5. Scene 5 Imam Menjadi Tour Guide Chen Jhia Li
Tabel 4.5 Tanda Adegan
Interpretan Objek
Jhia Li yang berkeinginan mencari masjid untuk melaksanakan shalat.
Raut muka Jhia Li terlihat bingung mencari sumber suara adzan
Tanda Dialog Imam:
Chen Jhia Li kamu cari apa ?
Chen Jia Li: Suara adzan, dimana masjid ?
Imam:
aku tahunya disini tempat makan enak, yuk makan yuk let’s go
Chen Jia Li:
maaf… terimakasih. Imam kita shalat dzuhur dulu, setelah itu baru kita ke restoran.
Interpretan Objek
Jhia Li menunjukkan muslimah yang baik dengan mengutamakan shalat dahulu
dibandingkan dengan pekerjan lainnya. Jhia Li menolak ajakan Imam
untuk ke restoran dan pergi untuk mencari masjid.
Adegan di atas menggambarkan Jhia Li sebagai seorang muslim taat dalam beribadah dengan mengutamakan shalat terlebih dahulu daripada pekerjaan
lainnya. Pesan dakwah dalam adegan di atas termasuk kategori syariat dalam mengutamakan beribadah kepada Allah. Dimana ketika terdengar suara adzan
atau panggilan shalat maka wajib bagi orang muslim untuk bergegas melaksanakan shalat terlebih dahulu. Adzan artinya pemberitahuan. Menurut
istilah agama adalah pemberitahuan bahwa waktu shalat telat masuk.
16
Sebagaimana di jelaskan dalam hadist tentang mengutamakan shalat ketika sudah terdengar adzan:
ِّللا ُلوُسَر َلِئُس ْتَلاَق َةَوْرَ ف ّمُأ ْنَع -
لسو يلع ها ىلص م
- ُىَأ
َلاَق ُلَضْفَأ ِلاَمْعَأا «
اَهِتْقَو ِلّوَأ ِِ ُةَاّصلا »
Dari Ummu Farwah, ia berkata, “Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam pernah ditanya, amalan apakah yang paling afdhol. Beliau pun
menjawab, “Shalat di awal waktunya.”
17
HR. Abu Daud no. 426. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih
Dari penjelasan hadis di atas bahwasannya, Muslim yang tulus melakasanakan tugasnya sungguh-sungguh dan tekun, ia selalu melaksanakan
shalat pada waktunya, karena shalat merupakan salah satu pokok keimananan. Siapapun yang menegakkan shalat, berarti menegakkan iman, dan siapa yang
mengabaikannya, berarti merobohkan iman.
6. Scene 6 Kebohongan Imam Pada Widya
Tabel 4.6 Tanda Adegan
16
Ibnu Mas’ud dan Zainal Abidin, Edisi Lengkap Fiqih Madzhab Syafi’I Buku 1: Ibadah, Bandung: Pustaka Setia, 2007, h. 118
17
Ibnu Hamzah, Asbabul Wurud 3, h. 330.