1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tindak pidana korupsi sepertinya telah melekat dan menjadi ciri khas bagi lembaga pemerintah di Indonesia. Hampir setiap hari masyarakat Indonesia disuguhkan
media massa mengenai berita-berita mengenai korupsi yang dilakukan oleh oknum pemerintah. Kasus korupsi yang marak dibicarakan pada awal tahun 2000 adalah kasus
korupsi pada Bantuan Likuiditas Bank Indonesia BLBI. Hasil audit dari Badan Pemeriksa Keuangan BPK menyebutkan bahwa terdapat penyimpangan terhadap
penyaluran dana BLBI sebesar Rp 138.4 triliun dari total dana sebesar Rp 144.5 triliun Kumpulan Perkara Korupsi, 2002. Setelah itu, rentetan kasus-kasus lain seperti kasus
mafia pajak, kasus suap kepolisian dan kejaksaan, kasus suap traveler checks, kasus korupsi alih fungsi hutan, kasus korupsi pada lingkup pemerintah daerah,dan kasus suap
pada pembangunan wisma atlet satu per satu bermunculan hingga sekarang ini. Instansi pendidikan ternyata tidak luput dari sorotan Komisi Pemberantasan
Korupsi KPK dimana KPK mencurigai bahwa banyak terdapat penyalahgunaan dana pendidikan dilakukan oleh Kementrian Pendidikan Nasional Kemendiknas baik itu oleh
sekolah dan perguruan tinggi yang bernaung di bawahnya maupun jajaran Kemendiknas. Indonesia Corruption Watch ICW menyebutkan bahwa institusi pendidikan merupakan
institusi paling korup di Indonesia. Pendapat ini didasarkan pada hasil penelitian dimana kasus korupsi di institusi pendidikan mencapai 111 kasus dengan total penyelewengan
sebesar Rp 233 miliar Fernan Rahadi, 2012. Penyalahgunaan dana pendidikan paling banyak terjadi pada Dana Alokasi Khusus DAK bidang pendidikan dan Biaya
Operasional Sekolah BOS. KPK melaporkan bahwa terjadi DAK sebesar Rp 2,2 triliun untuk rehabilitasi sekolah-sekolah pada 160 kabupatenkota secara rutin. Fakta
menunjukkan bahwa sekolah-sekolah pada 160 kabupatenkota tersebut ternyata tidak rusak dan tidak membutuhkan rehabilitasi Kumpulan Perkara Korupsi, 2010. Selain itu,
terdapat pula penyimpangan terhadap pemanfaatan dana dalam pengelolaan DAK untuk keperluan pembayaran jasa konsultan dan IMB. Setiap sekolah penerima DAK
diharuskan membayar biaya kosultan, perencana dan pengawas yang ternyata sekolah- sekolah tersebut tidak menunaikan kewajiban yang dibebankan. Penyimpangan DAK ini
menimbulkan kerugian bagi Negara sebesar Rp 455.4 juta Kumpulan Perkara Korupsi, 2010.
8
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERTANYAAN PENELITIAN