UPAYA MENINGKATKAN GERAK DASAR SHOOTING DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA DENGAN AlAT BANTU PADA SISWA KELAS VIII A SMP WIYATAMA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

(1)

ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN GERAK DASAR SHOOTING DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA DENGAN AlAT BANTU PADA

SISWA KELAS VIII A SMP WIYATAMA BANDAR LAMPUNG TAHUN

PELAJARAN 2013/2014 Oleh

Andri Sofyan

Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses

pembelajaran gerak dasar shooting pada siswa kelas VIII A SMP Wiyatama Bandar Lampug Tahun Pelajaran 2013, dengan menggunakan alat bantu bola yang digantung, kun untuk gerak zig-zag tanpa bola, dan alat bantu kun untuk mendrible bola melewati rintangan.

Metodelogi penelitian yang digunakan adalah metode Tindakan Kelas (Classroom Action Research) dengan menggunakan tiga siklus. Dengan subjek penelitian adalah siswa kelas VIII A yang berjumlah 36 siswa, terdiri dari 18 laki-laki dan 18 perempuan. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan skala observasi penilaian gerak dasar shooting.

Hasil penelitian menunjukkan: bahwa penilaian siklus pertama dengan penggunaan metode bantuan bola yang digantung diperoleh persentase keberhasilan ketuntasan belajar siswa putra 5,56 %, dan siswa putri 11,11 %, sehingga diperoleh ketuntasan belajar keseluruhannya 16,67%, sedangkan tingkat efektivitas 16,17% itu berarti tindakan belum efektif. Pada siklus kedua dengan metode alat bantu kun untuk gerak Zig-zag tanpa bola diperoleh persentase keberhasilan ketuntasan belajar siswa putra 22,23% dan siswa putri 13,89%, sehingga diperoleh ketuntasan belajar keseluruhannya 36,12%, sedangkan tingkat efektivitas 44,77% itu berarti tindakan belum efektif. Pada siklus ketiga dengan alat bantu kun untuk mendribel bola melewati rintangan diperoleh persentase keberhasilan ketuntasan belajar siswa putra 47,225% dan siswa putri 47,225%, sehingga diperoleh ketuntasan belajar keseluruhannya 77,78%, dengan

perhitungan tingkat efektivitas 79,02%. Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa pembelajaran sepakbola khususnya materi gerak dasar shooting dengan alat bantu dapat memperbaiki dan meningkatkan gerak dasar shooting pada siswa kelas VIII SMP Wiyatama Bandar lampung.


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Bandar Lampung, pada tanggal 12 Agustus 1989, anak pertama dari lima bersaudara pasangan Bapak Ryanto dan Ibu Suwarti. Pendidikan yang pernah ditempuh adalah Sekolah Dasar SD Negeri 3 Jagabaya 1 selesai pada tahun 2000, pada tahun 2003 penulis menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 23 Bandar Lampung, dan menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung pada tahun 2007.

Pada tahun 2008 penulis terdaftar sebagai mahasiswa program studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di UKM Sepakbola, UKM Futsal dan pernah mengikuti kejuaraan tingkat Nasional :

1. Runner Up Futsal dalam Walikota Cup Tahun 2010.

2. POMNAS dalam cabang Sepakbola dipalembang Tahun 2010.


(7)

MOTO

jangan pernah meremehkan orang lain karena orang yang kita remehkan bisa menjadi boomerang bagi kita

(Penulis)

belajarlah hidup dari sebuah kegagalan dan kesalahan agar membuat hidup lebih baik

(Penulis)

tidak ada yang tidak mungkin dan mustahil di dunia ini kalau kita mau mencoba dan berusaha


(8)

PERSEMBAHAN

Teriring rasa syukurku ke hadirat ALLAH SWT, kupersembahkan karya sederhana ini kepada:

Bapak dan emak yang dengan sabar telah membesarkan, mendidik, dan meberikan dukungan material, moral dan doa serta harapan atas

keberhasilanku

Terimakasih atas semua cinta dan pengorbananmu serta jerih payah dari setiap tetes keringatmu yang telah kau berikan kepadaku. Adik-adikku Rika Rahmawati, Aditya Rahman, Angga Kurniawan dan

Firman Apriansyah atas doa dan dukungannya. Seluruh keluarga besarku

Penyemangat terbaikku Kedua Orangtuaku

Para sahabatku dan teman-temanku semua yang telah memberikan motivasi, semangat, dan menjadi tempat keluh kesalku selama ini.


(9)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Upaya

Meningkatkan gerak Dasar Shooting Dalam Permainan SepakBola Dengan Alat Bantu Pada Siswa Kelas VIII A SMP Wiyatama Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013”.

Penulis menyadari dalam penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari banyaknya bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada:

1. Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Drs. Baharudin, M.Pd Selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Drs. Ade Jubaedi, M.Pd Selaku Ketua Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan FKIP Universitas Lampung

4. Drs. Ade Jubaedi, M.Pd Selaku Pembimbing II atas kesabaran dan pengertian selama penulisan menyusun skripsi ini.

5. Drs. Herman Tarigan ,M.Pd Selaku Pembimbing I yang sabar dan tekun dalam membimbing penulisan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.


(10)

7. Buat Bapak, Ibu dan Adik-adikku terimakasih atas semangat dan doanya. 8. Seluruh Keluarga Besarku yang telah memberikan semangat.

9. Para sahabat-sahabat terbaikku, Edo Saputra, Evan Chaidir, Angger Budi Angkasa, Eka Mulyanto, Ocan, Agus, Riko Monyet, dan teman-teman Futsal Telkomsel terimakasih atas kebersamaan dan dukungannya.

10.Mahasiswa Penjaskes 2008 tanpa terkecuali. 11.Almamater Tercinta Universitas Lampung.

12.Semua pihak yang belum penulis sebutkan yang telah membantu penulisan selama penelitan , dan penyusunan skripsi ini

Semoga Allah SWT senantiasa membalas kebaikannya dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua Amin.

Bandar Lampung, 19 Juni 2014 Penulis


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I. PENDAHULUAN A.LatarBelakang ... 1

B.IdentifikasiMasalah ... 6

C.Rumusan Masalah ... 6

D.Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Batasan Istilah ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA A.Hakekat Pendidikan Jasmani... 9

B.Belajar ... 10

C.Ketrampilan Gerak Dasar ... 11


(12)

G.Shooting ... 22

H.Model Latihan ... 23

I. Alat Bantuu ... 27

III. METODOLOGI PENELITIAN A.Metode Penelitian... 29

B.Tujuan Penelitian Tindak Kelas (PTK) ... 30

C.Setting Penelitian ... 33

D.Subyek Penelitian ... 33

E. Proses Pembelajaran Gerak Dasar Menembak Bola atau Shooting ... 33

1. SiklusPertama ... 33

2. SiklusKedua ... 36

3. SiklusKetiga ... 38

F. Instrumen dan Cara Pengambilannya ... 40

G.Analisis Data ... 42

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian 1. Deskripsi Hasil PTK Pembelajaran Ketrampilan Gerak Dasar Shooting ... 45

a. Siklus Satu ... 47

b. Siklus Dua ... 48

c. Siklus Ketiga ... 48

2. Analisis Efektifitas Pembelajaran Setiap Siklus ... 50


(13)

B. Saran. ... 55 Daftar Pustaka. ... 57 Daftar Lampiran. ... 60


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Instrumen Gerak Dasar Shooting ... 41 2. Konversi Nilai Akhir Penafsiran Stuargg ... 45 3. Deskripsi Hasil Penelitian PTK Gerak Dasar Shooting. ... 46 4. Rekapitulasi Analisis Hasil Pembelajaran Gerak Dasar

Shooting Siklus I ... 47 5. Rekapitulasi Analisis Hasil Pembelajaran Gerak Dasar

Shooting Siklus II ... 48

6. Rekapitulasi Analisis Hasil Pembelajaran Gerak Dasar

Shooting Siklus III ... 48

7. Hasil Ketuntasan Latihan Gerak Dasar Shooting Meningkat Secara Nyata Pada Siklus Ketiga ... 49 8. Deskripsi Efektivitas Pembelajaran Pada Setiap Siklus... 50


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

Gambar 1 : Nama-nama Bagian Kaki Untuk SepakBola ... 21

Gambar 2 : Menendang Bola Dengan Kura-kura Penuh ... 23

Gambar 3 : Menendang Bola Dengan Sasaran Bola Yang Digantung Menyentuh Tanah ... 24

Gambar 4 : Menendang Bola Dengan Sasaran Bola Yang Digantung Tidak Menyentuh Tanah ... 24

Gambar 5 : Zig-zag Tanpa Bola Melewati Rintangan ... 25

Gambar 6 : Shooting Kegawang Modifikasi Dengan Skor Nilai... 25

Gambar 7 : Mendrible Bola Melewati Rintangan. ... 26

Gambar 8 : Shooting Kegawang Modifikasi Dengan Skor Nilai. ... 26


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Hasil Tes Awal Ketrampilan Gerak Dasar Shooting ... 60

2. Data Hasil Tes Siklus I Ketrampilan Gerak Dasar Shooting ... 61

3. Data Hasil Tes Siklus II Ketrampilan Gerak Dasar Shooting ... 62

4. Data Hasil Tes Siklus III Ketrampilan Gerak Dasar Shooting ... 63

5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Ketrampilan Gerak Dasar Shooting Siklus I ... 64

6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Ketrampilan Gerak Dasar Shooting Siklus II... 66

7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Ketrampilan Gerak Dasar Shooting Siklus III ... 68

8. Dokumentasi ... 70


(17)

1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan jasmani dan olahraga merupakan sebuah investasi jangka panjang dalam upaya pembinaan mutu sumber daya manusia Indonesia. Hasil yang diharapkan itu akan dicapai setelah masa yang cukup lama. Karena itu upaya pembinaan warga masyarakat dan peserta didik melalui pendidikan jasmani dan olahraga membutuhkan kesabaran dan keikhlasan untuk berkorban. Sebagai upaya pembinaan mutu sumber daya manusia, pendidikan jasmani dan olahraga di lembaga pendidikan formal dapat berkembang lebih pesat agar mampu menjadi landasan bagi pembinaan keolahragaan nasional. Proses pembentukan sikap dan pembangkitan motivasi harus dimulai pada usia dini.

Disamping itu, melalui proses pembelajaran Pendidikan Jasmani ingin mewujudkan sumbangannya terhadap perkembangan anak yang tidak berat sebelah. Sumbangan yang diberikan dari Pendidikan Jasmani adalah memberikan perkembangan secara menyeluruh, karena yang dikembangkan bukan hanya aspek keterampilan gerak dan kebugaran jasmani (ranah jasmani dan

psikomotorik), tetapi pengembangan ranah kognitif dan afektif juga dikembangkan melaui Pendidikan Jasmani. Dengan Pendidikan Jasmani,


(18)

2

Olahraga, dan Kesehatan, siswa akan memperoleh berbagai ungkapan yang erat kaitannya dengan kesan pribadi yang menyenangkan serta berbagai ungkapan yang kreatif, inovatif, terampil, memiliki kebugaran jasmani, kebiasaan hidup sehat dan memiliki pengetahuan serta pemahaman terhadap gerak manusia.

Keolahragaan adalah segala aspek yang berkaitan dengan olahraga yang

memerlukan pengaturan, pendidikan, pelatihan, pembinaan, pengembangan, dan pengawasan. Keolaragaan nasional adalah keolahragaan yang berdasarkan

pancasila dan undang-undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai keolahragaan, kebudayaan nasional Indonesia, dan

tanggap terhadap tuntutan perkembangan olahraga. Sistem keolahragaan nasional adalah seluruh aspek keolahragaan yang saling terkait secara terencana,

sistematis, terpadu dan berkelanjutan sebagai satu kesatuan yang meliputi pengaturan, pendidikan, pelatihan, pengelolaan, pembinaan, pengembangan dan pengawasan untuk mencapai tujuan keolahragaan nasional. Keolahragaan nasional bertujuan memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran prestasi, kualitas manusia, menanamkan nilai moral dan akhlak mulia, sportivitas, disiplin, mempererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa, memperkukuh pertahanan nasional, serta mengangkat harkat, martabat dan kehormatan bangsa. ( UU No 3 tahun 2005 Sistem Keolahragaan Nasional)

Para guru pendidikan jasmani diharapkan memiliki pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang memadai agar dapat mencapai suatu keberhasilan dalam mengajar dan melatih. Penguasaan suatu metode mengajar dan melatih oleh


(19)

seorang guru atau pelatih sangat penting dalam meningkatkan prestasi olahraga yang diharapkan. Keberhasilan guru dalam mengajar akan membawa dampak positif terhadap prestasi. Untuk meraih prestasi yang tinggi perlu dilaksanakan berbagai langkah dalam mencapai prestasi antara lain : dengan meningkatkan metode latihannya serta memperbaiki sarana dan prasarana. Faktor lain yang berpengaruh atas prestasi adalah tingkat kesegaran seseorang, oleh karena itu pemerintah sudah sejak dahulu berperan aktif dalam membentuk manusia

Indonesia yang sehat baik jasmani maupun rohani. Sepakbola merupakan cabang olahraga yang sangat terkenal dan digemari oleh semua lapisan masyarakat.

Sepakbola adalah permainan yang dimainkan oleh 2 buah regu yang masing-masing regu terdiri dari 11 pemain. A. Sarumpaet (1992: 17). Dan seiring dengan perkembangan zaman, sepakbola juga mengalami perubahan, hal itu terlihat pada peraturan pertandingan, perlengkapan lapangan, kelengkapan permainan,

perwasitan dan lain-lain, yang kesemuanya bertujuan bagi penonton agar sepakbola lebih bisa dinikmati dan digemari dan menjadi suatu suguhan atau tontonan yang sangat menarik.

Dewasa ini sepakbola dimainkan bukan sekedar hiburan atau pengisi waktu senggang, akan tetapi para pemain dan pelatihnya diharapkan untuk berprestasi setinggi-tingginya. Prestasi yang tinggi hanya dapat dicapai dengan latihan-latihan yang direncanakan dengan baik dan dilakukan secara terus menerus. Hal ini sangatlah wajar, karena sepakbola sudah dipertandingkan baik ditingkat daerah, nasional maupun internasional sejak lama.


(20)

4

Macam-macam teknik dasar dalam permainan sepakbola yaitu 1. Teknik tanpa bola yang merupakan gerakan-gerakan tanpa bola terdiri dari lari cepat dan mengubah arah, melompat dan meloncat, gerak tipu tanpa bola yaitu gerak tipu dengan badan, gerakan-gerakan khusus penjaga gawang, 2. Teknik dengan bola yaitu semua gerakan-gerakan dengan bola yang terdiri dari menendang bola (menembak bola atau shooting), mengoper bola menerima bola (menghentikan bola, mengontrol bola) menggiring bola, menyundul bola, melempar bola, gerak tipu dengan bola, merampas atau merebut bola, teknik-teknik khusus penjaga gawang.

Menembak bola atau shooting bola adalah salah satu teknik yang terdapat pada permainan sepakbola. Gerak dasar menembak bola atau shooting bukan

merupakan gerakan yang mudah bagi siswa SMP. Hal ini disebabkan karena pada waktu melakukan gerakan tersebut siswa harus mempunyai penguasan teknik dasar menembak bola atau shooting dengan baik dalam arti siswa dapat melakukan gerak dasar menembak bola atau shooting dengan baik dan benar. Oleh karena itu maka perlu upaya untuk meningkatkan penguasaan gerak dasar menembak bola atau shooting dan pembelajaran secara baik dan benar salah satunya dengan menggunakan bantuan alat.

Kurangnya perhatian dan bimbingan guru akan mengakibatkan pola gerakan yang salah dalam melakukan gerak dasar menembak bola atau shooting. Kurangnya memanfaatkan bahan-bahan yang seharusnya dapat dijadikan alat bantu dapat membantu proses pembelajaran yang baik.


(21)

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan penulis di SMP Wiyatama Bandar Lampung penulis memperoleh informasi bahwa hasil belajar Pendidikan Jasmani siswa kelas VIII A yang berjumlah 36 siswa yang terdiri dari 18 siswa putra dan 18 siswa putri di SMP Wiyatama Bandar Lampung tahun ajaran 2013/2014 tergolong rendah dalam penguasaan keterampilan gerak dasar shooting pada materi pelajaran sepakbola. Kemudian setelah dilakukan observasi dan

pengamatan serta penilaian secara objektif oleh penulis hasil belajar gerak dasar shooting pada materi pokok sepakbola di kelas VIII A siswa masih banyak yang belum bisa melakukan gerak dasar shooting sesuai dengan kriteria KKM

disekolah, yaitu dengan nilai 70. Siswa SMP Wiyatama Bandar Lampung khususnya pada kelas VIII A masih banyak siswa yang tidak tepat sasaran saat melakukan ketrampilan gerak dasar shooting. Hal ini dikarenakan masih banyak siswa yang belum menguasai gerak dasar menembak bola atau shooting. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, perlu diberikan model pembelajaran dengan menggunakan alat bantu pada siswa kelas VIIIA SMP Wiyatama Bandar Lampung.

Berdasarkan kenyataan bahwa aspek-aspek yang menopang pencapaian keberhasilan perlu ditingkatkan secara optimal. Salah satu aspek yang perlu ditingkatkan dan dikembangkan adalah aspek gerak dasar menembak bola atau shooting. Gerak dasar menembak bola atau shooting yang salah akan

mengakibatkan arah bola menjadi tidak tepat sasaran. Oleh karena itu untuk mengatasi masalah-masalah tersebut para siswa harus balajar secara baik dan


(22)

6

teratur dengan menggunakan alat bantu yang tepat. Hal tersebut merupakan suatu pertanda bahwa pembelajaran Pendidikan Jasmani materi sepakbola pada gerak dasar shooting di kelas VIII A tersebut belum mencapai ketuntasan belajar yang optimal dan belum ada siswa yang lulus dengan kriteria KKM.

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka penelitian ini mengambil judul ” Upaya Meningkatkan Gerak Dasar Shooting Dalam Permainan Sepakbola Dengan Alat Bantu Pada Siswa Kelas VIII A SMP Wiyatama Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014”. Dengan harapan melalui penelitian ini akan tercapai pembelajaran gerak dasar menembak bola atau shooting yang efektif sekaligus menyenangkan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dalam pembelajaran belum menggunakan alat bantu untuk meningkatkan gerak dasar menembak bola atau shooting bola.

2. Pembelajaran gerak dasar menembak bola atau shooting bola belum berjalan efektif karena belum menggunakan metode pembelajaran yang tepat.

3. Pembelajaran gerak dasar menembak bola atau shooting bola belum menunjukan model mengajar yang bervariasi.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:


(23)

“Apakah melalui alat bantu gerak dasar menembak bola atau shooting bola pada siswa kelas VIII A SMP Wiyatama Bandar Lampung dapat meningkat”.

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Ingin memotivasi siswa untuk meningkatkan kemampuan gerak dasar menembak bola atau shooting bola dengan menggunakan alat bantu.

2. Ingin tercapainya pembelajaran dalam permainan sepakbola khususnya pada gerak dasar menembak bola atau shooting bola.

3. Ingin memberikan model atau pendekatan yang tepat sehingga siswa dapat meningkatkan kemampuan gerak dasar menembak bola atau shooting bola.

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Siswa

Dapat memberikan kontribusi dalam upaya mengembangkan pedagogi olahraga terutama dalam proses pembelajaran motorik melalui model latihan dengan menggunakan alat bantu sehingga dapat memberikan pengaruh positif terhadap tingkat pemahaman dan penguasaan keterampilan motorik siswa kelas VIII A SMP Wiyatama Bandar LampungTahun Pelajaran 2013/2014. 2. Bagi guru

Dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam menentukan metode dan model atau pendekatan yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga anak dapat mengoptimalkan segenap kemampuannya dan tercapailah keberhasilan pembelajaran.


(24)

8

3. Bagi Peneliti

Peneliti dapat mengetahui upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memotivasi siswa sehingga kemampuan gerak dasar menembak bola atau shooting bola dapat meningkat. Dan juga memberikan pengalaman berharga untuk pembelajaran Pendidikan Jasmani di masa yang akan datang.

4. Bagi Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

Dapat memberikan informasi dan sumbangan pemikiran untuk kemajuan program studi pendidikan jasmani dan kesehatan.

F. Batasan Istilah 1. Upaya

Upaya berarti usaha (syarat) untuk mendapatkan tujuan atau maksud. 2. Gerak Dasar Shooting

Gerak dasar shooting merupakan gerak dasar menendang bola yang

mempunyai target sasaran dengan tujuan memasukan bola ke dalam gawang. Sukatamsi (1995 :84).

3. Alat Bantu

Alat bantu merupakan penggunaan media pembelajaran pada tahap orentasi pembelajaran akan sangat membantu efektivitas proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pembelajaran saat itu. Sudjana dan Rivai dalam Azhar Arsyad (2005: 24-25)


(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Hakekat Pendidikan Jasmani

Kegiatan belajar mengajar dalam pelajaran pendidikan jasmani amat berbeda pelaksanaannya dari pembelajaran mata pelajaran lain. Pendidikan jasmani adalah “ pendidikan melalui aktivitas jasmani “. Dengan berpartisipasi dalam aktivitas fisik, siswa dapat menguasai keterampilan dan pengetahuan, mengembangkan apresiasi estetis, mengembangkan keterampilan generik serta nilai dan sikap positif, dan memperbaiki kondisi fisik untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani. Samsudin (2008:21).

Pada dasarnya program pendidikan jasmani memiliki kepentingan yang relatif sama dengan pendidikan lainnya dalam ranah pembelajaran, yaitu sama-sama mengembangkan tiga ranah utama : psikomotor, afektif dan kognitif. Namun demikian, ada satu kekhasan dan keunikan dari program penjaskes yang tidak dimiliki oleh program pendidikan, yaitu dalam hal pengembangan wilayah psikomotor, yang biasanya dikaitkan dengan tujuan mengembangkan kebugaran


(26)

10

peserta didik, tingkat kematangan, kemampuan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik sehingga mampu meningkatkan aspek kognitif, afektif, dan

psikomotor. Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, baik jasmani, psikomotor, kognitif, dan afektif setiap siswa. Pengalaman yang disajikan akan membantu siswa untuk memahami mengapa manusia bergerak dan bagaimana cara melakukan gerakan secara aman, efisien, dan afektif setiap siswa. Samsudin (2008 : 22).

B. Belajar

Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defened as the modification or streng-thening of behavior through experiencing) Hamalik (2008 : 36). Menurut pengertian ini, belajar adalah

merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan. Dalam menguasai teori belajar, seorang guru juga perlu mengetahui teori belajar sehingga dapat menjelaskan bagaimana seharusnya siswa belajar. Belajar merupakan suatu usaha untuk menambah dan mengumpulkan berbagai pengalaman tentang ilmu pengetahuan. Belajar juga sebuah proses yang sering


(27)

diartikan penambahan pengetahuan, belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan prilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya”. Menurut Pidarta (1997:197) mengatakan bahwa belajar adalah perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat, atau kecelakaan) dan bisa

mengatakan pada pengetahuan lain serta mengkomunikasikan kepada orang lain.

Menurut Sage yang dikutip Lutan (1988:75) Prilaku disini mempunyai pengertian yang luas, mencakup berbagai kegiatan manusia seperti mengindra, mempersepsi, memperhatikan, belajar, dan berbuat dengan gerak nyata. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku akibat adanya interaksi, perubahan itu berupa penguasaan, sikap dan cara berfikir yang bersikap menetap sebagai hasil dari latihan dan pengalaman.

C. Keterampilan Gerak Dasar

Ketermpilan gerak dasar merupakan pola gerak yang menjadi dasar untuk

ketangkasan yang lebih kompleks. Gerak dasar adalah suatu bentuk gerakan yang menuntun kepada ketrampilan yang sifatnya kompleks. Gerak dasar adalah gerak yang perkembangannya sejalan dengan pertumbuhan dan tingkat kematangan. Gerak dasar tersebut meliputi gerak lokomotor, nonlokomotor dan manipulatif. Suharsimi Arikunto (2007:123). Gerak lokomotor adalah gerakan-gerakan yang


(28)

12

menekuk kaki) yaitu gerakan-gerakan yang dinamis didalam suatu ruangan yang bertumpu pada sesuatu sumbu tertentu. Gerak manipulatif yaitu gerakan-gerakan yang terkoordinasikan seperti dalam kegiatan bermain, menendang, melempar, naik sepeda dan sebagainya. Gerak keterampilan adalah gerak yang mengikuti pola atau bentuk tertentu yang memerlukan koordinasi dan kontrol sebagian atau seluruh tubuh yang bisa dilakukan melalui proses belajar. Sugiyanto ( 1993:8).

Lutan (1998) mendefinisikan gerak lokomotor adalah gerak yang digunakan untuk memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat lain atau memproyeksikan tubuh ke atas misalnya: jalan, lari, lompat dan berguling. Gerak nonlokomotor adalah keterampilan yang dilakukan tanpa memindahkan tubuh dari tempatnya, misalnya membungkuk badan, memutar badan, mendorong dan menarik.

Sedangkan gerak manipulatif adalah keterampilan memainkan suatu proyek baik yang dilakukan dengan kaki maupun dengan tangan atau bagian tubuh yang lain, misalnya menggiring bola basket dan shooting bola.

Keterampilan gerak adalah kemampuan untuk melakukan gerakan secara efisien dan efektif. Keterampilan gerak merupakan perwujudan dari kualitas koordinasi dan kontrol atas bagian-bagian yang telibat dalam gerakan. Semakin komplek pola gerak yang harus dilakukan semakin komplek pula koordinasi dan kontrol tubuh yang harus dilakukan, dan ini berarti makin sulit juga untuk dilakukan. Sugiyanto (1993:13). Gerak dasar dalam menembak bola atau shooting bola


(29)

termasuk dalam gerak manipulatif karena dilakukan dengan memainkan suatu proyek baik yang dilakukan dengan menggunakan kaki.

D. Konsep Belajar Motorik

Belajar gerak adalah belajar yang diwujudkan melalui respon-respon muskular dan diekspresikan dalam gerak tubuh dan suatu prilaku gerak yang relatif permanen sebagai hasil dari latihan dan pengalaman. Menurut Sugiyanto, dkk (2004:19) belajar gerak adalah serangkaian proses yang berkaitan dengan latihan atau pembekalan pengalaman yang menyebabkan timbulnya perubahan menetap dalam keterampilan.Yang dipelajari di dalam belajar gerak adalah pola-pola gerak mempelajari gerakan olahraga, seorang atlet berusaha untuk mengerti gerakan yang dipelajari kemudian apa yang dimengerti itu dikomandokan kepada otot-otot tubuh untuk mewujudkan dalam gerakan tubuh secara keseluruhan atau hanya sebagian sesuai dengan pola gerakan yang dipelajari.

Belajar merupakan suatu usaha untuk menambah dan mengumpulkan berbagai pengalaman tentang ilmu pengtahuan. Adapun ciri kegiatan yang disebut “belajar” adalah sebagai berikut (Noehi, Nasution, 1994:2):

1. Belajar adalah aktifitas yang menghasilkan perubahan individu yang belajar, baik aktual maupun potensial.

2. Perubahan itu pada dasarnya berubah didapatkan kemampuan baru, yang berlaku yang relatif lama.


(30)

14

Suatu proses belajar keterampilan gerak berlangsung dalam suatu rangkaian kejadian dari waktu ke waktu dan dalam prosesnya melibatkan sistem syaraf, otak dan ingatan. Tugas utama dari proses pembelajaran motorik adalah menerima dan menginterpretasikan informasi tentang gerakan-gerakan yang akan dipelajari kemudian mengolah dan menyusun informasi-informasi tersebut sedemikian rupa sehingga memungkinkan realisasi gerakan secara optimal dalam bentuk

keterampilan.

Dalam proses untuk menyempurnakan suatu belajar gerak menurut Winkel (1984:54) berlangsung dalam tiga tahapan yaitu : a. Tahap Kognitif, b. Tahap Fiksasi, c. Tahap Otomatis. Adapun tahap-tahapan dalam belajar gerak adalah sebagai berikut :

a. Tahap Koqnitif

Pada tahap ini guru setiap akan memulai mengajarkan suatu keterampilan gerak, pertama kali yang harus dilakukan menurut Winkel (1984: 53) adalah memberikan informasi untuk menanamkan konsep-konsep tentang apa yang akan dipelajari oleh siswa dengan benar dan baik. Setelah siswa memperoleh informasi tentang apa, mengapa, dan bagaimana cara melakukan aktifitas gerak yang akan dipelajari, diharapkan di dalam benak siswa telah terbentuk motor-plan, yaitu keterampilan intelektual dalam merencanakan cara

melakukan keterampilan gerak. Apabila tahap kognitif ini tidak mendapakan perhatian oleh guru dalam proses belajar gerak, maka sulit bagi guru untuk


(31)

menghasilkan anak yang terampil mempraktikkan aktivitas gerak yang menjadi prasyarat tahap belajar berikutnya.

b. Tahap Asosiatif/Fiksasi

Pada tahap ini siswa mulai mempraktikkan gerak sesuai dengan konsep-konsep yang telah mereka ketahui dan pahami sebelumnya. Tahap ini juga sering disebut sebagai tahap latihan. Winkel (1984: 54) tahap latihan adalah tahap dimana siswa diharapkan mampu mempraktikkan apa yang hendak dikuasai dengan cara mengulang-ulang sesuai dengan karakteristik gerak yang dipelajari. Apakah gerak yang dipelajari itu gerak yang melibatkan otot kasar atau otot halus atau gerak terbuka atau gerak tertutup? Apabila siswa telah melakukan latihan keterampilan dengan benar dan baik, dan dilakukan secara berulang baik di sekolah maupun di luar sekolah, maka pada akhir tahap ini siswa diharapkan telah memiliki keterampilan yang memadai.

c. Tahap Otomatisasi

Pada tahap ini siswa telah dapat melakukan aktivitas secara terampil, karena siswa telah memasuki tahap gerakan otomatis, artinya siswa dapat merespon secara cepat dan tepat terhadap apa yang ditugaskan oleh guru untuk

dilakukan. Tanda-tanda keterampilan gerak telah memasuki tahapan otomatis adalah bila seorang siswa dapat mengerjakan tugas gerak tanpa berpikir lagi


(32)

16

pola atau bentuk tertentu yang memerlukan koordinasi dan kontrol sebagian atau seluruh tubuh yang bisa dilakukan melalui proses belajar.

Penampilan gerak yang konsisten dan cermat pada tahap otomatis dapat dilihat dari ciri-ciri khusus sebagai berikut:

1) Antisipasi gerakan mengarah pada kemampuan otomatis dan irama gerakan terlihat nyata.

2) Penampilan gerakan dapat dilakukan diberbagai situasi dan kondisi yang berubah-ubah tanpa menghilangkan kelancaran dan kemulusan gerakan. 3) Proses dan hasil gerakan diperlihatkan dalam penampilan yang konstan.

E. Sepakbola

Sepakbola merupakan cabang olahraga yang sangat terkenal dan digemari oleh semua lapisan masyarakat. Dewasa ini sepakbola dimainkan bukan sekedar hiburan atau pengisi waktu senggang, akan tetapi para pemain dan pelatihnya diharapkan untuk berprestasi setinggi-tingginya. Prestasi yang tinggi hanya dapat dicapai dengan latihan-latihan yang direncanakan dengan baik dan dilakukan secara terus menerus. Hal ini sangatlah wajar, karena sepakbola sudah

dipertandingkan baik ditingkat daerah, nasional maupun internasional sejak lama.

Permainan sepakbola modern pertama kali diperkenalkan oleh Cambridge University di Inggris pada tahun 1846, dengan dibuatnya peraturan permainan sepakbola terdiri dari 11 pasal. Peraturan-peraturan itu kemudian disosialisasikan dan dapat diterima oleh universitas dan sekolah lain dan dikenal dengan


(33)

nama“Cambridge Rules of Football”. Selanjutnya pada tanggal 8 Desember 1863 tersusunlah suatu peraturan permainan sepakbola oleh The Football Assosiation dan lahirlah peraturan permainan sepakbola yang digunakan sampai sekarang. Pada tanggal 21 Mei 1904 berdirilah federasi sepakbola dengan nama “Federasi Internationale de Football Assosiation” disingkat FIFA, atas inisiatif Robert Guirin dari Perancis dan sekaligus sebagai ketua yang pertama. Federasi tersebut baru beranggotakan 7 negara pada waktu itu, yaitu : Spanyol, Perancis, Belgia, Belanda, Swiss, Demark, dan Swedia. A.Sarumpaet (1992: 2).

Sepakbola adalah permainan yang dimainkan oleh 2 buah regu yang masing-masing regu terdiri dari 11 pemain. A. Sarumpaet (1992: 17). Seiring dengan perkembangan zaman, sepakbola juga mengalami perubahan, hal itu terlihat pada peraturan pertandingan, perlengkapan lapangan, kelengkapan permainan,

perwasitan dan lain-lain, yang kesemuanya bertujuan bagi penonton agar sepakbola lebih bisa dinikmati dan digemari dan menjadi suatu suguhan atau tontonan yang sangat menarik. Sedangkan bagi pemain sendiri agar dilapangan pemain lebih aman dan terlindungi dalam mengekspresikan kemampuannya dalam mengolah bola, walau tetap saja sering terjadinya insiden yang

mengakibatkan pemain cedera sehingga pemain harus keluar dari pertandingan, bahkan ada yang menjalani operasi dan harus beristirahat serta menjalani perawatan intensif.


(34)

18

memiliki kekompakan, artinya kerjasama antar pemain dalam satu tim tersebut dapat berjalan lancar, hal ini dapat dilakukan apabila setiap pemain dapat menguasai beberapa teknik dasar dalam permainan sepakbola. Tehnik dasar dalam permainan sepakbola dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu : 1) Tehnik tanpa bola, 2) Tehnik dengan bola. Sukatamsi (1984:34). Tujuan utama orang bermain sepakbola adalah untuk mencari kemenangan. Salah satu faktor agar dapat mencapai kemenangan adalah menguasai teknik-teknik bermain sepakbola. Sukatamsi ( 1995 : 24 ) merinci teknik dasar sepakbola adalah semua gerakan tanpa bola maupun dengan bola yang diperlukan dalam bermain

sepakbola. Jadi teknik dasar bermain sepakbola adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan atau mengerjakansesuatu yang terlepas sama sekali dari permainan sepakbola Teknik tanpa bola yang terdiri atas : 1) Lari cepat, latihan ini untuk mengefisiensikan jantung dan paru-paru dengan meningkatkan suplai darah dan oksigen agar bekerja lebih baik dan mengurangi kelelahan, 2) Mengubah arah, melompat dan meloncat. Latihan ini juga berfungsi untuk

meningkatkan fungsi jantung dan paru-paru agar suplai darah dan oksigen ke otot kerja berjalan dengan baik agar bekerja lebih baik dan mengurangi kelelahan, 3) Gerak tipu tanpa bola yaitu gerak tipu dengan badan pada saat tidak membawa bola. 4) Gerakan khusus penjaga gawang . Sukatamsi (1995 : 25 ).

Teknik dengan bola adalah semua gerakan dengan bola yang terdiri atas : 1) menendang bola, 2) menerima bola, 3) menggiring bola, 4) menyundul bola, 5) melempar bola, 6) gerak tipu dengan bola, 7) merampas atau merebut bola, 8)


(35)

teknik khusus penjaga gawang. Sukatamsi (1995 : 28). Dari gerakan – gerakan teknik dasar yang beraneka ragam tersebut dapat dikatakan bahwa dalam permainan sepakbola masalah teknik dasar melibatkan orang dan bola. Dengan demikian dalam peningkatan teknik perlu dijabarkan lagi komponen-komponen teknik dasar tersebut, ialah : 1) menendang bola, 2) menggiring bola, 3) menahan dan menghentikan bola, 4) menyundul bola, 5) melempar bola, 6) merampas atau merebut bola. Aang Witarsa (1984: 8 ). Selanjutnya dikatakan pula bahwa

menendang bola adalah bagian yang terpenting dimana seorang pemain sepakbola yang tidak dapat menendang bola dengan baik tidak mungkin menjadi pemain yang baik. Dari penjelasan tentang teknik dasar tersebut di muka maka dapat diketahui bahwa dalam bermain sepakbola membutuhkan kekuatan sebab kadang-kadang harus menendang dengan keras, ketahanan sebab bermain sepakbola harus berlari kadang-kadang lambat tetapi kadang-kadang cepat, kelincahan sebab sering kali harus merubah arah sesuai dengan jalannya permainan, melompat dan sebagainya.

Dengan demikian apabila sepakbola diasumsikan sebagai latihan fisik maka sepakbola adalah jenis latihan fisik yang lengkap artinya telah memenuhi syarat latihan kesegaran jasmani seperti apa yang disyaratkan Gabbard (1987 :50) bahwa kesegaran jasmani mempunyai beberapa komponen. Komponen-komponen itu adalah : kecepatan, kekuatan, keseimbangan, kelincahan, kordinasi dan power.


(36)

20

melawan tahanan dengan suatu kecepatan dan kontraksi yang tinggi.

Keseimbangan adalah suatu kemampuan mempertahankan posisi tubuh dalam keseimbangan pada situasi gerakan statis maupun dinamis. Kelincahan adalah suatu kemampaun untuk merubah arah atau posisi tubuh dengan cepat dan dimulai dengan gerakan lain.Gabbard. Koordinasi adalah kemampuan untuk menggabungkan sistim motor dan sensori menjadi suatu pola gerak yang lebih efisien. Power adalah hasil dari gabungan kecepatan dan kekeatan, selain itu power adalah kemampuan otot untuk mengatasi tahanan dengan kontraksi yang sangat cepat.

F. Menendang Bola

Seorang pemain sepakbola agar dapat bermain dengan baik dan benar dia harus bisa menendang dengan baik dan benar pula, menurut Sucipto dkk (2000:17) menjelaskan bahwa tendangan merupakan usaha untuk memindahkan bola.

Menendang bola adalah salah satu karakteristek permainan Sepakbola yang paling dominan. Tujuan menendang bola adalah untuk mengumpan (passing),

menembak kegawang (shooting at the goal), dan menggagalkan serangan lawan (Sweeping).

Menendang bola mempunyai dua arah putaran, menurut Sukatamsi (1995: 33) menjelaskan arah putaran jalannya bola ada dua macam, yaitu: a) Tendangan lurus (Langsung). Bola setelah ditendang tidak berputar sehingga bola melambung lurus dan jalannya kencang. Pada tendangan lurus ini, tenaga tendangan melalui titik pusat bola, keluar menuju lintasan bola (lurus). b)


(37)

Tendangan melengkung (Slice). Bola setelah ditendang berputar ke arah yang berlawanan dengan arah tendangan dan arah bola, bila bola melambung setelah sampai puncak akan turun vertikal. Pada tendangan melengkung ini tenaga tendangan tidak melalui pada titik pusat bola, tenaga tendangan menyinggung bola dan memutar bola sehingga lintasan bola melengkung atau berupa garis lengkung sesuai dengan arah putaran bola. Menendang dibedakan beberapa macam dilihat dari perkenaan dari kaki ke bola (impact), yaitu menendang dengan kaki bagian dalam (inside), kaki bagian luar (outside), punggung kaki (instep) dan punggung kaki bagian dalam (inside of the instep).

Gambar 1. Nama-nama bagian kaki untuk sepakbola: kaki sebelah kiri. Sumber: Soekatamsi, ( 103:1995)


(38)

22

melambung sedang, lambungan setinggi antara lutut sampai kepala, c) Tendangan bola melambung tinggi, paling rendah setinggi kepala.

G. Shooting

Shooting adalah salah satu kemampuan individu dalam permainan sepakbola dengan tujuan memasukan bola ke dalam gawang. Teknik dasar menendang bola dengan kaki kura-kura penuh biasa digunakan para pemain sepakbola dengan tujuan untuk memasukan bola ke dalam tiang gawang. Sukatamsi (1995:84). Tendangan dengan punggung kaki seringkali dilakukan guna menghasilkan bola jauh dan keras serta terarah, biasanya tendangan punggung kaki dilakukan dalam bola-bola shooting ke gawang (Sucipto, 2000:10) Analisa gerak menendang dengan punggung kaki adalah sebagai berikut:

1. Badan di belakang bola sedikit condong ke depan, kaki tumpu diletakkan di samping bola dengan ujung kaki menghadap ke sasaran dan lutut sedikit ditekuk.

2. Kaki tendang berada di belakang bola dengan pungung kaki menghadap sasaran (bola)

3. Kaki tendang ayunkan ke belakang dan ayunkan ke depan sehingga mengenai bola

4. Perkenaan kaki pada bola tepat pada punggungkaki penuh dan tepat pada tengah-tengah bola dan pada saat mengenai bola pergelangan kaki ditegangkan.


(39)

6. Pandangan mengikuti jalannya bola dan ke sasaran (Sucipto, 2000:20).

Gambar 2.Menendang bola dengan kura-kura penuh. Sumber:Soekatamsi, ( 194:1995)

H. Model Latihan

Departemen Pendidikan Nasional (2005: 751), pengertian model disamakan dengan pola (contoh, acuan, ragam, dsb) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. Model juga diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu aktivitas tertentu. Pengertian lainnya bahwa model diartikan sebagai barang tiruan, metafor atau kiasan yang

dirumuskan. Latihan itu sendiri mengandung pengertian sebagai suatu proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja yang dilakukan secara berulang-ulang dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan atau pekerjannya. Harsono (1988 :101).


(40)

24

sebagai pedoman dalam melakukan aktivitas untuk meningkatkan kemampuan gerak dasar shooting siswa. Dengan demikian, model latihan ini harus berbentuk kegiatan-kegiatan yang menyenangkan dan juga mampu meningkatkan

kemampuan nantinya.

Model latihan gerak dasar shooting dengan menggunakan alat bantu pada setiap siklusnya diantaranya sebagai berikut:

1. Pada siklus pertama melakukan gerak dasar shooting dengan bola diam, dengan sasaran bola yang digantung menggunakan tali dengan bola sasaran menyentuh tanah sampai bola di gantung tinggi dengan ketinggian 1 meter sampai 1,5 meter.

Gambar 3. Menendang Bola Dengan sasaran Bola Yang di Gantung Menyentuh Tanah

Gambar 4. Menendang Bola Dengan sasaran Bola Yang di Gantung Tidak Menyentuh Tanah


(41)

2. Pada siklus kedua melakukan gerak zig-zag melewati rintangan tanpa bola kemudian shooting bola ke gawang yang sudah dimodifikasi dengan bentuk gawang yang sudah diberi tanda skor nilai.


(42)

26

3. Pada siklus ketiga melakukan gerak shooting dengan mendrible bola terlebih dahulu dengan melewati rintangan kemudian shooting ke gawang yang sudah dimodifikasi dengan bentuk gawang yang sudah diberi tanda skor nilai.

Gambar 7. Mendrible Bola Melewati Rintangan


(43)

I. Alat Bantu

Hamalik dalam Azhar Arsyad (2005: 15) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu efektivitas proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran saat itu. Sudjana dan Rivai dalam Azhar Arsyad (2005: 24-25)

mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu : 1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat

menumbuhkan motivasi belajar

2. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan

pembelajaran

3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga

4. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab aktivitasnya mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan dan lain-lain.


(44)

28

sederhana dan bersahaja tetapi dapat membantu dalam pencapaian tujuan

pengajaran yang diharapkan. Menurut Azhar Arsyad (2005: 7) media pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas. Tetapi ada sedikit perbedaan penggunaan istilah media dan alat bantu. Media adalah alat yang digunakan pendidik dalam menyampaikan pendidikan, dan alat bantu (peraga) digunakan untuk membantu proses pembelajaran agar bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru lebih konkret/jelas karena ada model atau replika yang dapat diamati siswa sehingga mudah diterima atau dipahami peserta didik.

Dalam proses belajar mengajar alat peraga dipergunakan dengan tujuan membantu guru agar proses belajar siswa lebih berhasil dalam proses pembelajaran dan efektif serta efesien. Menurut Amir Hamzah (1988: 110) penekanan alat bantu belajar terdapat pada visual dan audio. Alat bantu visual terdiri dari alat peraga dua dimensi hanya menggunakan dua ukuran panjang dan lebar (seperti: gambar, bagan, dan grafik) sedangkan alat peraga tiga dimensi menggunakan tiga ukuran yaitu panjang, lebar, dan tinggi (seperti: benda asli, model, alat tiruan sederhana, dan barang contoh). Alat bantu yang digunakan dalam penelitian ini adalah kardus pada siklus pertama, tiang gawang dari bambu yang sudah dimodifikasi pada siklus kedua dan tiang gawang dari kayu dengan ukuran yang dimodifikasi pada siklus ketiga.


(45)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam hal ini penulis ingin menggunakan metode penelitian tindakan kelas PTK (classroom action research), yang akan dilaksanakan pada Siswa kelas VIII A SMP Wiyatama Bandar Lampung. Metodologi penelitian adalah cara yang dilakukan secara sistematis mengikuti aturan-aturan, direncanakan oleh para peneliti untuk memecahkan permasalahan yang hidup dan berguna bagi masyarakat, maupun bagi peneliti sendiri. Sukardi (2003: 93).

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan berdasarkan masalah yang benar-benar nyata muncul dari dunia tanggung jawab peneliti/ pendidik yaitu dalam pembelajaran. Masalah yang diteliti harus datang dari guru itu sendiri dan kemudian dicari pemecahannya.

Menurut Arikunto dkk (2007: 58) Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran


(46)

30

dikarenakan ada 3 kata yang membentuk pengertian tersebut, maka ada tiga pengertian yang dapat di terangkan yaitu:

1. Penelitian menunjukkan pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

2. Tindakan menujuk pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu dalam penelitian pembentuk merangkaikan siklus kegiatan mahasiswa.

3. Kelas dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi ruang kelas dalam penelitian, yang lebih sepesifik seperti yang lama dikenal dalam bidang pendidikan dalam pengajaran yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok mahasiswa sekelas yang sama dari pendidik yang sama pula. Dalam PTK bukan hanya peneliti yang merasakan hasil tindakan tetapi bila perlakuan dilakukan pada responden maka responden dapat juga

merasakan hasil perlakuan.

B. Tujuan Penelitian Tindak Kelas (PTK)

Tujuan PTK adalah untuk perbaikan dan peningkatan professional pendidik dalam menangani proses belajar mengajar. Tujuan ini dapat dicapai dengan melakukan berbagai tindakan alternatif dalam menyelesaikan berbagai persoalan pembelajaran. Dalam PTK bukan hanya peneliti yang merasakan hasil tindakan tetapi bila perlakuan dilakukan pada responden maka responden dapat juga


(47)

merasakan hasil perlakuan. Menurut Arikunto dkk (2007: 61) tujuan PTK adalah untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran, mengatasi masalah pembelajaran, meningkatkan professionalisme dan menumbuhkan budaya akademik. Tujuan PTK ini dapat dicapai dengan melakukan berbagai tindakan alternatif dalam menyelesaikan berbagai persoalan pembelajaran, sehingga dihasilkan hal-hal sebagai berikut

1. Peningkatan atau perbaikan terhadap kinerja belajar siswa di sekolah. 2. Peningkatan atau perbaikan terhadap mutu proses pembelajaran di kelas. 3. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas penggunaan media, alat bantu,

dan sumber belajar lainnya.

4. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas prosedur dan alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar.

5. Peningkatan atau perbaikan terhadap masalah pendidikan anak di sekolah. 6. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas penerapan kurikulum dan

pengembangan kompetensi siswa di sekolah.

Tujuan PTK adalah untuk perbaikan dan peningkatan professional pendidik dalam menangani proses belajar mengajar. Tujuan ini dapat dicapai dengan melakukan berbagai tindakan alternatif dalam menyelesaikan berbagai persoalan pembelajaran. Daur ulang dalam penelitian tindakan kelas diawali dengan


(48)

32

sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan).

Gambar 9. Spiral Penelitian Tindakan Kelas. (Muhajir, 1997)

Penelitian tindakan kelas dilakukan melalui putaran atau spiral dengan beberapa siklus yang terdiri dari merencanakan, tahap melakukan tindakan, pengamatan dan tahap refleksi.

Berikut adalah putaran spiral penelitian yang tindakan kelas: 1. Perencanaan (Planning)

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana,oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. 2. Tindakan

Tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas.

3. Observasi

Observasi adalah kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat oleh suatu tindakan.


(49)

4. Refleksi

Adalah merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan.

5. Perbaikan rencana

Adalah memperbaiki suatu tindakan yang sudah dilaksanakan apabila tidak sesuai dengan tujuan yang diinginkan atau tindakan sesuai rencana.

C. Setting Penelitian 1) Tempat penelitian

Nama sekolah : SMP Wiyatama Bandar Lampung Alamat : SMP Wiyatama Bandar Lampung 2. Pelaksanaan penelitian

Lama penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah satu bulan (selama november 2013).

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII A SMP Wiyata Bandar Lampung yang berjumlah 36 siswa yang terdiri dari 18 siswa putra dan18 siswa putri.

E. Proses Pembelajaran Gerak Dasar Menembak Bola atau Shooting a. Siklus Pertama

a. Rencana


(50)

kegiatan-34

bola atau shooting bola dan instrumen yang dibutuhkan untuk mengobservasi tindakan.

3) Menyiapkan alat untuk dokumentasi (handikem atau kamera)

4) Menyiapkan bantuan alat bola yang digantung menggunakan tali dengan bola sasaran menyentuh tanah sampai bola di gantung tinggi dengan ketinggian 1 meter sampai 1,5 meter untuk pembelajaran gerak dasar menembak bola atau shooting bola.

5) Menyiapkan siswa berbaris untuk pembelajaran gerak dasar menembak bola atau shooting bola untuk mengikuti pembelajaran siklus pertama. b. Tindakan

1)Siswa dibariskan, dan dibagi menjadi 4 sap. 2)Kemudian siswa melakukan pemanasan umum

3)Menjelaskan bentuk gerak dasar menembak bola atau shooting bola yang akan dilakukan pada siklus pertama, yaitu dengan menggunakan bantuan alat bola yang digantung menggunakan tali dengan bola sasaran


(51)

menyentuh tanah sampai bola di gantung tinggi dengan ketinggian 1 meter sampai 1,5 meter

4)Siswa melakukan gerak dasar menembak bola atau shooting bola menggunakan bantuan alat bola yang digantung digawang.

5)Setiap siswa melakukan 3 sampai 5 kali gerak dasar menembak bola atau shooting bola secara bergantian. Diberikan pengulangan gerak dasar menembak bola atau shooting bola secara berurutan sampai siswa benar-benar menguasai gerakan dengan baik dan benar.

6)Menginstruksikan siswa untuk melakukan jenis latihan pada tatap muka hari tersebut.

c. Observasi

1) Observasi dilakukan untuk melihat apakah suasana dalam proses pembelajaran dengan menggunakan bantuan alat bola yang di gantung ke gawang dapat berjalan dengan baik dan efektif,

2) Setelah tindakan telah dilakukan, kemudian dikoreksi dan diberikan waktu pengulangan sebanyak 3 sampai 5 kali dan dievaluasi dari hasil tindakan siklus pertama.

d. Refleksi

1) Hasil observasi disimpulkan dan mendiskusikan rencana tindakan untuk selanjutnya, yaitu pada siklus kedua dengan menggunakan alat bantu kun untuk


(52)

36

2) Setelah didiskusikan maka tindakan pada siklus kedua adalah

menggunakan alat bantu kun untuk gerak zig-zag melewati rintangan dan gawang yang sudah dimodifikasi dengan diberi skor nilai.

2. Siklus Kedua a. Rencana

1) Menyiapkan skenario pembelajaran yang berisi tentang kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan-kegiatan pendahuluan, inti, penutup. 2) Menyiapkan alat-alat untuk proses pembelajaran gerak dasar menembak

bola atau shooting bola dan instrumenyang dibutuhkan untuk mengobservasi tindakan.

3) Menyiapkan alat untuk dokumentasi (handikem atau kamera).

4) Menyiapkan alat bantu kun untuk gerak zig-zag melewati rintangan dan gawang yang sudah dimodifikasi dengan diberi skor nilai untuk

pembelajaran gerak dasar menembak bola atau shooting bola.

5) Menyiapkan siswa berbaris untuk pembelajaran gerak dasar menembak bola atau shoting bola untuk mengikuti pembelajaran siklus kedua. b. Tindakan


(53)

1)Siswa dibariskan, dan dibagi menjadi 4 sap. 2)Kemudian siswa melakukan pemanasan umum

3)Menjelaskan bentuk gerak dasar menembak bola atau shooting bola yang akan dilakukan pada siklus kedua, yaitu dengan menggunakan alat bantu kun untuk gerak zig-zag melewati rintangan dan gawang yang sudah dimodifikasi dengan diberi skor nilai.

4)Siswa melakukan gerak dasar menembak bola atau shooting bola menggunakan alat bantu kun untuk gerak zig-zag melewati rintangan dan gawang yang sudah dimodifikasi dengan diberi skor nilai dengan gerakan yang baik dan benar.

5)Setiap siswa melakukan 3 sampai 5 kali gerak dasar menembak bola atau shooting bola secara bergantian kun untuk gerak zig-zag melewati rintangan dan gawang yang sudah dimodifikasi dengan diberi skor nilai. 6)Diberikan pengulangan gerak dasar menembak bola atau shooting bola

secara berurutan sampai siswa benar-benar menguasai gerakan dengan baik dan benar dan menginstruksikan siswa untuk melakukan jenis latihan pada tatap muka hari tersebut.

c. Observasi

1) Observasi dilakukan untuk melihat apakah suasana dalam proses pembelajaran dengan menggunakan alat bantu kun untuk gerak zig-zag


(54)

38

2) Setelah tindakan telah dilakukan, kemudian dikoreksi dan diberikan waktu pengulangan sebanyak 3 sampai 5 kali dan dievaluasi dari hasil tindakan siklus dua.

d. Refleksi

1) Hasil observasi disimpulkan dan mendiskusikan rencana tindakan untuk selanjutnya, yaitu pada siklus ketiga dengan alat bantu kun untuk

mendrible bola melewati rintangan dan gawang yang sudah dimodifikasi dengan diberi skor nilai.

2) Setelah didiskusikan maka tindakan pada siklus ketiga adalah

menggunakan alat bantu kun untuk mendrible bola melewati rintangan dan gawang yang sudah dimodifikasi dengan diberi skor nilai.

3. Siklus Ketiga a. Rencana

1) Menyiapkan skenario pembelajaran yang berisi tentang kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan-kegiatan pendahuluan, inti, penutup. 2) Menyiapkan alat-alat untuk proses pembelajaran gerak dasar gerak dasar

menembak bola atau shooting bola dan instrumen yang dibutuhkan untuk mengobservasi tindakan

3) Menyiapkan alat bantu kun untuk mendrible bola melewati rintangan dan gawang yang sudah dimodifikasi dengan diberi skor nilai untuk pembelajaran gerak dasar gerak dasar menembak bola atau shooting bola.


(55)

4) Menyiapkan siswa berbaris untuk pembelajaran gerak dasar menembak bola atau shooting bola untuk mengikuti pembelajaran siklus ketiga. b.Tindakan

1)Siswa dibariskan, kemudian siswa melakukan pemanasan umum. 2)Menjelaskan bentuk gerak dasar menembak bola atau shooting bola

yang akan dilakukan pada siklus ketiga, yaitu dengan menggunakan alat bantu kun untuk mendrible bola melewati rintangan dan gawang yang sudah dimodifikasi dengan diberi skor nilai.

3)Siswa melakukan gerak dasar menembak bola atau shooting bola menggunakan alat bantu kun untuk mendrible bola melewati rintangan dan gawang yang sudah dimodifikasi dengan diberi skor nilai dengan gerakanyang baik dan benar.

4)Setiap siswa melakukan 3 sampai 5 kali gerak dasar menembak bola atau shooting bola secara bergantian dengan alat bantu kun untuk


(56)

40

5)Siswa yang sudah melakukan gerak dasar menembak bola atau shooting bola berlari ke barisan paling belakang, dan barisan selanjutnya maju kedepan melakukan gerak dasar menembak bola atau shooting bola, dan seterusnya sampai siswa sudah melakukan semuanya.

6)Diberikan pengulangan gerak dasar menembak bola atau shooting bola secara berurutan sampai siswa benar-benar menguasai gerakan dengan baik dan benar.

7)Menginstruksikan siswa untuk melakukan jenis latihan pada tatap muka hari tersebut.

c. Observasi

1) Observasi dilakukan untuk melihat apakah suasana dalam proses

pembelajaran dengan menggunakan alat bantu kun untuk mendrible bola melewati rintangan dan gawang yang sudah dimodifikasi dengan diberi skor nilai dapat berjalan baik.

2) Setelah tindakan telah dilakukan, kemudian dikoreksi dan diberikan waktu pengulangan sebanyak 3 sampai 5 kali dan dievaluasi dari hasil tindakan siklus ketiga.

d.Refleksi

Hasil observasi disimpulkan dan mendiskusikan .

F. Instrumen dan Cara Pengambilannya

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengukur pelaksanaan PTK


(57)

Muhajir (1997;58) “dalam PTK dikatakan valid bila tindakan itu memegang aplikatif dan dapat berfungsi untuk memecahkan masalah yang dihadapi”. Alat itu berupa indikator-indikator dari penilaian keterampilan gerak dasar Shoting Bola bentuk indikatornya adalah: (1) Sikap Awal (2) Sikap Pelaksanaan (3) Sikap Akhir, (Soekatamsi 1995:102).

Instrumen Penelitian Gerak Dasar Shooting Bola dengan Menggunakan Alat Bantu di SMP Wiyatama Bandar Lampung

Nama : ... Tanggal lahir : ... Jenis Kelamin : L/P

Aspek Indikator Skor

1 2 3 4 5

Sikap Awal

1. Berdiri dengan sikap badan tegak dan posisi kaki kiri berada di depan kaki kanan untuk penendang kaki kanan, untuk penendang kaki kiri sebaliknya 2. Pandangan mata ke arah letak atau keposisi bola

dan kesasaran kemana arah bola akan ditendang 3. Kaki menumpu pada tanah pada persiapan akan

menendang bola, titik berat badan terletak pada kaki tumpu

Sikap Pelaksanan

4. Lutut kaki tumpu sedikit ditekuk dan pada saat menendang lutut diluruskan

5. Pergelangan kaki yang untuk menendang bola pada saat menendang bola dikuatkan atau ditegangkan dan tidak boleh bergerak 6. Tungkai kaki yang menendang diangkat ke

belakang kemudian diayunkan ke depan hingga bagian kaki yang digunakan mengenai bagian bola


(58)

42

keseimbangan

Sikap Akhir

8. Setelah menendang ikutilah dengan kaki tumpu satu langkah maju untuk menjaga keseimbangan. 9. Kedua lutut diluruskan setelah menendang bola,

pandangan melihat kearah bola menuju ke sasaran 10.Badan berdiri rileks dan kembali ke sikap awal Jumlah Skor

Diadopsi dari Soekatamsi, (1995:103)

Keterangan : 1 = Gerak Kurang Sekali 2 = Gerak kurang

3 = Gerak Sedang 4 = Gerak Baik 5= Gerak Baik Sekali G. Analisis data

Setelah tindakan dilakukan, maka hasil penilaian dianalisis guna melihat prosentase kualitas hasil tindakan pada setiap siklus. Untuk menghitung prosentase keberhasilan siswa digunakan rumus :

(Subagio dalam Surisman, 1997)

Keterangan :

P : Prosentase keberhasilan f : Jumlah yang melakukan benar N : Jumlah siswa yang mengikuti tes


(59)

Efektivitas

(Goodwin dan Coates dalam Surisman, 1997) Keterangan :

E : Efektivitas tindakan yang dilakukan Xn : Rerata nilai akhir siklus ketiga Xi : Rerata tes awal

Bila hasil perhitungan meningkat 50% ke atas maka tindakan yang dilakukan dinyatakan efektif.

Langkah-Langkah Perhitungan Hasil Penelitian

1. Skor maksimal dalam penilaian ini adalah 50, lalu diubah menjadi nilai baku berskala 100. Dengan demikian setiap perolehan skor mentah dikalikan 2. Contoh :

Skor mentah : 35

Nilai : 35 x 2 = 70

2. Nilai rerata kelas diperoleh dari perhitungan jumlah nilai dibagi jumlah siswa. Contoh :

n

x x

x x

X  1 2 3... 28

1488


(60)

44

3. Menghitung prosentase yang mendapat nilai di atas atau sama dengan rata-rata ketuntasan belajar.

Contoh : Hasil siklus pertama sebanyak 6 siswa mendapat nilai lebih besar atau sama dengan 70 dan siswa yang mendapat nilai kurang dari 70 sebanyak 30 siswa. Jadi, prosentase ketuntasan belajar adalah

% 100 36 6   % 67 , 16  

4. Efektifitas Pembelajaran Keterampilan Gerak Dasar Shooting

E : Efektivitas tindakan yang dilakukan Xn : Rerata nilai akhir siklus ketiga

Xi : Rerata tes awal

Maka berdasarkan data yang diperoleh,

% 100

x

x

x

i i n % 100 37 , 41 37 , 41 06 , 74

  % 100 37 , 41 69 , 32

%

100

79018612

,

0

%

0186

,

79

%

02

,

79


(61)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan dari penelitian, pada setiap siklus maka dapat disimpulkan hasil penelitian tindakan kelas dengan alat bantu pembelajaran sebagai berikut:

1. Bola yang digantungkan siswa dapat mempermudah dalam melakukan pembelajaran gerak dasar shooting kearah bola yang digantungkan di gawang.

2. Kun untuk gerak zig-zag tanpa bola dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam melakukan pembelajaran gerak dasar shooting kearah sasaran gawang modifikasi yang diberi skor nilai.

3. Kun untuk mendrible bola melewati rintangan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam melakukan pembelajaran gerak dasar shooting kearah sasaran gawang modifikasi yang diberi skor nilai. Metode ini lebih efektif dilakukan ke siswa dalam gerak dasar shooting.


(62)

56

Hendaknya siswa belajar dan memperbanyak intensitas latih agar mendapatkan hasil maksimal.

2. Guru

Menambah metode pembelajaran yang inovatif agar terciptanya siswa yang aktif dalam proses belajar mengajar.

3. Peneliti

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dan melihat masalah sebelumnya ada permasalahan dapat diselesaikan dengan cara menggunakan alat bantu untuk menyelesaikan masalah yang terjadi pada siswa kelas VIII A SMP WIYATAMA Bandar Lampung. Oleh sebab itu peneliti memberikan saran kepada peneliti lain agar dapat menyempurkan penelitian ini.


(63)

DAFTAR PUSTAKA

Aang Witarsa, 1984, Teknik Sepakbola, Jakarta : Pusdiklat PSSI A.Sarumpaet. 1992. Permainan Besar.Padang : Depdikbud.

Arsyad Azhar. 2005. Media Pembelajaran. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta. Conny Semiawan dkk. (1992). Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: PT.

GramediaWidiasarana Indonesia.

Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Gabbard C Le Blanc E. Lowy S. 1987, Physical Education for Children Building

The Foundation, New Jersey : Prentice Hall Inc Englewood Cliffs Hamalik Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara. Hamzah Amir. 1988. Media Audio-Visual. Gramedia : Jakarta.

Harsono, 1988. Cheating dan aspek-aspek psikologis dalam Choacing. Jakarta : Tambak Kusuma.

Lutan Rusli. 1988. Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metode. Depdikbud Dirjen Dikti PPLPTK. Jakarta.

Lutan Rusli dan Suherman Adang. 2000. Pengukuran Dan Evaluasi Penjaskes. Jakarta : Depdikbud Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah

Moeliono Anton. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Noehi Nasution. 1994. Belajar Motorik. Jakarta: Depdikbud.


(64)

59

Soekatamsi. 1984. Teknik Dasar Bermain Sepak Bola. Solo: Tiga Serangkai

Soekatamsi. 1995. Permainan Sepakbola I. Jakarta: Depdikbud Direktorat Jendral Pendidikan guru dan Tenaga Teknis.

Soekatamsi. 2001. Permainan Sepakbola I. Jakarta: Depdikbud Direktorat Jendral Pendidikan guru dan Tenaga Teknis.

Soekamto T dan Winataputra.1997. Teori Belajar dan Model- Model Pembelajaran. Dekdikbud. Jakarta.

Soemitro. 1992. Bermain Kecil. Depdikbud, Dikti, Jakarta.

Sopah Djamah. 2000. Pengaruh Model Pembelajaran dan Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil Belajar. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No. 22 Tahun Ke 5 Edisi Maret 2000.

Subagio, dkk. 2004. Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Materi Pokok, Universitas Terbuka.

Sucipto. 2000. Sepakbola. Departmen Pendidikan Nasional. Sugianto, 1993 . Ketrampilan gerak dasar. Universitas Terbuka.

Sugianto, 2004 . Perkembangan dan Belajar Motorik. Jakarta. Universitas Terbuka. Suharsimi Arikunto. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT. Bumi Aksara

Suharsimi Arikunto, 1977. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Suharsimi Arikunto, 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Suharsimi Arikunto, 2007. Belajar Motorik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Sukardi. 2003. Metode penelitian

Suleiman Amir Hamzah. 1988. Media Audio-Visual Untuk Pengajaran, Penerangan dan Penyuluhan. PT Gramedia. Jakarta.

Sunarto dan Agung. Hartono. 1999. Perkembangan Peserta Didik. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

Surisman. 2007. Penilaian Hasil Pembelajaran. Bandar Lampung : Universitas Lampung. Surisman. 2007. Evaluasi penjas I. Bandar Lampung : Universitas Lampung.


(65)

Tim Penyusun Kamus Bahasa Pusat. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Penerbit Balai Pustaka. Jakarta.

Winkel W. S. 1984. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. PT Gramedia. Jakarta. Universitas Lampung. 2009. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung.


(1)

3. Menghitung prosentase yang mendapat nilai di atas atau sama dengan rata-rata ketuntasan belajar.

Contoh : Hasil siklus pertama sebanyak 6 siswa mendapat nilai lebih besar atau sama dengan 70 dan siswa yang mendapat nilai kurang dari 70 sebanyak 30 siswa. Jadi, prosentase ketuntasan belajar adalah

% 100 36 6   % 67 , 16  

4. Efektifitas Pembelajaran Keterampilan Gerak Dasar Shooting

E : Efektivitas tindakan yang dilakukan Xn : Rerata nilai akhir siklus ketiga Xi : Rerata tes awal

Maka berdasarkan data yang diperoleh,

% 100

x

x

x

i i n % 100 37 , 41 37 , 41 06 , 74

  % 100 37 , 41 69 , 32

%

100

79018612

,

0

%

0186

,

79

%

02

,

79


(2)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan dari penelitian, pada setiap siklus maka dapat disimpulkan hasil penelitian tindakan kelas dengan alat bantu pembelajaran sebagai berikut:

1. Bola yang digantungkan siswa dapat mempermudah dalam melakukan pembelajaran gerak dasar shooting kearah bola yang digantungkan di gawang.

2. Kun untuk gerak zig-zag tanpa bola dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam melakukan pembelajaran gerak dasar shooting kearah sasaran gawang modifikasi yang diberi skor nilai.

3. Kun untuk mendrible bola melewati rintangan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam melakukan pembelajaran gerak dasar shooting kearah sasaran gawang modifikasi yang diberi skor nilai. Metode ini lebih efektif dilakukan ke siswa dalam gerak dasar shooting.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka dapat diajukan saran-saran bagi : 1. Siswa


(3)

Hendaknya siswa belajar dan memperbanyak intensitas latih agar mendapatkan hasil maksimal.

2. Guru

Menambah metode pembelajaran yang inovatif agar terciptanya siswa yang aktif dalam proses belajar mengajar.

3. Peneliti

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dan melihat masalah sebelumnya ada permasalahan dapat diselesaikan dengan cara menggunakan alat bantu untuk menyelesaikan masalah yang terjadi pada siswa kelas VIII A SMP WIYATAMA Bandar Lampung. Oleh sebab itu peneliti memberikan saran kepada peneliti lain agar dapat menyempurkan penelitian ini.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Aang Witarsa, 1984, Teknik Sepakbola, Jakarta : Pusdiklat PSSI A.Sarumpaet. 1992. Permainan Besar.Padang : Depdikbud.

Arsyad Azhar. 2005. Media Pembelajaran. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta. Conny Semiawan dkk. (1992). Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: PT.

GramediaWidiasarana Indonesia.

Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Gabbard C Le Blanc E. Lowy S. 1987, Physical Education for Children Building

The Foundation, New Jersey : Prentice Hall Inc Englewood Cliffs

Hamalik Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.

Hamzah Amir. 1988. Media Audio-Visual. Gramedia : Jakarta.

Harsono, 1988. Cheating dan aspek-aspek psikologis dalam Choacing. Jakarta : Tambak Kusuma.

Lutan Rusli. 1988. Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metode. Depdikbud Dirjen Dikti PPLPTK. Jakarta.

Lutan Rusli dan Suherman Adang. 2000. Pengukuran Dan Evaluasi Penjaskes. Jakarta : Depdikbud Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah

Moeliono Anton. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Noehi Nasution. 1994. Belajar Motorik. Jakarta: Depdikbud.

Pidarta Made. 1997. Landasan Kependidikan. Rineka Cipta. Jakarta.

Samsudin. 2008. Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan SMA/MA. Jakarta. Litera.


(5)

Soekatamsi. 1984. Teknik Dasar Bermain Sepak Bola. Solo: Tiga Serangkai

Soekatamsi. 1995. Permainan Sepakbola I. Jakarta: Depdikbud Direktorat Jendral Pendidikan guru dan Tenaga Teknis.

Soekatamsi. 2001. Permainan Sepakbola I. Jakarta: Depdikbud Direktorat Jendral Pendidikan guru dan Tenaga Teknis.

Soekamto T dan Winataputra.1997. Teori Belajar dan Model- Model Pembelajaran. Dekdikbud. Jakarta.

Soemitro. 1992. Bermain Kecil. Depdikbud, Dikti, Jakarta.

Sopah Djamah. 2000. Pengaruh Model Pembelajaran dan Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil Belajar. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No. 22 Tahun Ke 5 Edisi Maret 2000.

Subagio, dkk. 2004. Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Materi Pokok, Universitas Terbuka.

Sucipto. 2000. Sepakbola. Departmen Pendidikan Nasional. Sugianto, 1993 . Ketrampilan gerak dasar. Universitas Terbuka.

Sugianto, 2004 . Perkembangan dan Belajar Motorik. Jakarta. Universitas Terbuka. Suharsimi Arikunto. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT. Bumi Aksara

Suharsimi Arikunto, 1977. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Suharsimi Arikunto, 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Suharsimi Arikunto, 2007. Belajar Motorik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Sukardi. 2003. Metode penelitian

Suleiman Amir Hamzah. 1988. Media Audio-Visual Untuk Pengajaran, Penerangan dan

Penyuluhan. PT Gramedia. Jakarta.

Sunarto dan Agung. Hartono. 1999. Perkembangan Peserta Didik. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

Surisman. 2007. Penilaian Hasil Pembelajaran. Bandar Lampung : Universitas Lampung. Surisman. 2007. Evaluasi penjas I. Bandar Lampung : Universitas Lampung.


(6)

Tim Penyusun Kamus Bahasa Pusat. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Penerbit Balai Pustaka. Jakarta.

Winkel W. S. 1984. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. PT Gramedia. Jakarta. Universitas Lampung. 2009. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung.


Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR TOLAK PELURU TEKNIK LINIER DENGAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS VIIa SMP WIYATAMA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2009/2010

2 13 14

UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN SENAM LANTAI GERAK DASAR SPLIT DENGAN ALAT BANTU PADA SISWA KELAS VIII-B SMP NEGERI I NATAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011

1 17 69

UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN GERAK DASAR BACKHAND DALAM BULUTANGKIS DENGAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS VIII D SMP N 5 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

3 9 71

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN ALAT BANTU DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR MEMUKUL DALAM PERMAINAN KIPPERS PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 KUPANG KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 9 36

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK DASAR MENGGIRING DENGAN ALAT BANTU DALAM PERMAINAN SEPAK BOLA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 WAY DADI KECAMATAN SUKARAME BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 14 52

UPAYA MENINGKATKAN GERAK DASAR SHOOTING DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA DENGAN AlAT BANTU PADA SISWA KELAS VIII A SMP WIYATAMA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 11 65

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR MERODA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BANTUAN GURU PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 8 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 9 55

PERANAN GURU DALAM PEMBELAJARAN TARI BEDANA PADA SISWA KELAS VIII DI SMP WIYATAMA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 12 89

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN STOPING BOLA LAMBUNG DENGAN BANTUAN ALAT YANG DI MODIFIKASI PADA CABANG SEPAKBOLA SISWA KELAS VIII A SMP N 8 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 14 71

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK LEMPAR LEMBING DENGAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS VIII B SMP AL AZHAR 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015.

4 24 53