42
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Secara  ringkas,  denotasi  dan  konotasi  bisa  dijelaskan  sebagai  berikut Birowo, 2004: 57, yaitu :
1.  Denotasi
Interaksi  antara  signifier  Penanda  dan  signified  Petanda  dalam  sign tanda, dan antara sign, dengan referen dalam  realitas eksternal. Denotasi
dijelaskan  sebagai  makna  sebuah  tanda  yang  literal,  terdefinisikan,  jelas mudah  dilihat  dan  dipahami  atau  commonsense.  Dalam  kasus  tanda
linguistik, makna denotasi adalah apa yang dijelaskan di kamus.
2.  Konotasi
Interaksi  yang  muncul  ketika  signbertemu  dengan  perasaan  atau  emosi pembaca    pengguna  dan  nilai-nilai  budaya  mereka.  Makna  menjadi
subjektif  atau  intersubjektif.  Istilah  konotasi,  merujuk  pada  tanda  yang memiliki  asosiasi  sosio-kultural.dan  personal.  Ini  biasanya  berkaitan
dengan  kelas,  umur,  gender,  etnik  dan  sebagainya  dari  sang  penafsir. Tanda lebih terbuka dalam penafsirannya pada konotasi daripada denotasi.
Semiotika  konotatif  akan  ada  manakala  ada  semiotika  yang  bidang ekspresifnya  adalah  semiotika  yang  lain.  Eco,  2009:  79.  Yang  membentuk
sebuah konotasi adalah kode konotatif  yang menyadarinya; sedangkan ciri kode konotatif  adalah  fakta  bahwa  signifikasi  kedua  dan  seterusnya  secara
konvensional bersandar pada signifikasi pertama.
Makna  denotasi  suatu  kata  ialah  makna  yang  bisa  kita  temukan  dalam kamus.  Sebagai  contoh,  di  dalam  kamus,  kata  mawar  berarti  sejenis  bunga.
Makna  konotatif  ialah  makna  denotatif    ditambah  dengan  segala  gambaran, ingatan,  dan  perasaan  yang  ditimbulkan  oleh  kata  mawar  itu.  Kata  konotasi  itu
sendiri  berasal  dari  bahasa  Latin  ‘connotare’,  “menjadi  tanda”  dan  mengarah kepada  makna-makna  kultural  yang  terpisahberbeda  dengan  kata  dan  bentuk-
bentuk lain dari komunikasi. Sobur, 2004: 263.
Denotasi  adalah  hubungan  yang  digunakan  dalam  tingkat  pertama  pada sebuah  kata  yang  secara  bebas  memegang  peranan  penting  di  dalama  ujaran.
Lyons, dalam Pateda, 2001: 98. Makna Denotasi bersifat langsung, yaitu makna khusus yang terdapat dalam sebuah tanda, dan pada intinya dapat disebut sebagai
Universitas Sumatera Utara
43
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
gambaran  sebuah  petanda  Berger,  2000b:  55.  Harimurti  Kridaklasana  2001: 40  mendefinisikan  denotasi  denotation  sebagai  “makna  kata  atau  kelompok
kata yang didasarkan atas penunjukan yang lugas pada sesuatu di luar bahasa atau yang didasarkan konvensi tertentu; sifatnya objektif.”
Konotasi    diartikan  sebagai  aspek  makna  sebuah  atau  sekelompok  kata yang  didasarkan  atas  perasaan  atau  pikiran  yang  timbul  atau  ditimbulkan  pada
pembicara penulis dan pendengar pembaca. Dengan kata lain, makna konotatif merupakan  makna  leksikal  +  X  Pateda,  2001:  112.  Misalnya  kata  amplop  ini
adalah makna denotasi yang bermakna sampul tempat surat. Pada kalimat “berilah ia amplop agar urusanmu segera beres,” maka kata amplop telah berubah menjadi
makna konotasi yang mempunyai pengertian berilah uang.
Devito dalam Sobur, 2004: 263 mengatakan bahwa jika denotasi sebuah kata  adalah  objektif  umum  kata  tersebut,  maka  konotasi  sebuah  kata  adalah
makna subjektif pergeseran makna umum karena ada penambahan rasa dan nilai atau emosional. Arthur Asa Berger dalam Sobur, 2004: 263 menyatakan bahwa
kata konotasi melibatkan simbol-simbol historis, dan hal – hal yang berhubungan dengan  emosional.  Denotasi,  kita  merujuk  pada  asosiasi  primer  yang  dimiliki
sebuah  kata  bagi  kebanyakan  anggota  masyarakat  linguistik  tertentu,  sedangkan konotasi merujuk pada asosiasi sekunder yang dimiliki sebuah kata bagi seorang
atau lebih anggota masyarakat.itu
Bila kita mengucapkan kata yang mempunyai konotasi tertentu, maka kita bermaksud  bahwa  kata  tersebut  mempunyai  makna  tambahan  bagi  makna
denotatif-nya.  Makna  denotasi  Keraf,  1994:  28  mempunyai  berbagai  istilah, seperti  makna  konseptual,  makna  referensial,  makna  denotasional,  makna
kognitif,  makna  ideasional  dan  proporsional.  Disebut  makna  denotasional, referensial,  konseptual,  atau  ideasional,  karena  makna  itu  menunjuk  denote
kepada suatu referen, konsep, atau ide tertentu dari suatu referen. Disebut makna kognitif karena makna itu bertalian dengan kesadaran atau pengetahuan; stimulus
dari  pihak  pembicara  dan  respons  dari  pihak  pendengar  menyangkut  hal-hal yang dapat dicerap panca indera kesadaran dan rasio manusia. Makna ini disebut
juga  makna  proporsional  karena  ia  bertalian  dengan  informasi-informasi  atau
Universitas Sumatera Utara
44
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pernyataan-penyataan  yang  bersifat  faktual.  Makna  ini,  yang  diacu  dengan bermacam-macam nama, adalah makna yang paling dasar pada suatu kata.
Konotasi  disebut  juga  makna  emotif,  makna  konotasional  atau  makna evalutif Keraf, 1994: 29. Makna konotasional adalah suatu jenis makna di mana
stimulus  dan  respons  mengandung  nilai-nilai  emosional.  Makna  konotatif sebagian  terjadi  karena  pembicara  ingin  menimbulkan  perasaan  setuju-tidak
setuju,  senang  –  tidak  senang,  dan  sebagainya  pada  pihak  pendengar;  di  pihak lain, kara yang dipilih itu memperlihatkan bahwa pembicaranya juga memendam
perasaan yang sama Sobur, 2004: 266
Pada dasarnya, konotasi timbul disebabkan masalah hubungan  sosial atau hubungan  interpersonal,  yang  mempertalikan  kita  dengan  orang  lain.  Bahasa
manusia  tidak  sekedar  menyangkut  masalah  makna  denotatif  atau  ideasional. Bahasa  tidak  hanya  semata-mata  menjadi  alat  untuk  menyampaikan  faktual
Palmer,  1997:  35-36.  Makna  konotatif  sebuah  kata  juga  dipengaruhi    dan ditentukan oleh dua lingkungan, yaitu lingkungan tekstual dan budaya Sumarjo
Saini,  1994:  126.  Lingkungan  tekstual  ialah  semua  kata  di  dalam  paragraf dengan  karangan  yang  menentukan    makna  konotatif.  Pengaruh  lingkungan
budaya menjadi jelas kalau kita kita meletakkan kata tertentu di dalam lingkungan budaya yang berbeda. Sobur, 2004: 266
Di  dalam  semiologi  Roland  Barthes  dan  para  pengikutnya,  denotasi merupakan  sistem  signifikasi  tingkat  pertama,  sementara  konotasi  merupakan
tingkat kedua. Dalam hal ini denotasi justru lebih diasosiakan dengan ketertutupan makna  dan,  dengan  demikian    sensor  atau  represi  politis.  Sebagai  reaksi  yang
paling ekstrem melawan keharfiahan denotasi bersifat opresif ini, Bathes mencoba menyingkirkan  dan  menolaknya.  Baginya,  yang  ada  hanyalah  konotasi  semata-
mata. Penolakan ini mungkin terasa berlebihan, namun ia tetap berguna sebagai sebuah koreksi atas kepercayaan bahwa makna “harfiah” merupakan sesuatu yang
bersifat ilmiah Budiman dalam Sobur, 2004: 71.
Universitas Sumatera Utara
45
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.  Paradigmatik dan Sintagmatik