33
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pikiran anggota masyarakatnya. Dengan menulis buku kumpulan esai yang berjudul Mythologies 1957 ia membebaskan masyarakatnya dari
“penyalahgunaan ideologi” itu dan memahami mengapa berbagai pemaknaan yang seolah-olah sudah berterima di masyarakat itu terjadi Hoed, 2011: 18.
1. Penanda dan Petanda
Tanda adalah hasil asosiasi antara signified petanda dan signifier penanda. Hubungan keduanya digambarkan dengan dua anak panah, saling
melengkapi. Petanda bukanlah ‘benda’ melainkan representasi mental dari ‘benda’ Barthes, 2012: 36. Konsep petanda dari lembu bukanlah hewan lembu,
melainkan citra atau imaji mentalnya penjelasan ini penting untuk pembahasan selanjutnya mengenai hakikat tanda. Petanda ialah ‘sesuatu’ yang dimaksudkan
oleh orang-orang yang menggunakan tanda tertentu.
Setiap sistem penanda leksikon terjadi korepodensi, diranah petanda, antara praktik dan teknik; kumpulan petanda-petanda ini menyiratkan dari pihak
pengguna sistem pembaca tanda tingkat pengetahuan yang berbeda sesuai dengan kekhasan dalam ‘budaya’ mereka, yang menjelaskan mengapa leksi yang
sama atau satuan bacaan yang lebih besar dapat dipahami secara berlainan sesuai dengan kehendak individu Barthes, 2012: 41
Satu-satunya perbedaan antara penanda dan petanda adalah bahwa penanda merupakan penghubungmediator; ia membutuhkan materi. Substansi
dari penanda selalu material bunyi, objek, citra. Barthes dalam Barthes, 2012: 43 mengatakan penandaan dapat dipahami sebagai sebuah proses; penandaan
adalah tindakan mengikat penanda dengan petanda, tindakan yang hasilnya adalah tanda. Penanda adalah merupakan mediator material bagi petanda.
Sebuah tanda adalah sebuah kombinasi dari sebuah penanda dengan petanda tertentu. “Tertentu” disini berarti sebuah penanda yang sama misalnya
kata ‘laki-laki dapat mewakil petanda yang berbeda untuk konsep ’laki-laki’ misalnya alat yang digunakan untuk mencukur kumis laki-laki. Saussure
menekankan bahwa suara dan pikiran tersebut penanda dan petanda sebagai sesuatu yang tidak terpisahkan seperti dua sisi selembar kertas. Mereka terkait
intim dan saling tergantung. Sebuah tanda tidak dapat terdiri dari suara penanda
Universitas Sumatera Utara
34
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
tanpa arti petanda atau arti petanda tanpa suara penanda. Bagi Saussure, penanda dan petanda adalah murni psikologis. Psikologis dalam arti: tanda
linguistik bukanlah penghubung antara sebuah benda dengan sebuah nama, tapi antara sebuah konsep petanda dengan sebuah pola suara penanda. Birowo,
2004: 46. Penanda adalah aspek material dari bahasa: apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang ditulis atau dibaca. Petanda adalah gambaran mental,
pikiran, atau konsep, disebut juga petanda adalah aspek mental bahasa Bertens, 2001: 180.
Gambar 2.2
Sumber: Birowo, 2004: 46
Meskipun penanda digunakan untuk ‘mewakili’ petanda. Para pakar semiotika Saussurean menekankan bahwa tidak ada hubungan yang mendasar,
intrinsik, langsung maupun pasti tak terelakkan antara penanda dan petanda. Saussure menekankan adanya sifat kesewenangan atau arbitrer arbitrariness
pada hubungan penanda dengan petanda. Sebagai gambaran, tidak ada hubungan langsung tulisan atau citra suara ‘kursi’ dengan konsep mental kita tentang ‘kursi’
– yakni sebuah benda yang bisa digunakan untuk duduk. Aristoteles pernah mengatakan bahwa “tidak bisa ada hubungan natural antara bunyi suatu bahasa
dengan benda yang ditandainya.” Shakespeare memberikan pernyataan juga bahwa segala apa nama yang kita torehkan pada sekuntum mawar merah,
aromanya tetaplah semerbak.” Birowo, 2004: 50.
Setiap tanda selalu terdiri atas penanda dan petanda. Dalam teori ini, tanda adalah sesuatu yang terstruktur karena terdiri atas komponen-komponen dalam
hal ini ada dua yang berkaitan satu sama lain dan membentuk satu kesatuan Hoed, 2011: 44. Tanda bahasa terdiri dari dua unsur yang tidak terpisahkan,
yakni unsur citra akustik bentuk signifiantpenanda dan unsur konsep
Petanda Penanda
Universitas Sumatera Utara
35
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
signifiepetanda. Hubungan antara penanda dan petanda, yakni antara bentuk dan makna, didasari konvensi dalam kehidupan sosial. Kedua unsur tersebut
terdapat dalam kongnisi para pemakai bahasa. Hoed, 2011: 54.
Penanda adalah “bunyi” yang bermakna atau “coretan yang bermakna”. Jadi penanda adalah aspek material dari bahasa: apa yang dikatakan atau didengar
dan apa yang ditulis atau dibaca. Petanda adalah gambaran mental, pikiran, atau konsep. Jadi petanda adalah aspek mental dari bahasa Bertens, 2001: 180.
Menurut Saussure, penanda dan petanda merupakan kesatuan seperti dua sisi dari sehelai kertas. Saussure menggambarkan tanda yang terdiri atas signifier dan
signified itu sebagai berikut :
Gambar 2.3 Elemen-Elemen Makna Saussure
Sign
Composed of
Signification
Signifier Plus Signified External Reality of The Meaning
Sumber: John Fsiske, Introduction to Communication Studies, 1990, hlm. 44 Sobur, 2004: 125
Sebuah pemaknaan dalam proses pemroduksi tanda adalah hasil kesepakatan dari budaya pengguna bahasa. Signifier penanda merupakan suatu
citra, suara atau imaji. Sedangkan, signified petanda merupakan konsep yang
Universitas Sumatera Utara
36
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
terbentuk setelah seorang intepretan mendengar citra, bunyi, atau suara penanda. Sebuah kesinambungan yang terjalin antara penanda dan petanda yang akhirnya
menghasilkan sebuah tanda.
Semiotika digunakan sebagai metode pembacaan dimungkinkan karena ada kecenderungan dewasa ini untuk memandang berbagai wacana sosial sebagai
fenomena bahasa. Berdasarkan pandangan tersebut, bila seluruh praktik sosial dianggap sebagai fenomena bahasa, ia dapat pula dipandang sebagai “tanda”. Hal
ini dimungkinkan karena luasnya pengertian “tanda” itu sendiri. Saussure dalam Christomy, 2004: 90 menjelaskan tanda sebagai kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan dari bidang—seperti halnya selembar kerta—yaitu bidang penanda signified untuk menjelaskan bentuk atau ekspresi dan bidang penanda signifier
untuk menjelaskan konsep atau makna
Gambar 2.4 Diagram Komponen Tanda
Dikutip oleh Saussure dalam Christomy, 2004: 90
. Berkaitan dengan piramida atau diagram pertandaan Saussure diatas, Saussure menekankan perlunya semacam konvensi sosial atau kesepakatan sosial
social convention di kalangan komunitas bahasa, yang mengatur makna sebuah tanda. Satu kata mempunyai makna tertentu disebabkan adanya kesepakatan
sosial di antara komunitas pengguna bahasa.
Penanda dan petanda berasal dari teori Saussure tentang tanda, yang mengatakan bahwa tanda terdiri atas signifier dan signified. Bertolak dari teori
Saussure 1915, yang melihat semua gejala dalam kebudayaan sebagai tanda yang terdiri atas signifier penanda, yaitu gejala yang tercerap secara mental
oleh manusia sebagai “citra akustik”, dan signified petanda, yaitu makna atau konsep yang ditangkap dari signifier tersebut. Semiotika digunakan untuk
memahami kebudayaan diterangkan oleh Barthes melalui bukunya yang cukup terkenal, Mythologies 1957.
Penanda + Petanda = Tanda
Universitas Sumatera Utara
37
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Signifier adalah bunyi yang bermakna atau coretan yang bermakna aspek material, yakni apa yang dikatakan dan apa yang ditulis atau dibaca. Signified
adalah gambaran mental, yakni pikiran atau konsep aspek mental dari bahasa. Saussure meletakkan tanda dalam konteks komunikasi manusia dengan
melakukan pemilahan antara apa yang disebut signifier penanda dan signified petanda.
Saussure menyebutkan signifier sebagai bunyi atau coretan bermakna, sedangkan signified adalah gamabaran mental atau konsep sesuatu dari signifier.
Hubungan antara keberadaan fisik tanda dan konsep mental tersebut dinamakan signifikasi signification. Dengan kata lain, signification adalah upaya dalam
memberi makna terhadap dunia Fiske, 1990: 44.
Hubungan antara signifier dan signified ini dibagi tiga, yaitu van Zoest, 1996: 23:
1. Ikon adalah tanda yang memunculkan kembali benda atau realitas yang ditandainya, misalnya foto atau peta.
2. Indeks adalah tanda yang kehadirannya menunjukkan adanya hubungan dengan yang ditandai, misalnya asap adalah indeks dari api.
3. Simbol adalah sebuah tanda di mana hubungan antara signifier dan signified semata-mata adalah konvensi, kesepakatan atau peraturan.
Misalnya adalah lampu merah yang berarti menunjukkan untuk berhenti van Zoest, 1996: 23.
Dalam pandangan Saussure, makna sebuah tanda sangat dipengaruhi oleh tanda yang lain. Sementara itu, Umar Junus menyatakan bahwa makna dianggap
sebagai fenomena yang bisa dilihat sebagai kombinasi beberapa unsur dengan setiap unsur itu Sobur, 2001: 126.
2. Denotasi, Metabahasa dan Konotasi