29
dari Desa Kunden, mengharuskan keterlibatan barongan karena masyarakat menganggap Singo Barong sebagai pengusir tolak bala.
Dengan demikian, kesenian Barongan adalah kesenian yang sangat populer dan sangat lekat dengan kehidupan masyarakat pedesaan di Blora.
Masyarakat beranggapan bahwa Barongan adalah kesenian yang mewakili sifat- sifat kerakyatan masyarakat Blora, seperti kekeluargaan, kesederhanaan, tegas,
kekompakan, dan keberanian yang didasarkan pada kebenaran.
2. Sejarah Khusus Grup Barongan Guntur Seto
Kesenian Barongan merupakan kesenian asli kota Blora, sehingga kesenian Barongan sangat populer di kalangan masyarakat Blora, terutama
masyarakat desa Kunden. Desa Kunden memiliki dua kelompok kesenian Barongan yaitu kelompok Barongan Sekarjoyo dan Kelompok Barongan Guntur
Seto. Akan tetapi, kelompok Barongan Sekarjoyo mengalami kepunahan karena pertunjukan yang kurang menarik, serta pemimpin kelompok yang sudah lanjut
usia dan tidak ada penerus yang bersedia melanjutkan kelompok kesenian Barongan Sekarjoyo tersebut.
Saat ini desa Kunden hanya memiliki kelompok kesenian Barongan yang tetap bertahan menghadapi perkembangan jaman. Kelompok kesenian tersebut
adalah Barongan Guntur Seto yang dipimpin oleh Adi Wibowo atau sering disapa Didik.
Adi Wibowo adalah laki-laki kelahiran Blora, 2 April 1971 yang memiliki impian untuk dapat membentuk grup Barongan karena ia sejak kecil
telah mencintai seni tradisional ini. Saat ia melanjutkan studi di STIKOM
30
Surabaya, di sana ia banyak berkenalan dengan pekerja buruh proyek yang ternyata tidak sedikit diantaranya merupakan seniman Reog. Ia pun kemudian
berpikir, “Kenapa Barongan Blora tidak bisa sebesar Reog?. Pertemuan dengan para pekerja buruh itu selalu mengusik pikirannya. Ia pun memiliki
keinginan dan impian bahwa suatu saat akan membawa Barongan Blora pentas di Ponorogo
di “negeri” para seniman Reog. Sumber :Hasil wawancara Adi Wibowo
Sepulang dari Surabaya, selepas lulus kuliah pada tahun 1999, Didik mendirikan group Barongan di Kunden dengan mendapatkan dorongan dari
sang Ibu yang memberikan dukungan sejak awal. Namun demikian, perjuangan Didik dalam mewujudkan keinginan untuk mengembangkan grup Barongannya
mengalami hambatan dalam merekrut pemain Barongan, tetapi tidak menghalangi semangatnya dalam mencari pemain dengan mendatangi setiap
rumah yang ada di sekitar tempat tinggalnya untuk mengajak bergabung menjadi pemain di grup Barongannya. Ada beberapa macam tanggapan
keluarga yang diajak bergabung, baik pendapat yang bersifat positif dan negative. Tetapi, Didik pada saat itu mendapatkan banyak pendapat negatif dari
keluarga yang akan diajak bergabung, antara lain penolakan keluarga melihat anaknya ikut Barongan karena keluarga menganggap Barongan salah satu
kesenian tidak mendidik dan di dalam atraksi Barongan mengandung unsur kekerasan dan tidak masuk akal. Sumber : hasil wawancara Adi Wibowo
Kemudian, Didik berfikir bagaimana kelompok Barongannya bisa maju dan bisa diterima oleh masyarakat. Didik mengikuti pelatihan dengan
31
mendatangkan teman-teman dari akademik yang berprofesi sebagai dosen di STSI Surakarta yang berasal dari Blora. Disitulah Didik mendapatkan
pembekalan dan wawasan agar dapat mengembangkan kesenian Barongan, cara yang ditempuh oleh Didik yaitu dengan mengikuti even-even dengan biaya
sendiri, setiap ada even mendaftarkan grup Barongannya di perlombaan- perlombaan di Solo dan Jogjakarta dengan tujuan agar Barongannya
mempunyai pengalaman. Zaman dulu sumber daya manusia masih sangat rendah, ketika Didik kerjasama dengan ISI Surakarta akhirnya Didik
ditawarkan untuk merekrut mahasiswi ISI Surakarta yang asli Blora untuk masuk dalam grup Barongannya. Dari hasil wawancara, disaat itulah orang-
orang berpendapat bahwa “kok mau wanita-wanita cantik ikut jaranan dalam Barongan”, sehingga animo masyarakat Blora bertambah saat pementasan
Barongan. Sumber :Hasil Wawancara Adi Wibowo Hasil dari latihan tanpa kenal lelah yang dijalaninya, ia dan grup yang
didirikannya pun mulai dikenal dan mendapatkan kesempatan manggung di berbagai pagelaran dan forum. Kelompok Barongan yang didirikannya pun ikut
menorehkan tinta emas mulai tahun 2003, antara lain menjadi bintang tamu pada Festival Reog Nasional 2003, pentas di Taman Mini Indonesia Indah
2003 dan yang takkan pernah terlupakan adalah terpilihnya menjadi juara II dalam International Etnic Culture Festival IECF di Monumen Serangan
Oemoem Yogyakarta dan dinobatkan sebagai salah satu penyaji terbaik dalam Borobudur International Festival 2003, tampil di Bengawan Solo Fair 2004.
Sumber : Ensiklopedia Blora alam, budaya dan manusia
32
Kesenian tradisional Barongan di Desa Kunden dapat bertahan di tengah perkembangan kesenian modern karena mempunyai beberapa faktor
pendukung dalam upaya pelestariannya. Para seniman dalam upaya pelestarian kesenian Barongan di Desa Kunden melakukan peningkatan kualitas
penampilan, meningkatkan sumber daya manusia, menyuguhkan atraksi-atraksi baru, menambahkan alat-alat musik modern dan lagu-lagu baru yang sesuai
dengan permintaan penonton tanpa mengurangi unsur tradisional di dalamnya. Para seniman tersebut juga menambah frekuensi pertunjukan, menjaga kondisi
dan kestabilan para pemain, mendisiplinkan anggota-anggota kelompok Barongan dan memperluas jangkauan wilayah pertunjukan.
Sumber : Hasil wawancara Adi Wibowo
Pemerintah Kabupaten Blora memberikan perhatian khusus dalam upaya pelestarian kesenian Barongan dengan mengadakan deklarasi kesenian
Barongan ke dalam Parade seni budaya Jawa Tengah. Masyarakat yang menjadi pendukung dalam upaya pelestarian kesenian Barongan juga
menunjukkan peranannya dengan mengedarkan rekaman pertunjukan berupa kaset CD yang dijual dilapak-lapak pasar. Sumber : Hasil wawancara
Upaya-upaya yang dilakukan untuk menjaga kelestarian kesenian Barongan yaitu diharapkan memberi dorongan kepada masyarakat untuk dapat
memiliki rasa tanggung jawab dan mengambil pembelajaran serta memahami arti penting dari kesenian Barongan. Seniman diharapkan tetap professional dan
selalu melestarikan kesenian Barongan sebagai kesenian tradisional yang tidak
33
kalah populernya dengan kesenian modern. Sumber : Hasil Wawancara Adi Wibowo
3. Bentuk Kesenian Barongan