55
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.3 Model Teoritik
Model  teoritik  merupakan  dasar  pemikiran  dari  peneliti  yang  dilandasi dengan konsep dan teori yang relevan guna memecahkan masalah penelitian. Hal
ini  dimaksudkan  agar  peneliti  mampu  menjelaskan  operasional  fenomena penelitian kualitatif dengan terstruktur dan efektif.
Bagan Model Teoritik Konstruksi Makna dalam Analisis Semiotika Hiperrealitas Simbol Pemberontakan Salam Tiga Jari dalam Trilogy Film
Hunger Games
Objek Penelitian
Scene yang menampilkan simbol pemberontakan salam tiga jari dalam trilogy
film Hunger Games
Semiotika Roland Barthes
-  Analisis Leksia dan 5 Kode Pembacaan
-  Denotasi dan Konotasi
-Pemaknaan dalam scene - Pemaknaan dalam Simbol Pemberontakan
salam tiga jari
Universitas Sumatera Utara
56             UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB III Metodologi Penelitian
3.1 Metode Penelitian
Metodologi  penelitian  ilmiah  bertumpu  pada  teori,  sedangkan  teori bertumpu pada pandangan dunia world view. Ada dua pandangan dunia   yang
mendominasi kehidupan ilmu pengetahuan , yakni, pemahaman bahwa 1 objek yang  kita  indra  adalah  satu-satunya  kenyataan  dan  2  bahwa  dibalik  apa  yang
tertangkap oleh pancaindra ada sesuatu yang lain yang dapat diserap oleh kognisi dari perasaan-perasaan kita dan dapat dikembangkan dalam suatu kajian. Kajian
semiotika menggunakan pandangan dunia yang kedua. Hoed, 2011: 7.
Metode  penelitian  yang  digunakan  adalah  metode  penelitian  kualitatif yang  berdasarkan  penafisiran,  dengan  konsep-konsep  yang  umumnya  tidak
memberikan  angka  numerik,  seperti  etnometodologi  ataupun  wawancara  jenis tertentu. Metode ini dianggap berdasarkan intepretatif Stokes, 2006: 15.
Penelitian  Kualitatif  Vandriansyah,  2008:  64  mencari  value  atau  nilai yang muncul dari objek kajian yang bersifat khusus: bahkan sangat spesifik, unik,
mengandung  tindakan  bermakna  meaning  full  action,  dan  karenanya  lebih menggunakan  logika  bahasa  sebagai  sarana  berpikir  ilmiah.  Taylor  dan  Bogdan
dalam  Vandriansyah,  2008:  69  mendefinisikan  metodologi  kualitatif  sebagai prosedur penelitian  yang menghasilkan   data  deskriptif berupa kata-kata  tertulis
atau lisan dari orang atau gejala yang diamati.
Pemilihan  jenis  penelitian  kualitatif  ini  bukan  tanpa  alasan.  Kualitatif memandang manusia sebagai mahluk rohaniah alamiah natural Vandriansyah,
2008:  67.  Manusia  bertindak  dalam  kehidupan  karena  humanistik  alamiah  : melibatkan niat, kesadaran, motif-motif, atau alasan-alasan tertentu yang disebut
Weber  sebagai  social  action  tindakan  sosial  dan  bukan  social  behaviour perilaku sosial karena ia bersifat intensional; melibatkan makna dan intepretasi
yang tersimpan di dalam diri perlakunya. Penelitian kualitatif mencoba menguak makna di balik fakta empirik sensual.
Universitas Sumatera Utara
57
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Penelitian  yang  hendak  dilakukan  adalah  penelitian  mengenai  semiotika. Preminger  dalam  Bungin,  2007:  165  memberi  batasan  Semiotika  mengenai,
“ilmu  tentang  tanda-tanda.  Ilmu  ini  menganggap  bahwa  fenomena  sosial  atau masyarakat  dan  kebudayaan  itu  merupakan  tanda-tanda.  Semiotika  itu
mempelajari  sistem-sistem,  aturan-  aturan,  konvensi  –  konvensi  yang memungkinkan    tanda-tanda  tersebut  mempunyai  arti.”  Alasan  penggunaan
semiotika  pada  penelitian  disebabkan  karena  semiotika  merupakan  “suatu pendekatan  teoritis  yang  sekaligus  berorientasi  kepada  kode  sistem  dan  pesan
tanda-tanda  dan  maknanya,  tanpa  mengabaikan  konteks  dan  pihak  pembaca audiens”  Budiman,  2003:  12.  Adapun  spesifikasi  semiotika  yang  digunakan
adalah  semiotika  signifikasi  Roland  Barthes.  Kerangka  analisis  Roland  Barthes memiliki dua patokan, yaitu two order of signification dan lima kode pembacaan.
Barthes melihat sebuah teks dalam dimensi sosial dimana teks itu berada. Artinya,  Barthes  menghubungkan  sebuah  teks  dengan  struktur  makro  mitos,
ideologi  sebuah  masyarakat  untuk  melihat    “relasi  antara  sebuah  teks  desain dengan  struktur  sosiopolitik  yang  lebih  luas  mitos,  tabu,  ideologi,  moralitas
Wardani, 2006: 13. Pada penelitian ini “pembacaan” terhadap ilustrasi “Ilustrasi Kebangsaan  Jitet”  oleh  peneliti  akan  dihubungkan  dengan  konteks  sosialnya,
seperti konteks sosial bahasa verbal maupun visualnya.
Metodologi  penelitian  yang  digunakan  dalam  analisis  semiotika  adalah interpretatif Bungin. 2007: 173. Secara metodologis, kritisme yang terkandung
dalam  teori-teori  interpretatif  –  utamanya    hermeneutika  –    menyebabkan  cara berpikir mazhab kritis   Frankfurt School terbawa pula dalam  kajian semiotika
ini.  Aliran  Frankfurt  terkenal  dengan  kritis  dengan  persoalan  lambang  atau simbol.
Sesuai  dengan  paradigma  Konstruktivis,  analisis  semiotika  bersifat kualitatif.  Jenis  penelitian  ini  memberi  peluang  yang  besar  bagi  dibuatnya
intepretasi-intepretasi  alternatif.  Dalam  penerapannya  metode  semiotika  ini menghendaki pengamatan secara menyeluruh dari teks, konteks, hingga visual.
Universitas Sumatera Utara
58
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.2 Objek penelitian.
Objek  penelitian  dalam  penelitian  ini  ada;  Simbol  pemberontakan  salam tiga  jari  yang  dilakukan  oleh  Katniss  Everdeen  dalam  Trilogy  Film  Hunger
Games yang terdapat pada :
1.  The Hunger Games 2.  The Hunger Games Cathcing Fire
3.  The Hunger Games Mocking Jay 1
Penelitian  ini  menggunakan  jenis  sampel  purposive  sampling,  yakni pemilihan  sampel  yang  disesuaikan  dengan  kriteria  tertentu  berdasarkan  tujuan
penelitian. Yang mana kriteria terpenting ialah objek memiliki  sebuah relevansi dengan penelitian ini
3.3
Subjek Penelitian.
Subjek  pada  penelitian  ini  yaitu  seluruh  scene  pada  trilogy  film  Hunger Games yang menampilkan simbol pemberontakan salam tiga jari.
3.4 Kerangka Analisis
Penelitian  ini  menggunakan  kerangka  analisis  semiologi  semiotika Roland  Barthes.  Peta  tanda  Roland  Barthes  mencakup  dua  tatanan  sistem
pemaknaan,  yaitu  sistem  signifikasi  tatanan  pertama  denotasi  dan  sistem signifikasi tatanan kedua konotasi.
Dalam konteks Barthes,  tahapan denotasi, konotasi, dan mitos dilakukan menggunakan  analisis  leksia  dan  analisis  lima  kode  pembacaan.  Barthes
mendefinisikan leksia sebagai satuan-satuan bacaan dengan panjang pendek yang bervariasi yang membangun dan mengorganisasikan suatu narasi. Melalui analisis
leksia,  pembacaan  teks  akan  dikaji  lebih  dalam  lagi.  Kode-kode  pembacaan sebagai perekat untuk memaknai suatu teks, menurut Barthes dalam Sobur, 2004:
65  beroperasi  lima  kode  pokok  five  major  codes,  yang  di  dalamnya  semua
Universitas Sumatera Utara
59
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
penanda tekstual leksia dapat dikelompokkan. Kelima kode tersebut adalah kode hermeneutika, kode proairetik, kode simbolik, kode kultural, dan kode semik.
Dalam  penelitian  ini,  konsep  analisis  yang  digunakan  ialah  pendekatan logika  induktif,  di  mana  silogisme  dibangun  berdasarkan    pada  hal-hal  khusus
atau data di lapangan dan bermuara pada kesimpulan-kesimpulan umum.
3.5 Teknik Pengumpulan Data.
Substansi  data  kualitatif  adalah  makna  dari  setiap  data  yang  dapat diungkapkannya, jadi pencarian dan pengejaran makna dari setiap upaya peneliti
di lapangan adalah puncak prestasi peneliti dalam setiap penelitian.
1.  Studi  dokumen  document  review,  yaitu  mencari,  menyimpan,  dan meneliti dokumen yang relevan dengan objek penelitian. Dokumen resmi
eksternal  menurut  Moleong  adalah  dokumen  yang  berisi  bahan-bahan informasi  yang  dihasilkan  oleh  suatu  lembaga  sosial  yang  disiarkan
kepada media massa. Dokumen visual bermanfaat untuk mengungkapkan suatu keterkaitan antara objek penelitian dengan peristiwa di masa silam
atau  peristiwa  saat  ini  Bungin,  2007:  123.  Bahan  visual  juga  memiliki makna secara spesifik terhadap objek atau informan penelitian.
2.  Studi kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan dan mempelajari literatur dan sumber bacaan yang relevan dengan topik penelitian.
3.6 Teknik Analisis Data
Semiotika  memecah-mecah  kandungan  teks  menjadi  bagian-bagian,  dan menghubungkan mereka dengan wacana-wacana yang lebih luas. Sebuah analisis
semiotik menyediakan cara menghubungkan teks tertentu dengan sistem pesan di mana ia beroperasi. Hal ini memberikan konteks intelektual pada isi: ia mengulas
cara-cara  beragam  unsur  bekerja  sama  dan  berinteraksi  dengan  pengetahuan kultural kita untuk menghasilkan makna.
Universitas Sumatera Utara
60
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Adapun menurut Christomi dalam Sobur, 2004 : 154, teknik analisa data semiotika berdasarkan :
1  Ideologi, intepretan kelompok, framework budaya; 2  Pragmatis, aspek sosial, komunikatif;
3  Lapis  makna,  intekstualitas,  kaitan  dengan  tanda  lain,  hukum  yang
mengaturnya; 4  Kamus  vs  Ensiklopedi.  Selain  teknik  analisis  ini,  peneliti  menggunakan
lima  kode  pembacaan  five  major  codes  dan  analisa  leksia  dari  Roland Barthes.
3.6.1 Analisis Leksia
Leksia  dipilih  dan  ditentukan  berdasarkan  pada  kebutuhan  pemaknaan yang akan dilakukan . Leksia dalam narasi bahasa bisa didasrkan pada: kata, frasa
klausa,  ataupun  kalimat.  Sedangkan  pada  gambar,  leksia  biasanya  digambarkan pada satuan tanda-tanda gambar yang dianggap penting dalam pemaknaan.
3.6.2 Kode Pembacaan
Menurut Roland Barthes, di dalam teks beroperasi lima kode pokok five major  code  yang  di  dalamnya  terdapat  penanda  teks  leksia.  Lima  kode  yang
ditinjau Barthes, yaitu :
1.  Kode Hermeneutika, atau  sering disebut dengan kode teka-teki. Kode ini mlihat  tanda-tanda  dalam  suatu  teks  yang  menimbulkan  pertanyaan.
Fungsi kode ini adalah mengartikulasikan persoalan yang terdapat dalam teks.  Kode  Hermeneutik  ,  yaitu  artikulasi  cara  pertanyaan,  teka-teki,
respons,  enigma, penangguhan jawaban,  akhirnya menuju pada jawaban. Atau  dengan  kata  lain,  kode  hermeneutic  berhubungan  dengan  teka-teki
yang timbul  dalam  sebuah wacana. Siapakah mereka? Apa  yang terjadi? Halangan apakah yang muncul? Bagaimanakah tujuannya? Jawaban yang
satu menunda jawaban lain? Misalnya : Mengapa Gedung DPRMPR RI yang menjadi alat berat buldoser untuk menggulingkan kotak suara?
Universitas Sumatera Utara
61
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.  Kode Proaretik, yaitu kode tindak yang membaca akibat atau dampak dari suatu  tindakan  dalam  teks.  Analisis  pada  kode  ini  menghasilkan  makna
denotasi I yaitu pada level teks. Disebut juga kode narasi. Kode ini disebut juga dengan kode yang mengandung cerita, urutan narasu atau anti narasi.
Misalnya : Kursi yang memiliki logo Gedung DPRMPR RI yang tercetak di sofa sandaran kursi menjelaskan bahwa kursi tersebut merupakan kursi
yang dimiliki oleh DPR RI.
3.  Kode  Simbolik  merupakan  aspek  pengodean  yang  gampang  dikenali karena  berulang-ulang  muncul  dalam  teks.  Kode  pembacaan  ini
menghasilkan makna konotasi  I  yang terdapat dalam  teks. Kode  ini  bisa disebut  juga  dengan  kode  yang  berkaitan  mengenai  psikoanalisis,
antithesis,  kemednuaan,  pertentangan  dua  unsur,  atau  skizofrenia. Misalnya:  Sebuah  sebuah  kotak  suara  yang  tersimpan  di  dalam  sebuah
bunker. Bunker tesebut berada di bawah gedung DPR RI. Secara langsung makna konotasinya yang dapat kita ambil merupakan sebuah lukisan dari
isi  perut  Gedung  MPRDPR  RI.  Lembaga  legislatif  DPR  RI  adalah lembaga  perusak  demokrasi  yang  telah  menjadi  identitas  bangsa
Indonesia. Hasil kerusakannya ada di ruang bawah tanah DPR RI.
4.  Kode  Kultural,  yaitu  kode  yang  telah  dikenali  bersumber  pada pengalaman-pengalaman manusia. Kode ini menghasilkan makna denotasi
II. Analisis bekerja pada level konteks. Analisis kultural dapat dikatakan yaitu  suara-suara  yang  bersifat    kolektif,  anonim,  bawah  sadar,  mitos,
kebijaksanaan,  pengetahuan,  sejarah,  moral,  psikologi,  sastra  seni,  dan legenda. Misalnya: Sebuah ilustrasi mempunyai mitos di masyarakat Jawa
sebagai  tempat  peristirahatan  para  mahluk  astral.  Warna  abu-abu melambangkan mitos sebuah kekalahan, kemurungan, dan kehancuran.
5.  Kode Semik,  yaitu kode yang berasal dari isyarat, petunjuk, atau kilasan makna  yang  ditimbulkan  oleh  penanda  tertentu.  Kode  ini  menghasilkan
makna konotasi II, yaitu pada level konteks. Misalnya: Sebuah kotak suara yang  ditunjang  atau  disepak-sepak  dalam  ilustrasi  pertama  merupakan
sebuah  petunjuk  akan  tidak  dihargainya  sebuah  suara.  Suara  hanyalah sebuah bola yang dapat dipermainkan begitu saja.
Universitas Sumatera Utara
56             UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Analisis Data
Scene  akan  dikupas  menggunakan  pisau  analisis  semilologi  Roland Barthes, analisis Leksia dan 5 Kode Pembacaan Barthes. Setiap unsur dalam film
ini  akan dimaknai menggunakan  Leksia pada awalnya, dan kemudian hasil dari analisis  tersebut  akan  menjadi  jembatan  untuk  analisis  5  Kode  Pembacaan
Barthes.
IV.1.1 Analisis Scene pada The Hunger Games
The  Hunger  Games berlatar  tempat  di  sebuah  negara  bernama Panem, yang  berdiri  di  Amerika  Utara  setelah  kehancuran  peradaban  benua  akibat
peristiwa apokalips yang  tidak  diketahui.  Negara  ini  diperintah  oleh Presiden Snow yang diktator dan terdiri dari ibu kotaCapitol yang makmur dan dua belas
distrik  di  sekelilinginya,  distrik-distrik  miskin  yang  disatukan  di  bawah  kontrol Capitol. Distrik 12, tempat cerita novel dimulai, berlokasi di kawasan kaya batu
bara yang sebelumnya dikenal dengan Appalachia.
Sebagai  hukuman  atas  pemberontakan  distrik  terhadap  Capitol  yang terjadi di masa lalu, yang berakibat musnahnya Distrik 13, seorang anak lelaki dan
perempuan yang berusia antara 12 dan 18 tahun dari masing-masing distrik dipilih melalui  pengundian  setiap  tahunnya  untuk  ikut  serta  dalam  Hunger  Games,
pertandingan  yang  mengharuskan  peserta  atau  tribut  untuk  bertarung  sampai mati  di  arena  luar  ruangan  yang  diawasi  oleh  Capitol,  hingga  akhirnya  hanya
menyisakan  satu  peserta  sebagai  pemenang.  Kisah  novel  ini  dinarasikan  oleh seorang  gadis 16 tahun  bernama Katniss  Everdeen,  yang berasal dari Distrik  12
dan menjadi sukarelawan menggantikan adiknya, Primrose, dalam Hunger Games ke-74. Sedangkan peserta laki-laki dari Distrik 12 adalah Peeta Mellark, mantan
teman sekolah Katniss yang pernah memberinya roti saat keluarganya kelaparan.
Katniss  dan  Peeta  dibawa  ke  Capitol,  dimentori  oleh  seorang  pemabuk sekaligus  pemenang  Hunger  Games  ke-50  bernama Haymitch  Abernathy,  yang
Universitas Sumatera Utara
63
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
memerintahkan  mereka  berdua  untuk  menyaksikan  dan  menentukan  kelemahan peserta  lainnya.  Seorang  penata  gaya  dipekerjakan  untuk  membuat  penampilan
para peserta menjadi penampilan terbaik; penata gaya Katniss, Cinna, adalah satu- satunya warga Capitol yang sepaham dengan Katniss. Para peserta ditampilkan di
depan umum kepada khalayak Capitol melalui wawancara televisi yang dipandu oleh Caesar  Flickerman,  dan  mereka  harus  berusaha  menarik  perhatian  para
penonton  televisi  untuk  mendapatkan  sponsor.  Saat  wawancara,  Peeta mengungkapkan cinta lama tak terbalas yang dirasakannya pada Katniss. Katniss
percaya  bahwa  hal  tersebut  hanyalah  taktik  Peeta  untuk  mendapatkan  sponsor, yang  mana  hal  ini  sangat  penting  bagi  keberlangsungan  hidup  para  peserta  di
pertandingan, karena para sponsor ini akan mengirimkan hadiah seperti makanan, obat-obatan,  dan  perlengkapan  kepada  peserta  favorit  mereka  selama
pertandingan.
Pada hari pertama pertandingan, nyaris setengah peserta yang telah tewas. Katniss  menggantungkan  hidupnya  pada  kemampuannya  dalam  berburu  dan
bertahan  hidup  untuk  tetap  selamat  dan  tersembunyi  dari  peserta  lain.  Setelah pertandingan  berlangsung  selama  beberapa  hari,  Katniss  menjalin  persekutuan
dengan Rue,  peserta  perempuan  berusia  12  tahun  dari  Distrik  11  yang mengingatkan Katniss pada adiknya. Sementara itu, Peeta bergabung dengan para
peserta  dari  distrik  kaya,  yang  dikenal  dengan  kelompok  Karier.  Akan  tetapi, ketika  Peeta  memiliki  kesempatan  untuk  membunuh  Katniss,  ia  malah
menyelamatkannya  dari  ancaman  peserta  lainnya.  Persekutuan  Katniss  dengan Rue  berakhir  seketika  setelah  Rue  tewas  dibunuh  oleh  peserta  lain,  yang
kemudian  dibunuh  pula  oleh  Katniss  dengan  menggunakan  panah.  Katniss bernyanyi untuk Rue sampai ia meninggal, dan menebarkan bunga di tubuh Rue
sebagai tanda bahwa ia menghormati Rue dan jijik terhadap Capitol.
Pandangan penonton mengenai Katniss dan Peeta yang dianggap sebagai pasangan  bernasib  sial  menyebabkan  peraturan  Hunger  Games  diubah  di
tengah-tengah  pertandingan.  Peraturan  baru  ini  memungkinkan  dua  peserta  dari distrik yang sama untuk memenangkan Hunger Games sebagai pasangan. Setelah
mendengar  hal  ini,  Katniss  mulai  mencari  Peeta  dan  akhirnya  berhasil
Universitas Sumatera Utara
64
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
menemukannya,  terluka  dan  tersuruk  di  kubangan  lumpur.  Setelah  Katniss merawatnya  hingga  pulih,  ia  mulai  memainkan  peran  sebagai  gadis  muda
kasmaran  untuk  lebih  menarik  perhatian  penonton,  dan  alhasil,  kiriman  hadiah mulai  berdatangan  dari  para  sponsor.  Ketika  pasangan  ini  menjadi  dua  peserta
terakhir  yang  masih  hidup,  panitia  pertandingan  mengembalikan  aturan pertandingan  ke  sediakala  dalam  upaya  untuk  menciptakan  final  yang  dramatis,
dengan  artian  bahwa  Katniss  dan  Peeta  akan  saling  membunuh  satu  sama  lain untuk menjadi pemenang. Katniss, yang mengetahui bahwa panitia pertandingan
akan lebih memilih untuk memiliki dua pemenang daripada tidak ada sama sekali, mengambil buah  beri beracun  yang  dikenal  dengan  nama  nightlock  dari
kantongnya dan menawarkan sebagian pada Peeta. Sadar bahwa Katniss dan Peeta berniat  untuk  bunuh  diri,  panitia  pertandingan  mengumumkan  mereka  berdua
sebagai pemenang Hunger Games ke-74.
Meskipun  berhasil  keluar  dengan  selamat  dari  arena  Hunger  Games  dan disambut  layaknya  seorang  pahlawan  di  Capitol,  Katniss  diperingatkan  oleh
Haymitch  bahwa  saat  ini  dirinya  telah  menjadi  target  politik  karena  menentang keotoriteran  Capitol  di  depan  khalayak.  Sementara  itu,  Peeta  terluka  setelah
mengetahui  bahwa  sikap  mesra  Katniss  di  arena  hanyalah  siasatnya  untuk mendapatkan  simpati  penonton.  Katniss  sendiri  masih  tidak  yakin  mengenai
perasaannya karena ia tahu bahwa ia dan Peeta akan berpisah.
Universitas Sumatera Utara
65
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 4.1
Sumber : Print Screen pada film The Haunger Games pada 01:43:27 .
1.  Analisis Leksia