofag, namun banyak dari anggotanya yang termasuk dalam spesies hama serius. Perilaku yang umum dari serangga Chrysomelidae adalah memakan dedaunan.
Kumbang daun umumnya dikenal juga dengan kumbang anjing. Kumbang ini
berwarna coklat kehitaman dengan sayap bergaris kuning. Panjang kumbang 2 mm. Telur diletakkan berkelompok pada kedalaman l
– 3 cm di tanah. Panjang larva 3
– 4 mm. Pupanya berada pada kedalaman tanah 5 cm. Daur hidupnya 3 – 4 minggu. Daun yang terserang kumbang daun ini berlubang
– lubang kecil. Larvanya seringkali merusak bagian dasar tanaman dekat dengan permukaan
Feryanto, 2012. Kumbang daun ini bersifat diurnal yaitu aktif di siang hari Murni, 2011, memiliki daya makan yang tinggi, dan dapat meloncat untuk
berpindah tempat hingga 1 meter.