Metode Penelitian Definisi Oprasioanal

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung, kemudian kasus tersebut dianalisis dalam hukum pidana Islam 22

J. Sistematika Pembahasan

Sistematika penulisan sikripsi ini terdiri dari 5 lima bab. Pada masing-masing bab terbagi dalam beberapa sub bab, sehingga mempermudah pembaca untuk mengetahui gambaran secara ringkas mengenai uraian yang di kemukakan dalam tiap bab Bab pertama berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, definisi oprasional, metode penelitian dan sistematika pembahasan. Bab kedua berisi landasan teoritis yang membahas tentang gambaran umum tindak pidana perzinaan dalam perspektif hukum pidana islam Bab ketiga berisi data yang memuat deskripsi kasus perzinaan dari putusan Pengadilan Negeri Bangkalan dan putusan Pengadilan Tinggi yang menjadi pertimbangan putusan Mahkamah Agung tingkat ksasi Bab keempat merupakan analisis kasus terkait dasar pertimbangan putusan Mahkamah Agung Tingkat kasasi dalam perspektif hukum pidana Islam 22 M.Amirin, Menyusun Rencana Penelitian, Jakarta: Raawali,1990, 95. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Bab kelima berisi penutup yang didalamnya berisi tentang kesimpulan yang merupakan upaya menjawab atas rumusan masalah. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II TINDAK PIDANA PERZINAAN MENURUT KUHP DAN HUKUM

PIDANA ISLAM

A. Tindak Pidana Perzinaan Menurut KUHP 1. Pengertian

Overspel Dari berbagai terjemahan KUHP di berbagai buku refrensi, para pakar hukum Indonesia berbeda pendapat mengenai penggunaan istilah pengganti dari overspel. Hal ini dikarenakan bahasa asli yang digunakan dalam KUHP adalah bahasa Belanda. Ada pendapat yang menggunakan istilah zina. Sedangkan pendapat lain menggunakan kata istilah mukah atau gendak. Hal ini tampak dalam terjemahan KUHP hasil karya Moelyatno, Andi Hamzah, R. Soesilo, Soenarto Soerodibroto atau terjemahan KUHP dari Badan Pembinaan Hukum Nasional BPHN Departemen Kehakiman. Me nurut Van Dale’s Groat Woorden Boek Nederlanche Taag kata overspel berarti echbreuk, schending ing der huwelijk strouw yang berarti pelanggaran terhadap kesetiaan perkawinan. 23 Menurut Noyon Langemayer yang menegaskan bahwa overspel: kanaller door een gehuwde gepleegd woorden deangehuwde met wie het gepleegd wordt is volgent de wet medepleger, yang artinya perzinaan hanya dapat dilakukan oleh orang yang menikah, sedangkan orang yang tidak terikat pernikaan dalam perbuatan itu adalah turut serta medepleger 24 . Oleh karena itu, melihat ketentuan pasal 284 sedemikian rupa, maka overspel yang dapat dikenai sanksi pidana menurut KUHP adalah: 23 Topo Santosa, Seksualitas dan Hukum Pidana, Jakarta: Ind-Hill, 1997, 92. 24 Ibid, 93. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id a. persetubuhan dilakukan oleh mereka yang sudah menikah saja. Apabila pasangan ini belum menikah kedua-duanya, maka persetubuhan mereka tidak dapat dikualifikasikan sebagai overspel, hal ini berbeda dengan pengertian berzina yang menganggap persetubuhan antara pasangan yang belum menikah juga termasuk di dalamnya. b. pasangan yang disetubuhi, yang belum menikah hanya dianggap sebagai peserta pelaku medepleger. Dengan demikian apabila pasangan yang disetubuhi telah menikah juga, pasangannya tersebut dianggap bukan sebagai peserta melainkan sebagai pelaku. c. persetubuhan tidak diizinkan oleh suami atau pun isteri yang bersangkutan. Dengan demikian maka tidak dapat dikatakan overspel, jika persetubuhan itu direstui oleh suami atau istri yang bersangkutan, maka itu bukan termasuk overspel. 25

2. Syarat Pertanggung jawaban Overspel

Dipidananya seseorang tidaklah cukup orang itu telah melakukan perbuatan yang bertentangan dengan hukum atau bersifat melawan hukum. Jadi meskipun perbuatanya memenuhi rumusan delik dalam undang-undang dan tidak dibenarkan, hal tersebut belum memenuhi syarat untuk penjatuhan pidana. Untuk itu pemidanaan masih perlu adanya syarat, yaitu bahwa orang yang melakukan 25 Sahetapy .B. Mardjono Reksodiputro, Parados dalam Kriminologi, Jakarta: Rajawali, 1989, 60.

Dokumen yang terkait

Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 101/K.Pdt.Sus/Bpsk/2013 Tentang Penolakan Klaim Asuransi Kendaraan Bermotor

22 248 119

Analisis Putusan Mahkamah Agung Mengenai Putusan yang Dijatuhkan Diluar Pasal yang Didakwakan dalam Perkaran Tindak Pidana Narkotika Kajian Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 238 K/Pid.Sus/2012 dan Putusan Mahkamah Agung Nomor 2497 K/Pid.Sus/2011)

18 146 155

Efektivitas Penerapan Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 179/K/SIP/1961 Di Dalam Persamaan Hak Mewaris Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Pada Masyarakat Suku Batak Toba Perkotaan (Studi Di Kecamatan Medan Baru)

2 68 122

Analisis Tentang Putusan Mahkamah Agung Dalam Proses Peninjauan Kembali Yang Menolak Pidana Mati Terdakwa Hanky Gunawan Dalam Delik Narkotika

1 30 53

Eksekusi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 609 K/Pdt/2010 Dalam Perkara Perdata Sengketa Tanah Hak Guna Bangunan Dilaksanakan Berdasarkan Penetapan Ketua Pengadilan Negeri

3 78 117

Penyelesaian Tindak Pidana Malpraktek Yang Dilakukan Oleh Bidan Dalam Perawatan Pasiennya (Analisis Kasus No. 3344/pid.B/2006/PN Mdn)

6 166 101

Penyelesaian Tindak Pidana Malpraktek Yang Dilakukan Oleh Bidan Dalam Perawatan Pasiennya (Analisis Kasus No. 3344/pid.B/2006/PN Mdn)

3 71 101

Analisis Hukum Terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi Tentang Calon Independen Di Dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

0 68 130

Analisis Hukum Terhadap Putusan Bebas Dalam Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Kasus Putusan No. 63 K/Pid/2007)

1 72 106

STUDI KOMPARATIF PEMIDANAAN TINDAK PIDANA PERZINAAN DALAM HUKUM POSITIF INDONESIA, RUU KUHP, DAN HUKUM PIDANA ISLAM

1 37 75