24
9 Pensiunan
217 10
Nelayan -
11 Jasa
10
3. Sistem mata pencaharian dan ekonomi
Mata pencaharian pokok masyarakat kelurahan Kunden adalah swasta. Selain itu ada juga yang bermata pencaharian sebagai Pegawai Negri, anggota
ABRI, pensiunan, petani, buruh bangunan, pedagang dan lain sebagainya. Namun ada juga yang bekerja merangkap, misalnya disamping bekerja
sebagai Pegawai Negri juga bekerja sebagai petani. Keadaan ini berkaitan dengan letak tempat tinggal mereka.
Penduduk masyarakat kelurahan kunden paling banyak berkerja pada bidang swasta, PNS dan ABRI karena tingkat pendidikan masyarakat Kunden
tergolong tinggi sehingga banyak masyarakat berkerja di perusahaan dan instansi pemerintah. Mata pencarian berikutnya adalah petani, buruh tani, dan
pedagang yang ada di Desa Kunden karena keadaan geografis Desa Kunden yang mendukung seperti tanah subur, terbukti dengan warna tanah yang coklat
kehitaman dan air tidak pernah kering serta merupakan daerah persawahan serta lahan pertanian dan perkebunan yang luas.
B. Kesenian Barongan
1. Sejarah Umum Kesenian Barongan
Barongan merupakan kesenian rakyat asli Blora, di mana masyarakat Blora mempunyai semangat hidup seperti nilai-nilai positif yang terkandung
dalam kesenian Barongan. Kesenian Barongan Blora menceritakan tentang dua
25
sosok sakti yang bernama Gembong Amijoyo dan Joko Lodro. Cerita yang diangkat dalam Barongan menjadi ciri khas dari Barongan Blora .
Gembong Amijoyo merupakan sosok sakti yang dapat merubah diri menjadi harimau raksasa, di dalam cerita Barongan sering disebut Barongan.
Gembong Amijoyo bertugas menjaga
alas jati wengker.
Menurut para pengamat kesenian, Alas Jati Wengker terletak di Blora, karena pengertian dari Alas jati
wengker adalah hutan jati terbaik di dunia. Blora adalah daerah yang memiliki kekayaan alam berupa hutan jati terbaik di dunia, maka dari pengamatan ahli
kesenian tersebut dapat disimpulkan bahwa Alas jati wengker adalah hutan jati yang berada di Blora yang sudah ada sebelum Kota Blora terbentuk. Hasil
pengamatan tentang Alas jati wengker dapat menjadi bukti bahwa kesenian
Barongan merupakan kesenian asli yang sudah terjadi sebelum kota Blora terbentuk dan diwujudkan menjadi suatu bentuk kesenian oleh masyarakat Blora
sebagai ciri khas kota Blora. Joko Lodro adalah orang sakti yang bisa merubah wujud diri menjadi
sosok raksasa, didalam cerita Barongan sering disebut Gendruwon. Joko Lodro ditugaskan menjaga kerajaan Janggala yang berada Kediri dan dipimpin seorang
raja yaitu Panji Asmara Bangun. Gembong Amijoyo memiliki prinsip ”
aku bakalan njogo alas wengker sak isine
” saya akan menjaga seluruh isi hutan jati wengker. Gembong Amijoyo memiliki kakak seperguruan bernama Joko Lodro yang tinggal di kerajaan. Cerita
Panji, Panji Asmara Bangun mempunyai keinginan untuk melamar Dewi Sekartaji. Untuk melamar Dewi Sekartaji, jalan yang paling cepat adalah melewati
26 alas jati wengker
, kemudian Panji mengutus Patih Pujangga Anom yang dalam cerita Barongan menjadi Bujangganong berserta pasukan berkuda yang dalam
cerita Barongan digambarkan menjadi Jaranan. Pasukan berkuda membawa pengikut yang di dalam cerita Barongan disebut Nayantaka dan Gainah, kemudian
Bujangganong dengan pengawalan pasukan berkuda yang diikuti Nayantaka dan Gainah dalam cerita Barongan diwujudkan sebagai Pentulan pergi memasuki
alas jati wengker
. Setelah memasuki
alas jati wengker
, Bujangganong dan pasukan berkuda bertemu dengan Gembong Amijoyo, sesuai dengan sumpah tugasnya
Gembong Amijoyo melarang Bujangganong berserta pengawalnya untuk memasuki
alas jati wengker
, karena apabila Bujangganong berserta pengawalnya melewati
alas jati wengker
, maka kekayaan alam berserta
alas jati wengker
akan habis. Karena tidak diperbolehkan Gembong Amijoyo untuk melewati
alas jati wengker
, kemudian terjadilah perkelahian antara Gembong Amijoyo dengan Bujangganong. Dalam perkelahian tersebut, Bujanggangong mengalami
kekalahan. Nayantoko dan Gainah mengingatkan Gembong Amijoyo bahwa ia memiliki kakak seperguruan yang bertugas di kerajaan Janggala bernama Joko
Lodro. Setelah mengalami kekalahan, para pengawal Bujangganong kembali ke
kerajaan untuk memberitahukan peristiwa yang telah terjadi kepada Bujangganong kepada Panji Asmara Bangun. Mengingat bahwa Joko Lodro
adalah kakak seperguruan Gembong Amijoyo, Panji memberikan perintah kepada Joko Lodro untuk menemui Gembong Amijoyo di
alas jati wengker
.
27
Setibanya di
alas jati wengker
, Joko Lodro dan Gembong Amijoyo bertemu. Kedua bersaudara tersebut memiliki tugas masing-masing, Joko Lodro
bertugas untuk kerajaan Janggala sedangkan Gembong Amijoyo bertugas menjaga
alas jati wengker.
Pertikaian antara kakak adik tidak dapat dihindari, karena mereka bertanggung jawab atas tugas masing-masing. Dalam pertikaian tersebut,
Gembong Amijoyo mengalami kekalahan, berkat kesaktian yang ia miliki Gembong Amijoyo tetap bertahan hidup. Gembong Amijoyo berbicara dengan
Joko Lodro, “
Mas, yen ono sing isa ngalahke aku, rombonganmu iso nglewati alas
iki kanggo nglamar Dewi Sekartaji, nanging alas iki bakal rusak” Mas, apabila ada yang bisa mengalahkan aku, rombonganmu dapat melewati hutan ini
untuk melamar Dewi Sekartaji, tetapi hutan ini akan mengalami kerusakan. Perkataan Gembong Amijoyo kepada Joko Lodro terbukti. Pada saat ini,
Hutan jati yang berada di Blora mengalami kepunahan karena kayu jati digunakan untuk memenuhi kebutuhan pihak dari luar Blora, seperti pembuatan perabotan
rumah tangga. Jika melihat cerita Gembong Amijoyo dan Joko Lodro, mereka berdua bersaudara dan mengalami pertikaian karena Joko Lodro memilih berpihak
kepada kerajaan Jenggala, Panji Asmara Bangun daripada saudara seperguruan Joko Lodro, yaitu Gembong Amijoyo.
Masyarakat Blora mengenal tarian Barongan secara turun-temurun. Sebelum masa penjajahan Belanda, sekitar abad XVI pada saat itu Blora berada di
bawah kekuasaan kerajaan Jipang, masyarakat berusaha untuk menceritakan kembali pertikaian antara Gembong Amijoyo dan Joko Lodro dalam wujud seni
tari. Tarian Barongan menceritakan alur peristiwa pertikaian antara Gembong
28
Amijoyo, Bujangganong dan Joko Lodro yang diceritakan dalam cerita Panji. Tarian yang diciptakan masyarakat berdasarkan urut-urutan kejadian pertikaian,
yang dimulai dengan perkenalan tokoh Gembong Amijoyo dan Joko Lodro, pertemuan dan pertikaian antara Gembong Amijoyo dengan Bujangganong,
kembalinya pengawal Bujangganong Jaranan dan Penthul ke kerajaan, dan pertikaian antara Gembong Amijoyo dengan Joko Lodro yang berakhir dengan
kekalahan yang dialami Gembong Amijoyo. Gerak tari Barongan cenderung gerakan yang bersemangat, tidak terikat
dengan iringan musik karena menggambarkan pertikaian yang bersifat spontanitas. Pesan moral yang disampaikan Gembong Amijoyo
“ apabila ada yang bisa mengalahkan aku Gembong Amijoyo, rombonganmu dapat melewati
hutan ini, tetapi hutan ini akan mengalami kerusakan.”. Joko Lodro membawa rombongan yang berasal dari luar daerah alas jati wengker. Pesan tersebut dapat
diartikan bahwa diperlukanya generasi penerus yang berasal dari Blora untuk menjaga dan merawat kekayaan alam yang dimiliki Blora sehingga kelestarian
hutan jati Blora dapat terjaga. Dewasa ini, perkataan yang diucapkan Gembong Amijoyo terwujud, karena kualitas kayu jati Blora sangat baik, mengakibatkan
masyarakat menjual kayu jati kepada pembeli yang berasal dari daerah lain sehingga hutan jati mulai kehilangan kekayaanya.
Kesenian barongan kesenian khas Blora, dari 295 desa di Blora, terdapat 625 paguyuban kesenian barongan. Artinya, setiap desa paling tidak memiliki dua
kelompok kesenian barongan. Beberapa tradisi di masyarakat melibatkan kesenian Barongan, seperti contoh tradisi lamporan, ritual tolak bala yang berasal
29
dari Desa Kunden, mengharuskan keterlibatan barongan karena masyarakat menganggap Singo Barong sebagai pengusir tolak bala.
Dengan demikian, kesenian Barongan adalah kesenian yang sangat populer dan sangat lekat dengan kehidupan masyarakat pedesaan di Blora.
Masyarakat beranggapan bahwa Barongan adalah kesenian yang mewakili sifat- sifat kerakyatan masyarakat Blora, seperti kekeluargaan, kesederhanaan, tegas,
kekompakan, dan keberanian yang didasarkan pada kebenaran.
2. Sejarah Khusus Grup Barongan Guntur Seto