Jadi dalam pemeriksaan MRI kepala, MRI memberikan gambaran anatomis dari otak, sedangkan MRS memberikan informasi metabolisme dari area tertentu pada
gambar anatomi kepala yang telah dibuat dengan MRI tadi.
2.14.2 Magnetic Resonance Spectroscopy pada pemeriksaan otak.
MRS telah banyak digunakan secara intensif untuk pemeriksaan otak dan kelainan patologisnya sejak awal tahun 1980. Saat itu, MR spectroscopy untuk
pemerikasaan otak menggunakann nukleus phosphorus
31
P . Namun teknik ini mempunyai kekurangan dari segi rendahnya sensivitas dan konsentrasi pada
jaringan otak serta resolusi spasial yang tidak adekuat pada pemeriksaan fokal lesi berukuran sedang atau kecil, sehingga digantikan oleh hydrogen
1
H . Teknik resonansi proton
1
H adalah paling banyak digunakan pada pemeriksaan otak karena kandungan hydrogen terbanyak dalam tubuh manusia dan emisi
nukleusnya memancarkan frekuensi paling intens ketika berinteraksi dengan medan magnet eksternal serta pemeriksaannya dapat dikerjakan dengan coil yang
sama dengan yang digunakan untuk imaging. Proton MR spectroscopy pada jaringan otak menunjukkan spektral dari beberapa
metabolit dimana konsentrasi minimumnya antara 0.5 dan 1.0 mMol dalam satu spektrum, metabolit-metabolit tersebut beresonansi pada frekuensi yang berbeda
sehingga posisi tiap metabolit yang di plot sepanjang grafik axis horisontal berbeda satu dengan lainnya, dan merujuk pada pergeseran kimia chemical shift,
mempunyai skala unit dalam part per millon ppm . Pola normal spektral dari metabolit jaringan otak ditunjukkan pada gambar 2.1
berikut ini.
Gambar 2.1 MR spectroscopy otak normal Konsentrasi tiap metabolit lebih direpresentasikan oleh area dibawah puncak
kurva ketimbang tinggi peak dari puncak tersebut. Konsentrasi metabolit- metabolit itu jauh lebih kecil dibandingkan air dan lemak. Oleh sebab itu , MR
spectroscopy pemeriksaan otak menggunakan teknik Chemical shift selective CHESS seperti yang dipakai pada teknik saturasi lemak fat sat , tetapi
bedanya radiofrekuesi yang ditekan berpusat pada air bukan lemak, untuk menekan signal dari air atau cairan otak, sehingga frekuensi-frekuensi metabolit
tersebut dapat terlihat dengan lebih prominen. Perbedaan pola dari spektral antara jaringan otak normal dan abnormal adalah
dasar aplikasi klinis dari MR spectroscopy. Sedangkan magnetic resonance imaging perbedaan morfologi antara struktur anatomi otak normal dan abnomal
menjadi dasarnya. Permasalahanya ada beberapa kelainan patologis tanpa perubahan morfologi misalnya ischemia . Disamping itu perubahan struktur
anatomi tersebut masih perlu dibedakan jenisnya, dan terkadang sulit karena memilik karakteristik morfologi yang hampir sama, misalnya tumor low grade
glioma atau cerebral infark. Intinya proses terjadinya penyakit pada jaringan otak, kelainan metabolik sering
kali terjadi lebih dahulu sebelum perubahan morfologinya. MR spectroscopy tidak berperan menggantikan MRI, namun sebagai tambahan informasi metabolik non
invasif sehingga evaluasi diagnosa menjadi lebih komperhensif.
Dalam aplikasi klinis, pola spektral otak normal menjadi referensi pembanding untuk menentukan jenis kelainan pada otak yang abnormal. Dari penelitian secara
klinis, beberapa kelainan pada otak ternyata memiliki karakteristik pola spektrum yang khas atau ibaratnya sep
erti ‖tanda tangan‖, misalnya dengan penurunan atau kenaikan rasio metabolit tertentu . Hal ini bisa membantu pada dokter
untuk mendiagnosa penyakit lebih baik lagi. Aplikasi klinis yang umum digunakan pada pemeriksaan MR spectroscopy otak
adalah pada kasus tumor, infeksi , inflamasi, epilepsi, dan sebagainya.
2.15 TEKNIK MR SPECTROSCOPY KEPALA 2.15.1 Persiapan pasien