BAB 4. HASIL
Penelitian dilaksanakan di di poliklinik Divisi Kardiologi anak dan ruang rawat inap bagian anak RSUP Haji Adam Malik Medan. Dilakukan penelitian pada
60 pasien PJB yang masuk kriteria inklusi. Kemudian pasien dibagi menjadi dua kelompok yaitu 30 pasien PJB sianotik dan 30 pasien PJB asianotik yang
masing-masing kelompok dilakukan pemeriksaan urin sewaktu untuk menilai rasio albumin kreatinin.
Distribusi dan karakteristik sampel pada kedua kelompok penelitian terlihat pada Table 4.1. Besar sampel pada kedua kelompok sama masing-
masing 30 orang, dengan rata-rata umur pada kelompok PJB sianotik 74.60 bulan dan kelompok PJB nonsianotik 88.53 bulan. Pada kelompok PJB
sianotik lebih banyak dijumpai pada laki-laki yaitu sebanyak 21 orang 70 dan perempuan 9 orang 30. Sedangkan pada kelompok PJB non sianotik
banyak dijumpai pada perempuan sebanyak 17 orang 56.7 dan laki-laki 13 orang 43.3. Kadar hemoglobin dan hematokrit lebih tinggi pada
kelomopok PJB sianotik.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1. Karakteristik sampel penelitian
Karakteristik PJB sianotik
n=30 PJB
nonsianotik n=30
Jenis Kelamin, n Laki-laki
Perempuan Umur bulan, rerata SD
Hemoglobin g, rerata SD Hematokrit , rerata SD
LFG mlmnt1.73m , rerata SD 21 70
9 30 74.646.34
17.93.46 55.110.70
168.674.41 13 43.3
17 56.7 88.559.43
12.21.67 36.14.81
138.865.33
Kelompok dan diagnosis pasien penelitian terlihat pada Tabel 4.2. Diagnosis pada kelompok PJB sianotik lebih banyak dijumpai Tetralogy of
Fallot sebanyak 20 orang 66.7, sedangkan pada kelompok PJB nonsianotik banyak dijumpai Ventricular Septal Defect sebanyak 11 orang
36.7.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2. Kelompok dan diagnosis pasien Kelompok dan diagnosis
n Kelompok 1 : PJB sianotik
Tetralogy of Fallot Transposition of the Great
Arteries Double Outlet Right Ventricle
Double Outlet Right Ventricle- Transposition of the Great
Arteries Pulmonary Atresia - Ventricular
Septal Defect Total
Kelompok 2 : PJB nonsianotik Ventricular Septal Defect
Atrial Septal Defect Patent Ductus Arteriosus
Pulmonary Stenosis Total
20 66.7 2 0.6
2 0.6 1 0.3
5 16.7
30 100.0
11 36.7 8 26.7
10 33.3 1 0.3
30 100.0
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil pemeriksaan urin sewaktu untuk menilai rasio albumin kreatinin memperlihatkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara
PJB dan proteinuria. Kejadian proteinuria pada PJB dapat dilihat pada Tabel 4.3. Pada PJB sianotik lebih banyak dijumpai proteinuria sebanyak 11 orang
36.7 sedangkan PJB nonsianotik dijumpai proteinuria sebanyak 9 orang 30. Selain itu, dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, kadar hematokrit
dan LFG pada PJB sianotik untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proteinuria.
Tabel 4.3. Hubungan antara PJB dan proteinuria Proteinuria
P Positif
Negatif n
n Penyakit
Jantung Bawaan
Sianotik 11
36.7 19
63.7 0.584
Non sianotik
9 30
21 70
Total 20
33.3 40
66.7 Uji Kai Kuadrat
Dari hasil analisis bivariat pengaruh kadar hemoglobin dan LFG terhadap proteinuria memperlihatkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna
antara kelompok proteinuria positif dan proteinuria negatif pada PJB sianotik.
Universitas Sumatera Utara
Pengaruh kadar hemoglobin dan LFG terhadap proteinuria pada PJB sianotik dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4. Analisis bivariat pengaruh kadar hemoglobin dan LFG terhadap
proteinuria pada PJB sianotik n
rerata±SD IK 95 P
LFG kelompok proteinuria positif
11 138±98.9 47.8-21.3-
116.9 0.116
LFG kelompok proteinuria positif
19 186.2±51
Kadar hemoglobin
kelompok proteinuria positif
11 18.3±4.4 0.5-2.5-3.7
0.126
Kadar hemoglobin
kelompok proteinuria positif
19 17.7±2.9
Uji t tidak berpasangan Dari hasil analisis bivariat terdapat 2 faktor risiko yang mempunyai
hubungan terhadap kejadian proteinuria pada PJB sianotik yang memiliki nilai P 0.25 yaitu kadar hemoglobin P=0.126 dan LFG P=0.116 selanjutnya
dilakukan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik yang dapat dilihat pada tabel 4.5.
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil analisis multivariat dengan uji regresi logistik dapat disimpulkan bahwa dari seluruh faktor risiko yang diduga berhubungan
kejadian proteinuria adalah kadar hemoglobin dan LFG, walaupun secara statistik tidak memperlihatkan pengaruh yang signifikan terhadap kejadian
proteinuria. Tabel 4.5. Hasil Analisis multivariat regresi logistik tentang pengaruh kadar
hemoglobin dan LFG terhadap proteinuria pada PJB sianotik Faktor Risiko
OR IK 95
P LFG
1.01 0.99-1.03
0.08
Kadar Hemoglobin
0.88 0.69-1.13
0.31
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara PJB sianotik dan kejadian proteinuria. Tetralogy of Fallot merupakan
jenis PJB sianotik yang paling banyak dijumpai kejadian proteinuria. Faktor- faktor yang berhubungan dengan kejadian proteinuria yaitu LFG dan kadar
hemoglobin.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5. PEMBAHASAN