Konsep Perkembangan Kepribadian KAJIAN TEORI
human character, intellect, temperament, skill, morality, and every attitude that has been built up in the course of one’s life.
kepribadian adalah segenap organisasi mental dari manusia pada semua tingkat dari perkembangannya. Ini mencakup setiap fase
karakter manusiawinya, intelek temperamen, keterampilan, moralitas dan segenap sikap, yang telah terbentuk sepanjang
hidupnya. e.
Prescott Lecky
24
: Personality is a unified scheme of experience an organization
of value that are consistent with one another. kepribadian adalah kesatuan skema dari pengalaman, merupakan organisasi nilai yang
sesuai satu sama lainnya. f.
R. Linton: Personality is the organized aggregate of psychological
processes and states pertaining to the individual. kepribadian merupakan
kumpulan dari
proses-proses psikologis
dan keadaankondisi yang bersangkutan dengan individu.
2. Teori Kepribadian
Teori kepribadian lahir karena didorong oleh kebutuhan-kebutuhan dalam kehidupan praktis, ialah untuk mengenal manusia dalam hidupnya
24
Lecky, Prescott, Self Consistent, New York: Island, 1945
sehari-hari. Sebab pada setiap manusia itu selalu ada dorongan azali untuk mengenal lebih banyak sesama makhluk hidup.
Sekalipun demikian, kita harus mengingat, bahwa pribadi atau personalitas itu merupakan satu individualitas yang serba kompleks.
Karena teori kepribadian inipun tidak akan mampu memberikan gambaran yang komplit mengenai kepribadian dengan seluruh ciri-
cirinya yang khas dan unik. a.
Teori Sigmun Freud 1856-1939 Pembagian kepribadian manusia atas tiga unsur dicetuskan
oleh Sigmund Freud dengan aliran psikologinya yang disebut psikoanalitik. Unsur pembentuk ini jangan dipandang sebagai tiga
unsur yang terpisah, melainkan fungsi kepribadian secara keseluruhan dan tidak berdiri sendiri-sendiri.
1 Id
Id adalah sistem kepribadian bawaan atau yang paling asli dari manusia. Pada saat dilahirkan, seseorang hanya
memiliki id saja. Unsur kepribadian ini merupakan tempat bersemayamnya naluri-naluri yang sifatnya buta dan tidak
terkendali. Karena
bekerjanya hanya
didorong oleh
asas kesenangan semata, maka id bersifat tidak logis, amoral, dan
hanya memiliki satu tujuan semata. Id tidak pernah menjadi dewasa dan selalu manjadi unsur anak manja dalam
kepribadian manusia. Id ini bersifat tidak sadar. 2
Ego Unsur kepribadian ini timbul setelah terjadi kontak
dengan dunia nyata yang realistis. Ia berfungsi untuk mengendalikan serta mengatur segenap tindakan yang
dilakukan dengan berlandaskan pada asas kenyataan. Ego berfungsi untuk mengendalikan kesadaran dan melaksanakan
sensor. Berbeda dengan id, ego merupakan tempat bersemayamnya inteligensi serta pola pikir rasional yang
mengendalikan serta
mengawasi dorongan-dorongan
keinginan dari Id. 3
Superego Superego merupakan unsur moral atau hukum dari
kepribadian manusia. Ia merupakan aspek moral dari seseorang yang menentukan benar dan salahnya perbuatan
yang dilakukan. Ia menampilkan hal-hal yang ideal dan bukannya riil. Berbeda dengan id yang digerakkan oleh asas
kesenangan, superego digerakkan oleh asas kesempurnaan. Superego terdiri dari nilai-nilai tradisional serta norma-norma
ideal dalam masyarakat yang diajarkan oleh orangtua terhadap
anaknya. Fungsi
superego adalah
untuk menghambat dorongan-dorongan pemuasan yang berasal dari
id. Demikianlah menurut Freud, id merupakan unsur yang sangat
penting dari kepribadian manusia. Id hadir hanya dari bentuk naluri atau nafsu seks dalam diri manusia. Jadi seseorang, menurut Freud,
tak lain dan tak bukan adalah perwujudan dari aktivitas seksual. Menurut teori Freud, manusia tidak lebih dari sekedar budak abadi
dari id dan superego serta pertentangan yang terjadi di antara keduanya. Atau barangkali ia adalah budak dari nilai-nilai masa
lalu yang diciptakan berdasar spekulasi belaka dan disebut hal baik atau buruk dalam masyarakat.
25
b. Teori Carl Gustav Jung 1875-1961
Kepribadian total yang disebut dengan psyche, sebagaimana yang dinamakan demikian oleh Jung, terdiri dari sejumlah sistem
berbeda yang saling berhubungan. Yang terpenting adalah ego, alam bawah sadar individu beserta bagian-bagiannya, alam bawah
sadar kolektif beserta arketipal-arketipalnya, persona, anima, animus, serta bayangan. Sebagai tambahan atas sistem yang saling
25
Calvin S. Hall and Gardner Lindzey, Theories of personality, New Delhi: Wiley Eastern Limited, 1991, p. 170
berdiri sendiri ini masih terdapat sikap tertutup, terbuka, dan fungsi-fungsi pikiran, perasaan, penginderaan, dan intuisi.
Akhirnya terdapatlah sang “diri” yang merupakan pusat dari seluruh kepribadian.
26
c. Teori Alfred Adler 1870-1937
Berbeda dengan pandangan Freud bahwa kebiasaan manusia didorong oleh naluri-naluri buta dan Jung yang mengatakan bahwa
tindakan umat manusia didorong oleh arketipal-arketipal, Adler berpendapat bahwa umat manusia terutama dimotivasi oleh
dorongan-dorongan masyarakat. Manusia menurut Adler, pada dasarnya adalah makhluk sosial.
Sumbangsih terpenting
kedua Adler
terhadap teori
kepribadian adalah konsep kepribadian kreatif. Ciri khas teori Adler yang membedakannya dengan psikoanalitik klasik adalah
penekanannya terhadap uniknya kepribadian. Kemudian Adler memandang bahwa kesadaran merupakan pusat dari kepribadian,
yang membuatnya sebagai pelopor ilmu kejiwaan yang berorientasikan ego.
27
26
Ibid., p. 118
27
Ibid., p. 159-160
d. Teori Erich Fromm 1900-1980
Berbagai bentuk tatanan kemasyarakatan yang diciptakan oleh umat manusia, baik itu berupa feodalisme, kapitalisme,
fasisme, sosialisme, atau komunisme, menggambarkan usaha untuk memecahkan pertentangan dasar dari umat manusia. Pertentangan
atau kontradiksi ini meliputi sifat kebinatangan dan kemanusiaan dalam diri manusia. Sebagai binatang, seseorang memiliki
kebutuhan-kebutuhan jasmaniah tertentu yang harus dipenuhi. Sebagaimana manusia, seseorang memiliki kesadaran diri, akal
budi, dan imajinasi. Pandangan Fromm mengenai seseorang di tengah-tengah
masyarakat adalah sangat praktis dan terbuka. Teorinya berisikan sikap dan cara hidup seseorang sebagai seorang individu di tengah-
tengah masyarakat. Sikap dan cara hidup pertama adalah sebagai tanggapan terhadap kebutuhan jasmani. Cara hidup kedua adalah
dengan mewujudkan kualitas-kualitas umat manusia sebagai tanggapan terhadap kebutuhan batiniah.
e. Teori B.F. Skinner 1904-1990
Skinner merupakan penganut pandangan psikologi kebiasaan behaviorisme yang menganalisis kebiasaan manusia. Ia
berpandangan bahwa sang “aku” atau kepribadian manusia adalah
sekelompok pola-pola kebiasaan yang menjadi ciri khas suatu individu. Ia memandang kebiasaan individu sebagai hasil dari
paksaan dunia luar yang menghendaki seseorang untuk melakukan sesuatu.
f. Teori Carl Ransom Rogers 1902-1987
Setiap orang menciptakan realitas yang sesuai dengan kumpulan pengalaman pribadianya, dan apa yang dialaminya itu
hanya dapat dikenal oleh orang itu sendiri. Penjelasan yang dikemukakan Rogers itu mencerminkan
pandangan fenomologis yang mengatakan bahwa apa yang dianggap nyata oleh seseorang adalah sesuatu yang hadir di
dalam kerangka pemikiran orang itu sendiri, atau dunia subyektif, termasuk gejala sesuatu yang setiap saat berada di dalam medan
kesadarannya. Konsekuensi dari hal itu adalah bahwa persepsi dan pengalaman subjektif tidak hanya menciptakan realitas pribadi
seseorang melainkan juga membentuk dasar dari segenap tindakannya.
28
Rogers menolak pandangan Freud yang mengatakan bahwa aspek-aspek masa lalu atau sesuatu yang berasal dari kebiasaan,
merupakan faktor utama pembentuk kepribadian. Kebiasaan
28
Ibid., p. 496
tidaklah ditentukan oleh sesuatu yang terjadi pada masa lalu. Sebagai gantinya, Rogers menekankan perlunya pemahaman akan
hubungan seseorang dengan lingkungan, sebagaimana adanya orang itu sekarang, serta mengamatinya. Penafsiran kita akan
pengalaman masa lalu, dan bukannya fakta keberadaan pengalaman-pengalaman itu, yang memengaruhi kebiasaan kita
sekarang.
29
3. Skema Kepribadian
Pribadi manusia itu terdiri atas individualitas biologis dan individualitas psikologis. Sedang skema kepribadian manusia tersusun
sebagai berikut:
a. Vitalitas: ialah daya pendorong dari kehidupan baik yang bersifat
jasmaniah maupun rohaniahpsikis. Vitalitas ini ialah daya hidup atau daya rentan hidup.
29
Ibid., p. 487
Vitali tas
Temper amen
Kara kter
Baka t
Diffe rensi
dan Integ
rasi
1 Vitalitas fisisjasmani itu bergantung sekali pada konstitusi
fisisjasmaniah. Konstitusi jasmaniah ini merupakan aku jasmaniah yang ditampilkan dengan tanda-tanda fisiologis
pembawaan yang karakteristik, yang kurang lebih konstan tetap sifatnya.
Dari luar vitalitas hidup yang fisis ini prosesnya seperti pasif saja. Akan tetapi sebenarnya dia beroperasi aktif secara
jasmaniah terhadap stimulus-stimulus tertentu. Vitalitas fisis ini merupakan sifat keturunan atau bawaan
sejak lahir, sehingga sifatnya relatif konstan, tidak berubah. 2
Vitalitas psikis ialah daya hidup yang bersifat psikis, yang erat kaitannya dengan konstitusi jasmaniah. Vitalitas psikis
merupakan energi-hidup yang belum terarah secara intensional dan menjadi tenaga pendorong dari seluruh
kegiatan psikis manusia. Vitalitas psikis adalah refleksi dari tenaga psikis terhadap pengaruh-pengaruh sensoris, dan
merupakan perasaan umum yang vital. b.
Temperamen: adalah konstitusi psikis atau aku-psikis. aku-psikis erat berpadu dengan konstitusi jasmaniah. Temperamen ini
bergantung sekali pada konstitusi fisisjasmaniah. Sedang konstitusi fisis tadi dibawa sejak lahir jadi herediter sifatnya. Di
dalamnya terdapat elemen-elemen yang tidak bisa dirubah, yang kurang lebih bersifat konstan, juga tidak dapat dikuasai oleh
kemauan, dan hampir-hampir tidak mungkin dididik. Jika ada sedikit kemungkinan untuk dididik, maka hal ini akan berlangsung
minim sekali. c.
Karakter ialah: aku psikis yang mengekspresikan diri dalam bentuk tingkah laku dan keseluruhan dari aku manusia. Sebagian
disebabkan oleh bakat pembawaan dan sifat-sifat hereditas sejak lahir: sebagaian lagi dipengaruhi oleh milieu atau lingkungan teori
konvergensi. Karakter mempunyai kemungkinan-kemungkinan untuk dididik.
Disamping faktor-faktor hereditas faktor endogin yang relatif konstan sifatnya milieu yang terdiri antara lain atas lingkungan
hidup, pendidikan, kondisi dan situasi hidup dan kondisi masyarakat semuanya merupakan faktor eksogin semua
berpengaruh besar terhadap pembentukan karakter. Ringkasnya, karakter itu merupakan produk dari faktor-faktor bawaan dan
pengaruh milieu. Karakter itu mempunyai pengertian yang lebih luas daripada
temperamen. Dalam karakter sudah tercakup temperamen. Karakter tersebut sifatnya kurangtidak konstan, jika dibanding dengan
temperamen. Hal ini disebabkan karena karakter itu bisa dipengaruhi dan bisa dididik.
d. Bakat: mencakup segala faktor yang ada pada individu sejak awal
pertama dari kehidupannya, yang kemudian menumbuhkan perkembangan keahlian, kecakapan, keterampilan, spesialitas
tertentu. Bakat ini bersifat leten tersembunyi, dan bisa mekar berkembang sepanjang hidup manusia, dan dapat diaktualkan
potensinya. Potensi-potensi yang terpendam dan masih lelap itu dapat dibuat aktif dan aktual.
e. Differensiasi regulasi dan integrasi kepribadian. Differensiasi
adalah terdapatnya perbedaan mengenai tugas-tugas dan pekerjaan dari masing-masing bagian tubuh. Regulasi adalah pengaturan,
yaitu dorongan untuk mengadakan perbaikan sesudah terjadi satu gangguan di dalam organisme atau badan manusia. Integrasi adalah
proses yang membuat keseluruhan jasmani dan rohani manusia itu menjadi satu kesatuan yang harmonis, karena terjadi satu sistem
pengaturan yang rapi.