Universitas Sumatera Utara
52,5 dalam penelitian ini menyukai tayangan ini karena lewat lawakan segar khas para comic sehingga dengan mudah mendapat tempat di hati setiap pemirsa baik yang di rumah maupun di
studio.
4.4 Pembahasan
Pada bagian ini dikemukakan pembahasan terhadap hasil hasil penelitian yang meliputi: 1.
Persepsi yang terbentuk di kalangan mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU terhadap Program Stand Up Comedy di Metro TV yang meliputi:
a. Seleksi, adalah proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari luar,
intensitas dan jenisnhya dapat banyak atau sedikit. b.
Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Dalam fase ini, biasanya rangsangan yang diterima
selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk. Interpretasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, hyakni pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut,
motivasi, kepribadian dan kecerdasan. Namun, persepsi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkategorian informasi yang
diterimanya, yaitu proses mereduksi informasi yang kompleks menjadi sederhana. Reaksi, yaitu tingkah laku setelah berlangsung proses seleksi dan
interpretasi. Dalam hal ini, penulis mengartikan sebagai suatu proses penilaian yang dilakukan oleh responden setelah selesai menonton acara Stand Up
Comedy di Metro TV. c.
Reaksi dalam hal ini adalah bagaimana sikap serta tingkah laku responden sebelum dan sesudah menonton acara Stand Up Comedy.
Dari analisa yang dilakukan terhadap pola bentuk persepsi diatas didapatkan bahwa pengetahuan masyarakat tentang program acara Stand Up Comedy di Metro TV masuk dalam
kategori penilaian tinggi. Kemudian sikap masyarakat terhadap program Stand Up Comedy di Metro TV masuk dalam kategori penilaian baik. Dan pada indikator perilaku masyarakat
terhadap program Stand Up Comedy di Metro TV masuk dalam penilaian yang positif. Jadi, berdasarkan hasil analisis, rata rata persepsi mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara adalah baik, karena program acara ini disamping menawarkan hiburan dapat juga memberikan pengetahuan melalui materi yang
berasal dari fenomena-fenomena yang terjadi sehari hari dan menjadi hal yang patut untuk dipelajari. Ini dapat dilihat dari sikap dan perilaku responden terhadap program Stand Up
Universitas Sumatera Utara
Comedy di Metro TV dapat dikategorikan sebagai nilai yang positif. Dengan demikian peneliti menyimpulkan bahwa persepsi mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara adalah positif. Jika dikaitkan dengan teori yang digunakan yaitu teori S-O-R, hasil dari penelitian ini merupakan efek dari adanya
sebuah proses komunikasi massa, yaitu efek afektif, kognitif dan behavioral. Efek komunikasi tersebut diwujudkan melalui pengetahuan, sikap dan perilaku mahasiswa
terhadap program acara Stand Up Comedy di Metro TV. d.
Tahap Kognitif meliputi ingatan terhadap pesan, pengenalan terhadap pesan,dan pengetahuan terhadap pesan tersebut. Dalam hal ini, dibahas bagaimana peran
media massa atau televisi dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitifnya. Hal ini
ditunjukkan pada hasil penelitian yakni sebanyak 34 orang responden atau 42,5 menyatakan bahwa acara ini dapat menambah informasi atas fenonema
yang terjadi di lingkungan sekitar menjadi materi yang mungkin saja selama ini tidak disadari dan menjadi tambahan informasi yang bermanfaat disamping
menikmati candaan khas Stand Up Comedy. e.
Tahap Afektif meliputi perasaan yang timbul karena mengamati, menganggap, mengingat-ingat atau memikirkan sesuatu, baik perasaan senang maupun perasaan
tidak senang. Dalam hal ini, khalayak diharapkan dapat turut merasakan perasaan tertarik , sukasenang, tertawa, gembira dan puas setelah menonton lawakan atau
lelucon yang disampaikan pada program acara Stand Up Comedy di Metro TV. Ini dapat dilihat melalui hasil penelitian yakni sebanyak 42 orang 52,5
menyatakan menyukai tayangan Stand Up Comedy karena diyakini mampu membuat responden tertawa dan terhibur yang ditunjukkan sebanyak 47 orang
responden 58,8. f.
Tahap Behavioral meliputi perubahan sikap terhadap pesan sebagai akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan. Ini dapat
dilihat dari sebanyak 39 orang responden 48,8 yang menyatakan setuju bahwa setelah menonton lelucon pada tayangan Stand Up Comedy pemirsa akan ikut
mengalami perubahan sikap yang tercermin dari apa yang mereka pelajari, baik atau buruk dalam kehidupan sosial dimana tayangan Stand Up Comedy di Metro
TV berperan sebagai sarana yang dapat memberikan gambaran pengetahuan
Universitas Sumatera Utara
terhadap wawasan tentang fenomena fenonema sosial yang terjadi di lingkungan sekitar secara keseluruhan.
Dengan demikian, Persepsi mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara terhadap tayangan Stand Up
Comedy di Metro TV secara keseluruhan adalah baik dan positif.
Universitas Sumatera Utara BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.I . Kesimpulan Berdasarkan penyajian dan analisis data yang telah dilakukan sesuai dengan langkah-
langkah-langkah yang dituntut dan telah dilaksanakan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Tayangan Stand Up Comedy ditayangkan di Metro TV setiap hari Selasa, Rabu,
Kamis dan Sabtu pukul 22.30 – 23.00 WIB. Dalam acara tersebut menampilkan tiga
orang comic sebutan bagi orang yang ber stand up comedy setiap minggunya. Acara Stand Up Comedy menampilkan suatu bentuk komedi dalam bentuk stand up berdiri
yang menceritakan sebuah cerita humor kepada audiensnya. Lelucon pendek yang di
sebut “bit”, dan satu liners, yang merupakan apa yang disebut monolog, rutin , dan bertindak. Beberapa Stand Up Comedian bahkan menggunakan alat peraga dan juga
musik dalam mendukung penampilannya diatas panggung. 2.
Beberapa aspek hiburan yang dibutuhkan para mahasiswa FISIP berupa hiburan akan musik, tayangan komedi ataupun drama televisi. Tayangan Stand Up Comedy
menjadi salah satu pilihan hiburan yang isinya cukup berwawasan karena selalu mengangkat isu terbaru seputar permasalahan di Indonesia maupun dunia.
3. Respon yang peneliti terima dalam penelitian ini sangat positif. Hampir semua
responden yang berpartisipasi merasa tertarik dan menyukai tayangan Stand Up Comedy di Metro TV. Ini dapat dilihat dari materi yang disampaikan comic, gaya
comic dan penampilan comic di atas panggung sehingga membuat mereka setia terus di depan layar kaca menantikan tayangan Stand Up Comedy di setiap episodenya.
V.II . Saran dalam Kaitan Praktis
Secara praktis, hasil dari penelitian yang telah dilakukan dapat menjadi masukan yang berarti bagi fakultas dan mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU bahwa suatu humor yang bermutu
Universitas Sumatera Utara
tidak harus mengandung konten atau materi yang mengandung unsur unsur vulgar, kekerasan violence, dan porno. Tapi, peneliti berharap semoga kedepannya, penelitian ini memberikan
suatu gambaran berarti khususnya mahasiswa untuk lebih jeli dan peka terhadap fenomena fenomena yang terjadi di kehidupan sosial sekaligus memberi wawasan terkini tentang hal
yang tidak pernah kita sangka sebelumnya dengan cara yang mudah diterima yaitu melalui lawakan khas Stand Up Comedy di Metro TV.
V.II.I. Saran Responden Penelitian
Berikut adalah saran dari responden penelitian terkait Tayangan Stand Up Comedy di Metro TV.
1. Dikarenakan tayangan Stand Up Comedy Metro TV hanya berdurasi 30 menit,
menyebabkan ketidakpuasan responden dengan durasi yang dihadirkan, sehingga mereka berharap adanya penambahan durasi terkait tayangan Stand Up Comedy di Metro TV.
2. Sebaiknya jam tayang Stand Up Comedy Metro TV ditempatkan pada jam prime time
jam utama sekiranya pada pukul 18.00-21.00 WIB sehingga dapat merangsang penonton untuk terus menonton tayangan Stand Up Comedy di Metro TV.
3. Sebaiknya comic fokus pada isu isu sosial, politik dan lain sebagainya dan tidak
menyinggung hal hal berbau SARA. Karena dikhawatirkan isu SARA adalah isu yang gampang menyulut konflik, sehingga dapat menyebabkan perpecahan nantinya.
4. Terdapat responden yang kurang puas dengan tata panggung, sehingga alangkah baiknya
panggung Stand Up Comedy di Metro TV di perluas sehingga memungkinkan comic untuk bergerak leluasa di atas panggung.
V.II.II. Saran dalam Kaitan Akademis
Secara akademis, peneliti merasa penelitian ini jauh dari kata sempurna. Hal ini disebabkan beberapa faktor. Antara lain kekurangan dari diri dan pengetahuan peneliti. Peneliti
mengalami kesulitan ketika membuat teknis SPSS.
Universitas Sumatera Utara BAB II
URAIAN TEORITIS
2.1 Kerangka Teori Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan untuk memecahkan atau
menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian itu akan disoroti Nawawi,
1995:39. Dengan adanya kerangka teori, maka akan mempunyai landasan untuk menentukan tujuan dan arah penelitian. Adapun teori-teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini
adalah Komunikasi, Komunikasi Massa, Media Massa Televisi, Program acara Hiburan Entertainment, Persepsi, dan Teori S-O-R.
2.1.1 Komunikasi Istilah komunikasi berasal dari perkataan bah
asa Inggris “Communication” yang menurut Wilber Schramm bersumber pada istilah Latin “Communis”dalam bahasa Indonesia
berarti “sama” dan menurut Sir. Gerald Barry “Communicare” yang berarti “bercakap-cakap”
Effendy, 2000: 2. Jika kita berkomunikasi, berarti kita mengadakan kesamaan, dalam hal ini kesamaan dan pengertian makna.
Menurut Hovland Effendy, 2000 : 2, komunikasi didefinisikan sebagai berikut: “proses seseorang komunikator meyampaikan perangsang-perangsang biasanya lambang-
lambang dalam bentuk kata- kata untuk merubah tingkah laku orang lain komunikan”.
Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilancarkan secara efektif , para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold
Laswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society. Laswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab
pertanyaan sebagai berikut : Who Says What in Which Channel To Whom With What Effect? Paradigma Lasswell diatas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur
sebagai jawaban ari pertanyaan yang diajukan itu, yakni: Komunikator Communicator
Komunikator adalah seorang atau sekelompok orang yang mulai memberikan informasi kepada lawan bicaranya.
Pesan Message
Universitas Sumatera Utara
Pesan adalah seperangkat lambang yang bermakna yang disampaikan oleh komunikator.
Media Channel Media adalah saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator
kepada komunikan Komunikan Communicant
Komunikan receiver adalah seseorang atau sekelompok orang yang menerima pesan atau informasi dari komunikator.
Efek Effect Efek adalah tanggapan atau seperangkat reaksi pada komunikan setelah diterpa
pesan. Berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang
menimbulakn efek tertentu. Effendy, 2000: 10. Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan
suatu proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain dengan mempergunakan lambang-lambang yang berarti, baik verbal maupun non verbal, yang dapat terjadi secara
langsung atau dengan menggunakan media, dengan tujuan agar orang lain dapat mengerti atau memahami pesan yang disampaikan serta pada tahap selanjutnya komunikan tersebut
mau melaksanakan isi pesan yang disampaikan.
2.1.2 Komunikasi Massa
Komunikasi massa mass communication adalah komunikasi yang menggunakan media massa baik cetak surat kabar, majalah atau elektronik radio, televisi yang dikelola
oleh suatu lembaga atau orang yang tersebar yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim, dan heterogen. Pesan-
pesannya bersifat umum, disampaikan secara cepat, serentak, selintas, khususnya media elektronik Mulyana, 2002 :75.
Komunikasi massa juga dapat diartikan sebagai proses komunikasi yang berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya
massal melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti radio, televisi, dan film Cangara, 2006:36. Pengertian komunikasi massa terutama dipengaruhi oleh kemampuan media massa
untuk membuat produksi massal dan untuk menjangkau khalayak dalam jumlah besar. Disamping itu ada pula makna lain yang dianggap makna asli dari kata massa, yakni suatu
makna yang mengacu pada kolektifitas tanpa bentuk yang komponen-komponennya sulit dibedakan satu sama lain. Kamus Bahasa Inggris ringkas memberikan defenisi
“massa”
Universitas Sumatera Utara
sebagai suatu kumpulan orang banyak yang tidak mengenal keberadaan individualitas. Defenisi ini hampir manyerupai pengertian massa yang digunakan oleh para ahli sosiologi
khususnya bila dipakai dalam kaitannya dengan khalayak media. Berdasarkan pengertian tentang komunikasi massa yang sudah dikemukakan oleh para
ahli komunikasi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa modern media cetak dan elektronik dalam penyampaian
informasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak komunikan heterogen dan anonim
sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak.
2.1.3 Media Massa Televisi
Televisi sebagai media komunikasi massa, berasal dari dua suku kata, yaitu “tele” yang berarti jarak” dalam bahasa yunani dan “visi” yang berarti “citra atau gambar” dalam
bahasa latin. Jadi, kata televisi berarti suatu sistem penyajian gambar berikut suaranya dari suatu tempat yang berjarak jauh. Dari semua media komunikasi yang ada, televisilah yang
paling berpengaruh pada kehidupan manusia.
2.1.3.1 Sejarah Televisi
Pada hakikatnya, media televisi lahir karena perkembangan teknologi. Bermula dari ditemukannya electrische teleskop sebagai perwujudan gagasan seorang mahasiswa dari
Berlin Jerman Timur yang bernama Paul Nipkov, menemukan sistem penyaluran sinyal gambar, untuk mengirim gambar melalui udara dari suatu tempat ke tempat yang lain. Sistem
ini dianggap praktis, sehingga diadakan percobaan pemancaran serta penerimaan sinyal televisi tersebut. Hal ini terjadi antara tahun 1883-1884. Akhirnya Nipkov diakui sebagai
„Bapak‟ televisi Werner J. Severin James, 2005:420. Televisi sudah mulai dapat dinikmati oleh publik Amerika Serikat pada tahun 1939,
yaitu ketika berlangsungnya World‟s Fair di New York Amerika Serikat, tetapi Perang Dunia II telah menyebabkan kegiatan dalam bidang televisi itu terhenti. Baru setelah itu, tahun 1946
kegiatan dalam bidang televisi dimulai lagi. Pada waktu itu diseluruh Amerika Serikat hanya terdapat beberapa buah pemancar saja, tetapi kemudian teknologi berkembang dengan pesat,
jumlah pemancar TV meningkat dengan hebatnya. Tahun 1948 merupakan tahun penting dalam dunia pertelevisian, karena pada tahun tersebut ada perubahan dari televisi eksperimen
ke televisi komersial di Amerika.
Universitas Sumatera Utara
Seperti halnya dengan media massa lain, televisi pun tidak dapat dimonopili oleh Amerika Serikat saja. Sewaktu Amerika giat mengembangkan media massa itu, Negara-
negara Eropa lain pun tidak mau ketinggalan. Perkembangan televisi sangat cepat, sehingga dari waktu ke waktu media ini memiliki dampak terhadap kehidupan masyarakat sehari-hari.
Menurut Skormis dalam bukunya “Television and Society :An Incuest and Agenda”, dibandingkan dengan media massa lainnya radio, surat kabar, majalah, buku, dan
sebagainya. Televisi tampaknya mempunyai sifat istimewa. Televisi merupakan gabungan dari media dengar dan gambar yang bisa bersifat informatif, hiburan, dan pendidikan, atau
bahkan gabungan dari ketiga unsur tersebut. Informasi yang disampaikan oleh televisi, akan mudah dimengerti karena jelas terdengar secara audio dan terlihat secara visual Kuswandi,
1996:8.
2.1.3.2 Perkembangan Televisi di Indonesia
Media televisi di Indonesia bukan lagi sebagai barang mewah. Kini media layar kaca tersebut sudah menjadi salah satu barang kebutuhan pokok bagi kehidupan masyarakat untuk
mendpatkan informasi. Dengan kata lain, informasi sudah merupakan bagian dari hak manusia untuk aktualisasi diri. Kegiatan penyiaran televisi di Indonesia dimulai pada tanggal
24 Agustus 1962, bertepatan dengan dilangsungkannya pembukaan pesta olah raga se-Asia IV atau Asean Games di Senayan. Sejak itu pula Televisi Republik Indonesia yang disingkat
TVRI dipergunakan sebagai panggilan status sampai sekarang. Selama tahun 1962-1963 TVRI berada di udara rata-rata satu jam sehari dengan segala kesederhanaannya.
TVRI yang berada di bawah Departemen Penerangan, kini siarannya sudah dapat menjangkau hampir seluruh rakyat Indonesia. Sejak tahun 1989 TVRI mendapat saingan dari
stasiun TV lainnya, yakni RCTI Rajawali Citra Televisi Indonesia yang bersifat komersial. Kemudian secara berturut-turut berdiri stasiun televisi SCTV Surya Citra Televisi
Indonesia, TPI Televisi Pendidikan Indonesia dan ANTV Andalas Televisi Ardianto, 2004:127. Dengan kehadiran RCTI, SCTV, dan TPI yang sekarang sudah mengganti nama
menjadi MNC TV maka dunia pertelevisian di Indonesia telah mengalami banyak perubahan, baik dalam hal mutu siarannya maupun waktu penayangannya. Untuk lebih meningkatkan
mutu siarannya pada pertengahan tahun 1993, RCTI telah mengudara secara nasional dan membangun beberapa stasiun transmisi di berbagai kota besar di Indonesia, seperti : Jakarta,
Bandung, Surabaya, Medan, Batam, dan daerah-daerah lain. Kemudian stasiun televisi swasta
Universitas Sumatera Utara
bertambah lagi dengan kehadiran Indosiar, Trans TV, Trans 7, Global TV, Metro TV, dan TV One.
2.1.3.3 Daya Tarik Televisi
Televisi mempunyai daya tarik yang kuat. Jika radio mempunyai daya tarik yang kuat disebabkan unsur kata-kata, music, dan sound effect, maka TV selain ketiga unsur tersebut
juga memiliki unsur visual berupa gambar, dan gambar ini bukan gambar mati, melainkan gambar hidup yang mampu menimbulkan kesan mendalam pada pemirsa. Daya tarik ini
selain melebihi radio, juga melebihi film bioskop, sebab segalanya dapat dinikmati di rumah dengan aman dan nyaman. Selain itu, TV juga dapat menyajikan berbagai program lainnya
yang cukup variatif dan menarik untuk dinikmati masyarakat Effendy, 2002:177.
2.1.3.4 Keunggulan Televisi
Menurut dr. A Alatas Fahmi dalam bukunya ”Bersama Televisi Merenda Wajah Bangsa” 1997: 30-31, televisi sebagai media komunikasi modern memiliki keunggulan-
keunggulan yang dapat dilihat dari dua sisi, yaitu : a. Keunggulan pragmatis.
Keunggulan ini lebih menyangkut aspek isi yang disajikan oleh televisi yakni meliputi :
• Menyangkut isi dan bentuk, media televisi meskipun direkayasa mampu membedakan fakta dan fiksi, realistis dan tidak terbatas.
• Menyangkut hubungan dengan khalayaknya, media televisi mempunyai khalayak yang tetap, memerlukan keterlibatan tanpa perhatian sepenuhnya dan intim.
• Media televisi memiliki tokoh berwatak sedang media lain memiliki bintang yang direkayasa.
b. Keunggulan teknologis. Keunggulan ini menyangkut aspek kemampuan teknologi komunikasi meliputi :
• Mampu menjangkau wilayah yang sangat luas dalam waktu bersamaan, sehingga dapat menghantarkan secara langsung suatu peristiwa di suatu tempat ke berbagai tempat lain yang
berjarak sangat jauh. • Mampu menciptakan suasana yang bersamaan di berbagai wilayah jangkauannya dan
mendorong khalayaknya memperoleh informasi dan melakukan interaksi secara langsung. Televisi juga mempunyai keunggulan untuk menghidupkan imajinasi khalayak keluar ke
dunia nyata. Melalui program-program siaran yang ditayangkan, media televisi mampu memunculkan fantasi dari angan-angan khalayak secara nyata dan kontekstual. Ini
Universitas Sumatera Utara
membuktikan bahwa sebagai salah satu bentuk media massa, televisi mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pemirsanya Bungin, 2001:53.
Dari semua media komunikasi yang ada, televisilah yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia. Televisi merupakan media yang paling berpengaruh diantara media-
media lain yang mentransmisikan beraneka ragam wacana naratif yang meliputi: berita, drama, komentar sosial politik, iklan, musik, dan acara komedi. Media televisi memiliki
karakteristik yang berbeda dari media lain, yaitu : dapat didengar sekaligus dapat dilihat Audiovisual, berpikir dalam gambar, dan pengoperasian lebih kompleks Ardianto, 2004:
128. Selain itu, televisi juga mampu mengatasi jarak dan waktu, sehingga penonton yang tinggal di daerah terpencil dapat melihat serta menikmati siaran televisi.
Baskin 2006:79 mengatakan terdapat unsur-unsur dominan yang menjadi ciri khas televisi, ialah:
1. Penampilan Penyaji Berita
Penyaji atau yang lebih dikenal dengan sebutan presenter, pembawa acara, atau biasa disebut Master of Ceremony, adalah orang yang bertugas sebagai orang yang
bertugas sebagai pemimpin acara dalam panggung pertunjukan, hiburan, dan lain lain. Seorang presenter televisi biasanya juga seorang aktor, penyanyi, dan komedian
RM. Hartono Baskin, 2006: 63 mengatkan ada beberapa syarat menjadi presenter televisi yang baik, antara lain :
a. Penampilan baik dan perlu didukung oleh watak dan pengalaman.
b. Kecerdasan pemikiran yang meliputi pengetahuan umum dan daya ingatan yang kuat.
c. Keramahan yang tidak berlebihan sampai over friendly yang tidak wajar dan dapat
menjengkelkan. d.
Jenis suara yang tepat dengan suara yang enak didengar dan memiliki wibawa yang cukup mantap.
e. Penguasaan bahasa, merupakan kemampuan menggunakan bahasa formal dan
informal yang mudah dipahami.
2. Narasumber
Narasumber adalah orang yang menjadi sumber informasi atau yang mengetahui informasi tertentu. Ditegaskan oleh Baskin 2006:63-68 bahwa narasumber dapat
digolongkan sebagai berikut : a.
Memiliki Kapabilitas
Universitas Sumatera Utara
Kapabilitas adalah kemampuan yang meliputi kemampuan dalam bidang akademis maupun pengalaman.
b. Memiliki Kredibilitas.
Kredibilitas meliputi kualitas, kapabilitas, atau kekuatan sehingga menimbulkan kepercayaan.
c. Memiliki Akseptabilitas
Akseptabilitas meliputi latar belakang pribadi maupuun profesi seorang narasumber yang sesuai dengan topik pembahasan.
3. Materi Acara
Hal yang perlu diperhatikan dalam materi acara adalah: a.
Permasalahan apa yang dibahas dalam acara tersebut, yaitu hal yang menjadi topik pembahasan acara tersebut permasalahan yang penting bagi masyarakat.
b. Masalah tersebut merupakan masalah yang aktual atau yang sedang hangat
diperbincangkan masyarakat.
4. Perangkat Acara
Hal yang perlu diperhatikan dalam perangkat acara adalah : a.
Keselarasan antara perangkat acara dan kerjasama tim. b.
Komunikasi antara perangkat acara yang terlihat dalm penggunaan humor merupakan daya tarik tayangan televisi tersebut.
5. Waktu Tayang
Faktor waktu menjadi bahan pertimbangan agar setiap acara yang ditayangkan secara proporsional dan dapat diterima oleh khalayak sasaran yang dituju. Dalam pemilihan
waktu tayangan perlu memperhatikan, yaitu: a.
Frekuensi Penayangan, berguna untuk memudahkan penonton untuk menginat acara tersebut.
b. Durasi Penayangan, yakni lamanya tayangan berlangsung. Durasi masing-masing
acara disesuaikan dengan jenis acara dan tuntutan naskah, yang paling utama bahwa dengan durasi tertentu, tujuan acara tercapai. Suatu acara tidak akan mencapai
sasaran karena durasi terlalu singkat atau terlalu lama Ardianto, 2004 : 132.
Universitas Sumatera Utara 2.1.4 Program Acara Hiburan Entertainment
2.1.4.1 Pengertian Hiburan
Hiburan atau entertainment adalah jenis program acara televisi yang bertujuan memberikan kesenangan pada penonton yang umumnya dikemas dengan gaya artistik
meskipun karya jurnalistik juga bisa dijadikan program hiburan tentunya dengan sentuhan artistik. Berbagai bentuk program acara dapat masuk kategori Entertainment atau hiburan
antara lain program musik, drama, permainan atau gameshow, reality show, pertunjukkan
seni budaya, komedi dan lain sebagainya Morrison, 2005 : 105.
Hiburan yang disajikan bertujuan untuk menghibur khalayak melalui sifatnya yang dapat mengalihkan perhatian dan meredakan khalayak dari ketegangan-ketegangan sosial
sehingga menjadi sarana relaksasi. Dan jenis hiburan yang paling tepat adalah menonton acara komedi.
Menonton acara komedi dapat dikatakan sebagai aktivitas hiburan yang paling banyak penggemarnya. Ini ditandai dengan banyaknya stasiun televisi yang menyajikan acara
hiburan berupa komedi yang bertujuan untuk menghibur pemirsa televisi yang menonton acara tersebut. Salah satunya ialah Metro TV yang sukses merebut hati pemirsa dengan Stand
Up Comedy. Ini karena materi yang disiapkan oleh komedian berasal dari isu isu yang sedang hangat dibicarakan sekaligus juga menjadi sumber informasi terkini dan aktualisasi diri bagi
masyarakat yang menontonnya.
2.1.4.2 Fungsi Hiburan
Fungsi hiburan pada zaman ini untuk media elektronik menduduki posisi yang paling tinggi dibandingkan dengan fungsi-fungsi yang lain. Masalahnya, masyarakat kita masih
menjadikan televisi sebagai media hiburan sekaligus sarana untuk berkumpul bersama keluarga.
Dalam sebuah keluarga, televisi bisa sebagai perekat keintiman keluarga itu sendiri, karena masing-masing anggota keluarga mempunyai kesibukan sendiri-sendiri, misalnya suami dan
istri kerja seharian, sedangkan anak-anak sekolah. Setelah kelelahan dengan aktivitasnya masing-masing, ketika malam hari berada dirumah, kemungkinan besar mereka menjadikan
televisi sebagai media hiburan dan sekaligus alternatif untuk berkumpul bersama keluarga untuk melepas lelah. Acara hiburan itu juga dianggap perekat keluarga karena dapat
ditonton bersama-sama. Pentingnya aspek hiburan dalam komunikasi juga diakui Charles R. Wright sehingga ia perlu membuat tabel untuk memperjelasnya Nuruddi, 2004:71.
Tabel 2 Pengertian Hiburan
Universitas Sumatera Utara Tabel Aktivitas Komunikasi Massa
Masyarakat Individu
Subkelompok Tertentu
Kebudayaan
Fungsi Pelepasan lelah
bagi kelompok massa
Pelepasan lelah
Memperluas kekuasaan,
mengendalikan
bidang kehidupan
Disfungsi Mengalihkan
public menghindarkan
aksi sosial Meningkatka
n kepastian, memperenda
h cita rasa, memungkink
an pelarian atau
pengasingan diri
Memperlemah astetik “budaya
pop”
Sumber : Charles R. Wright, 1988
Jadi, dapat disimpulkan bahwa program acara hiburan di televisi, khususnya komedi mempunyai fungsi yang telah meluas. Ini dapat dilihat dari seberapa besar atensi penonton
yang menyaksikan acara Stand Up Comedy di Metro TV karena tidak hanya dikenal sebagai acara yang menghibur, tapi juga sebagai sarana untuk mendapatkan informasi terkini lewat
materi yang disuguhkan oleh comics di atas panggung berasal dari isu isu sosial yang menjadi masalah kompleks sehingga membutuhkan jalan keluar yang konkret dan disinilah
diharapkan peran mahasiswa sebagai agent of change atau agen perubahan yang harus turut berpartisipasi demi menciptakan solusi yang berguna bagi kepentingan masyarakat
2.1.5 Persepsi 2.1.5.1 Pengertian Persepsi
Persepsi perception dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu; sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana
seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.
Universitas Sumatera Utara
Menurut beberapa ahli, seperti yang diungkapkan oleh Desiderato yang dikutip oleh Rahkmat dalam buku Psikologi Komunikasi menyatakan bahwa persepsi adalah pengalaman
tentang hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Selain itu, persepsi memberikan makna pada stimuli inderawi yang
melibatkan sensasi, atensi, ekspetasi, motivasi, dan memori Rahkmat, 2005 :51. Sedangkan menurut DeVito 1997:75, persepsi adalah proses ketika kita menjadi sadar akan banyaknya
stimulus yang mempengaruhi indera kita. Persepsi seseorang tidaklah timbul begitu saja. Tentu ada faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Faktor-faktor inilah yang menyebabkan mengapa dua orang yang melihat sesuatu mungkin memberi interpretasi yang berbeda tentang apa yang dilihatnya itu. Secara
umum terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhu persepsi seseorang, yaitu: 1.
Diri orang yang bersangkutan sendiri. Apabila seorang melihat sesuatu dan berusaha memberikan interpretasi tentang apa yang dilihatnya itu, ia dipengaruhi oleh
karakteristik individu yang turut mempengaruhi seperti sikap, motif,kepentingan, minat pengalaman dan harapannya.
2. Sasaran persepsi tersebut. Sasaran itu mungkin berupa orang, benda, atau peristiwa.
Sifat-sifat sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap persepsi orang melihatnya. Dengan kata lain, gerakan, suara, ukuran, tindak-tanduk dan ciri-ciri lain dari sasaran
persepsi itu turut menentukan cara pandang orang melihatnya. 3.
Faktor situasi. Persepsi harus dapat dilihat secara kontekstual yang berarti dalam situasi mana persepsi itu timbul perlu pula mendapat perhatian. Situasi merupakan
faktor yang turut berperan dalam pertumbuhan persepsi seseorang Siagian,1989:101. Jalaluddin rakhmat dalam bukunya, Psikologi Komunikasi 2005, mengungkapkan
bahwa persepsi dipengaruhi oleh faktor struktural yang berasal dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkan pada system saraf individu dan faktor
fungsional yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan hal-hal lain yang termasuk faktor personal.
Dalam Sobur 2003:446, dijelaskan bahwa dalam persepsi terdapat tiga komponen utama, yaitu :
1. Seleksi, adalah proses penyaringan oleh indera terhadap ransangan dari luar,
intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit. 2.
Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Sejalan dengan pendapat Renan Khasali, menurut Sobur
Universitas Sumatera Utara
interpretasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi kepribadian dan kecerdasan. Interpretasi juga
bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkategorian informasi yang diterimanya, yaitu proses mereduksi informasi yang kompleks
menjadi sederhana. 3.
Reaksi, yaitu persepsi yang kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi.
2.1.6 Teori S-O-R
Pada awalnya model teori ini dikenal sebagai model Stimulus – Responden S-R akan
tetapi kemudian DeFleur menambahkan Organism dalam bagiannya sehingga menjadi Stimulus-Organism-Response S-O-R. Teori S-O-R merupakan model penelitian yang
beranjak dari anggapan bahwa organisms akan menghasilkan perilaku atau reaksi tertentu jika diberikan suatu kondisi stimulus tertentu kepadanya.
Efek yang timbul adalah reaksi terhadap stimulus tersebut, sehingga seseorang dapat mengharapkan kesesuaian antara pesan dengan reaksi komunikan. Elemen-elemen utama dari
model ini adalah pesan Stimulus, penerimakomunikan Organisms, dan efek Respon Effendy, 2005.
Adapun penjelasannya sebagai berikut : 1.
Stimulus atau pesan yaitu sebuah bentuk informasi yang disampaikan melalui seseorang atau media yang diperuntukkan kepada masyarakat secara massal, bukan
informasi yang hanya dikonsumsi oleh pribadi. Adapun dalam penelitian ini, pesan berupa bahan atau materi lawakan pada tayangan Stand Up Comedy yang
disampaikan oleh komedian atau comic baik secara verbal dan non verbal yang mengandung unsur vulgar di dalamnya.
2. Organism atau penerima pesan yaitu seseorang atau suatu kelompok massa dalam
menerima informasi yang disebarkan oleh media massa, terdiri dalam jumlah yang besar dan menyebar dimana-mana. Penerima pesan dapat berupa pemirsa yang
menonton tayangan Stand Up Comedy 3.
Respon atau umpan balik yaitu tanggapan terhadap pesan yang diterima Adapun respon yang ditimbulkan stimulus berupa perubahan sikap melalui tahap
tahap sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
a. Tahap Kognitif meliputi ingatan terhadap pesan, pengenalan terhadap pesan,dan
pengetahuan terhadap pesan tersebut. Dalam hal ini, dibahas bagaimana peran media massa atau televisi dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi
yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitifnya. b.
Tahap Afektif meliputi perasaan yang timbul karena mengamati, menganggap, mengingat-ingat atau memikirkan sesuatu, baik perasaan senang maupun perasaan
tidak senang. Dalam hal ini, khalayak diharapkan dapat turut merasakan perasaan tertarik , sukasenang, tertawa, gembira dan puas setelah menonton lawakan atau
lelucon yang disampaikan pada program acara Stand Up Comedy di Metro TV. c.
Tahap Behavioral meliputi perubahan sikap terhadap pesan sebagai akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan. Dalam
hal ini, setelah menonton lelucon pada tayangan Stand Up Comedy pemirsa akan ikut mengalami perubahan sikap yang tercermin dari penggunaan bahasa yang
cenderung vulgar dalam interaksi sosialnya sehari hari.
2.2 Kerangka Konsep