MOTIF MAHASISWA MENONTON TAYANGAN STAND UP COMEDY INDONESIA (SUCI 3) DI KOMPAS TV ( Studi Pada Mahasiswa Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang )

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Memasuki abad ke-21, industri media telah berada di dalam

perubahan yang cepat. Perkembangan dunia hiburan dan informasi saat ini

telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Komunikasi selalu

mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan kehidupan

manusia. Perkembangan dalam komunikasi ini adalah untuk

didapatkannya kemudahan dalam berkomunikasi dan agar tujuan

komunikasi dapat tercapai dengan mudah.

Televisi merupakan bagian yang sudah tidak dapat lagi dipisahkan

dari masyarakat. Bisa dibilang saat ini televisi bukan menjadi kebutuhan

sekunder lagi, melainkan saat ini televisi sudah menjadi kebutuhan primer

bagi masyarakat. Bisa dikatakan menjadi kebutuhan primer, dikarenakan

hampir setiap keluarga mempunyai sebuah pesawat televisi dirumahnya.

Dengan meningkatnya derajat televisi dari kebutuhan sekunder menjadi

kebutuhan primer. Menjadikan industri pertelevisian di Indonesia juga

berkembang pesat. Jika dahulu hanya ada TVRI, seiring berkembangnya

kebutuhan masyarakat akan informasi, pendidikan, dan hiburan. Mulailah

tumbuh industri pertelevisian yang didirikan oleh pihak swasta demi

memenuhi kebutuhan masyarakat. Berawal dari RCTI yang mulai dapat

disaksikan oleh penonton televisi Indonesia pada tahun 1989, yang


(2)

munculnya stasiun televisi swasta seperti SCTV, Indosiar, ANTV dan TPI

(Morrisan, 2008: 10).

Dalam masyarakat modern seperti sekarang ini tak dipungkiri lagi

bahwa setiap individu dalam melakukan komunikasi tidak pernah lepas

dari peran teknologi. Perkembangan teknologi komunikasi juga telah

mendorong perkembangan komunikasi massa. Dengan adanya kemajuan

teknologi saat ini serta ditunjang dengan rasa keingintahuan masyarakat

yang sangat besar terhadap sebuah informasi terbaru, sekarang ini

komunikasi massa dirasa sangat penting bagi masyarakat.

Perkembangan dunia pertelevisian sangat pesat. Hal ini bisa di lihat

dari banyaknya jumlah televisi yang muncul, seperti munculnya televisi

swasta nasional, televisi swasta lokal, maupun televisi kabel.

Masing-masing instansi pertelevisian mencoba untuk mengembangkan program

acara agar semakin variatif. Hal ini yang tentunya berdampak pada

penggunaan media massa untuk memenuhi kebutuhan mereka. “Ada

berbagai kebutuhan yang dipuaskan oleh media massa. Kita ingin mencari

kesenangan, media massa dapat memberi hiburan. Kita mengalami

goncangan batin, media massa memberikan kesempatan untuk melarikan

diri dari kenyataan. Kita kesepian, media massa dapat berfungsi sebagai

sahabat” (Rakhmat, 2003 : 207). Hal ini menunjukan bahwa khalayak

menggunakan media massa karena didorong oleh motif-motif tertentu.

Keadaan tersebut merupakan salah satu bukti kebutuhan


(3)

pemberian informasi sekaligus hiburan. Atas dasar itulah, televisi

berusaha menyajikan program-program acara yang dapat memberikan

informasi dan hiburan kepada masyarakat mulai dari kuliner,

barang-barang unik, life style, sampai pada kebiasaan serta budaya-budaya yang

unik. Tetapi secara bersamaan dengan perkembangan program-program

acara yang bersifat menghibur dan informatif, masyarakat juga diharapkan

dapat bisa menyeleksi segala macam informasi yang edukatif dan realistis.

Salah satu unsur penting dalam mengantisipasi persaingan antar

stasiun televisi adalah meningkatkan program tayangannya. Program

adalah daya tarik stasiun-stasiun televisi swasta dalam sebuah kompetisi

untuk menarik perhatian pemirsa sebanyak mungkin.Untuk itu stasiun

televisi berusaha meraih peluang-peluang dengan menciri khususkan diri

melalui program tertentu agar memperoleh perhatian tetap dari pemirsanya

(sumber:http//hiburan.kompasiana.com/televisi/2012/11/02/ketatnya-persaingan-acara-televisi-di-indonesia-506107.html)

Salah satu dari program itu adalah Stand Up Comedy Indonesia

yang saat ini ditayangkan oleh stasiun Kompas TV setiap malam

minggu pada pukul 19.00 WIB yang dibawakan oleh pandji pragiwaksono

dan ge pamungkas ini akan menampilkan comedian tunggal yang

memamerkan bakat melucunya. Stand up comedy sendiri merupakan

sebuah acara komedi one man show dimana si komedian ini atau biasa

disebut dengan comic menyampaikan lelucon melalui monolog. Lelucon


(4)

fenomena-fenomena atau kejadian serta isu sosial yang terjadi di sekitar masyarakat

dengan disertai bumbu komedi. Jadi, bisa dikatakan stand up comedy ini

merupakan komedi yang cerdas serta dewasa.

Di Indonesia sendiri, terasa sekali masyarakat Indonesia amat

kekurangan hiburan lucu dan segar dalam bentuk acara komedi TV. Sejak

jaman Basho (Bagito Show) yang diisi trio Miing-Didin-Unang, sampai

jaman Ngelaba (Ngerumpi Lewat Banyolan) yang digawangi trio Patrio

Akri-Parto-Eko, rasanya sudah hampir tidak ada acara komedi lucu dan

segar dengan rating tinggi. Acara lucu di TV paling-paling Bukan Empat

Mata yang formatnya talk show. Acara di TV lain yang dimasukkan untuk

menjadi acara komedi nyaris bisa disebut gagal dan hanya bertahan

beberapa episode. Acara komedi di TV yang dapat dianggap berhasil ialah

Opera Van Java (OVJ) di Trans7. Tapi inilah satu-satunya acara komedi di

TV yang bisa kita tonton. Wajar ratingnya cukup tinggi karena tidak ada

saingan. Ada saingan di TV lain, tapi karena berkesan mengekor OVJ dan

isi lawakannya tidak fresh, OVJ lah yang jadi primadona. Hiburan lucu

lainnya di TV yang sempat naik daun mungkin bisa disebut disini ialah

Upin Ipin dan Shaun The Sheep, tapi mereka ini bukan acara khusus

komedi

(sumber:http//blog.rakayusuf.com/2011/10/stand-up-comedy-indonesia-komedi-tv.html)

Stand up comedy telah menjadi buah bibir berbagai media cetak

dan elektronik mengupas kebangkitan stand up comedy yang belum begitu


(5)

ini diprakarsai oleh dua stasiun televisi swasta yang secara khusus

menayangkan program acara stand up comedy sebagai alternative pilihan

hiburan selain komedi slapstick yang lama berjaya di tanah air. Salah

satunya yaitu Kompas TV yang menawarkan format baru acara komedi

TV untuk mengisi sebagian kekosongan acara komedi TV. Stand Up

Comedy sendiri merupakan sebuah acara komedi yang hanya bisa

dinikmati oleh orang-orang yang berpikiran terbuka dan luas, tidak mudah

tersinggung dan benar-benar menikmati setiap lelucon yang ada tanpa

harus terbawa emosi ataupun ketidaksukaan karena isinya yang penuh

kritikan. Hal itulah yang mungkin menghambat perkembangan stand up

comedy di Indonesia, karena sifat orang-orang Indonesia yang mudah

tersinggung, marah dan sulit dalam menerima kritikan walaupun hal itu

telah disampaikan secara casual lewat lelucon (sumber : http : // hiburan.

kompasiana.com/televisi/2011/09/16/tentang-satan-up-comedy-di-indonesia -

396041. html)

Stand up comedy di Indonesia sendiri mulai berkembang saat ini

berkat kehadiran youtube. Para comic Indonesia seperti Ramon, soleh

solihun, raditya dika, pandji serta asep suadji turut membantu perkembangan

stand up comedy di Indonesia. Video-video mereka yang diupload oleh Stand

Up Comedy Indonesia semakin mempertegas perkembangan stand up

comedy di Indonesia. Kehadiran acara ini di Kompas TV juga turut

membantu perkembangan stand up comedy. Mencari bakat-bakat baru lewat


(6)

Indonesia memiliki banyak comic untuk perkembangan stand up comedy di

Indonesia. Dan sudah saatnya stand up comedy bangkit di Indonesia agar

melahirkan orang-orang yang cerdas, berwawasan luas, serta memiliki pikiran

yang terbuka agar bangsa ini tidak mudah tersinggung yang berujung pada

pertengkaran dan sebagainya. Oleh karena itu, stand up comedy menjadi

salah satu sarana pendukung penciptaan moral bangsa yang lebih baik lagi.

Karena masalah seserius apapun, serumit apapun atau sesensitif apapun akan

mudah terselesaikan dengan adanya lelucon di sela-sela nya. Dan dengan

kehadiran stand up comedy di televisi, menjadi langkah yang tepat

memperkenalkan ke masyarakat tentang komedi yang cerdas dan pastinya

akan turut serta mencerdaskan setiap pribadi masyarakat yang

menyaksikannya.

Pada awal perkembangan di Indonesia, rata-rata peminat stand up

comedy Indonesia adalah dari kalangan menengah keatas yang didominasi

anak-anak muda. Mungkin alasannya karena memang lawakannya butuh

pemikiran, sering kali bertema politik ataupun humanism. Selain itu juga para

komediannya, rata-rata berusia dibawah 40 tahun, sebut saja para comedian

stand up indo yang namanya cukup terkenal Raditya dika dan Panji

pragiwaksono. Seiring berkembangnya waktu masa penikmat stand up

comedy mulai bertambah juga ditambah dengan bertambahnya jumlah comic

di Indonesia yang di dominasi oleh anak-anak muda yang mana mereka juga

membuat suatu komunitas stand up tersendiri di daerah mereka


(7)

muda saat ini membuat ketertarikan peneliti untuk melakukan penelitian

berdasrkan motif apa yang mendorong mahasiswa untuk menonton tayangan

stand up comedy Indonesia (SUCI 3) dikompas tv (sumber : www. Kompastv .

com)

Hal ini juga menunjukan bahwa masyarakat menggunakan isi media

massa karena didorong oleh kebutuhan mereka yang bermacam-macam (dalam

Nurudin, 2007 : 194) kebutuhan kognitif adalah kebutuhan yang berkaitan

dengan peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai

lingkungan. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat untuk memahami

lingkungan, juga memuaskan rasa penasaran kita dan dorongan untuk

penyelidikan kita. Kebutuhan afektif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan

peneguhan pengalaman-pengalaman yang estesis, menyenangkan, dan

emosional. Kebutuhan pribadi secara integrative adalah kebutuhan yang

berkaitan dengan peneguhan krediabilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status

individual. Kebutuhan sosial secara intergratif adalah kebutuhan yang berkaitan

dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman dan dunia. Hal tersebut

didasarkan pada hasrat untuk berafiliasi.

Sementara itu, kebutuhan pelepasan adalah kebutuhan yang

berkaitan dengan upaya menghindarkan tekanan, ketegangan, dan hasrat

akan keanekaragaman. Blumer (1974) menambahkan, penggunaan sebuah

isi media menimbulkan harapan tertentu dari pengguna media yang

berlainan dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan atau akibat-akibat lain


(8)

asumsi Blumler tersebut, maka terdapat motif atas dasar pemenuhan

kebutuhan tertentu oleh khalayak dalam menonton acara “Stand Up

Comedy Indonesia”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan

permasalahan penelitian “Apakah motif yang mendorong mahasiswa

Universitas Muhammadiyah Malang Jurusan Ilmu Komunikasi untuk

menonton acara stand up comedy Indonesia (SUCI 3) yang ditayangkan

di Kompas TV? “

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan dari

penelitian ini untuk mengetahui motif yang mendorong mahasiswa

untuk menonton tayangan stand up comedy Indonesia (SUCI 3) di

Kompas TV.

2. Kegunaan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini tentunya banyak sekali manfaat.

Adapun manfaat sebagai berikut :

a. Kegunaan Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi akademis


(9)

and gratification yang berkaitan dengan penggunaan dan motif

mahasiswa menonton tayangan stand up comedy Indonesia di

Kompas TV.

b. Kegunaan Praktis

Diharapkan dengan adanya penelitian ini bagi masyarakat dapat

digunakan sebagai masukan yang sifatnya ilmiah agar dapat lebih

selektif dalam memilih program tayangan televisi untuk

pemenuhan dan pemuas kebutuhannya.

D. Tinjauan Pustaka

1. Televisi Sebagai Medium Komunikasi Massa

Televisi merupakan media komunikasi massa yang paling

efektif dan efisien sebagai media untuk menyampaikan informasi.

Luasnya jangkauan televisi yang di tempuh dalam waktu bersamaan

secara serentak, pesan atau informasi yang disampaikan melalui

televisi mampu menjangkau jutaaan orang khalayak (Sumartono, 2002

: 20). Hal ini di karenakan televisi mengandung gerak, suara dan

pengelihatan atau gambar dari obyek tertentu. Yang pada dasarnya

memberi kemudahan bagi masyarakat untuk menerima pesan dari

media televisi.

a. Komunikasi Massa

Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa


(10)

komunikasi massa berawal dari pengembangan kata media of

mass comunikation media komunikasi massa. Media massa atau

saluran yang di hasilkan oleh teknologi modern. Hal ini perlu di

tekankan sebab ada media yang bukan media massa yakni media

traditional seperti kentongan, angklung, gamelan dan lain-lain.

Peran media massa disini menunjuk kepada khalayak yaitu

audiens, penonton, pemirsa atau pembicara.

Ada beberapa pengertian komunikasi massa menurut

beberapa ahli dibidang komunikasi dalam Winarni (2003 : 5).

1) Bittner. Komunikasi massa adalah pesan yang

dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah orang

besar (mass comunication is message communicated through

a mass medium to large number of people).

2) Gebner. Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi

yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan

yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam

masyarakat individu.

3) Rakhmat. Komunikasi massa adalah jenis komunikasi yang

ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar,

heterogen, dan anonim, melalui media cetak atau elektronik

sehingga pesan yang sma dapat diterima secara serentak dan


(11)

Defenisi lain pernah dikemukakan oleh Joseph A Devito

dalam Nurudin (2007 : 11-12) ”First mass communication is

communication addressed to masses, to an extremely large science. This does not means that the audience includes all people or everyone who reads or everyone who whatches television : rather it means an audience that is large and generally rather poorly defined. Second, mass communication mediated by audio and or visual trasmitter. Mass communication is perhaps most easly and most logically defined by its forms : television, radio, newspaper, megazines, films, books, and tapes”. (Jika

diterjemahkan secara bebas berarti, ”Pertama komunikasi massa

adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa. Kepada

khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak bebarti bahwa

khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang

membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini

tidak berarti pula bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya

agak sukar diidentifikasikan. Kedua, komunikasi massa adalah

komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar audio dan

visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih

logis apabila didefenisiskan menurut bentuknya televisi, radio,

surat kabar, majalah, film, buku dan pita).

Adapun fungsi komunikasi massa menurut Alexis S. Tan yang


(12)

Tabel 1.1 ”Fungsi komunikasi massa”

No Tujuan Komunikator

(Penjaga Sistem)

Tujuan Komunikan

(Menyesuaikan diri pada sistem :

Pemuasan Kebutuhan)

1 Memberi informasi Mempelajari ancaman dan peluang

memahami lingkungan, menguji

kenyataan, meraih keputusan.

2 Mendididk Memperoleh pengetahuan dan

keterampilan yang berguna memfungsikan

dirinya secara efektif dalam masyarakat,

mempelajari nilai, tingkah laku yang cocok

agar diterima dalam masyarakatnya.

3 Mempersuasi Memberi keputusan, mengadopsi nilai,

tingkah laku dan aturan yang cocok agar

diterima dalam masyarakat.

4 Menyenangkan, memuaskan

kebutuhan komunikan

Menggembirakan, mengendorkan urat

saraf, menghibur, dan mengalihkan

perhatian dari masalah yang dihadapi.

b. Karakteristik Komunikasi Massa

Komunikasi massa menurut Alexis S. Tan, dalam

komunikasi massa itu komunikatornya adalah organisasi sosial

yang mampu memproduksi pesan dan mengirimkanya secara


(13)

Ada beberapa karakteristik komunikasi massa (Wiryanto,

2004: 10), diantaranya:

1) Komunikator Melembaga

Komunikator dalam komunikasi massa bukan satu orang, tetapi

kumpulan orang. Artinya, gabungan antar berbagai macam unsur

dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga.

2) Komunikan Bersifat Heterogen

Komunikan dalam komuikasi massa sifatnya

heterogen/beragam. Artinya, penonton media yang salah satu

contoh media elektronik televisi itu beragam seperti

pendidikan, umur, jenis kelamin, status sosial ekonomi,

memiliki jabatan yang beragam, memiliki agama atau

kepercayaan yang tidak sama pula.

3) Pesannya Bersifat Umum

Pesan - pesan dalam komunikasi massa tidak ditujukan kepada

satu orang atau kelompok masyarakat tertentu. dengan kata lain,

pesan-pesannya ditujukan kepada khalayak yang plural. Oleh

karena itu, pesan-pesan yang dikemukakan tidak boleh khusus.

4) Komunikasinya Bersifat Satu Arah

Dalam media cetak seperti Koran, komunikasi hanya berjalan

satu arah. Kita tidak bisa langsung memberikan respons

kepada komunikatornya (media massa yang bersangkutan).


(14)

setuju dengan salah satu pemberitaan maka pembaca bisa

mengirimkan kritiknya melalui rubrik surat pembaca. Jadi,

komunikasi yang hanya berjalan satu arah akan memberi

konsekuensi umpan balik (feedback) yang sifatnya tertunda

atau tidak langsung (delayed feedback).

5) Komunikasi Massa Menimbulkan Keserempakan

Salah satu ciri komunikasi massa ada keserempakan dalam

proses penyebaran pesan-pesannya. Serempak berarti khalayak

bisa menikmati media massa tersebut hampir bersamaan.

2. Macam-macam Media Komunikasi

Media massa merupakan salah satu sarana untuk pengembangan

kebudayaan, bukan hanya budaya dalam pengertian seni dan simbol

tetapi juga dalam pengertian pengembangan tata-cara, mode, gaya hidup

dan norma-norma. (Dennis McQuail, 1987:1). Media massa sangat

berperan dalam perkembangan atau bahkan perubahan pola tingkah laku

dari suatu masyarakat, oleh karena itu kedudukan media massa dalam

masyarakat sangatlah penting. Dengan adanya media massa, masyarakat

yang tadinya dapat dikatakan tidak beradab dapat menjadi masyarakat

yang beradab. Hal itu disebabkan, oleh karena media massa mempunyai

jaringan yang luas dan bersifat massal sehingga masyarakat yang

membaca tidak hanya orang-perorang tapi sudah mencakup jumlah

puluhan, ratusan, bahkan ribuan pembaca, sehingga pengaruh media


(15)

Mengingat kedudukan media massa dalam perkembangan

masyarakat sangatlah penting, maka industri media massa pun

berkembang pesat saat ini. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya stasiun

televisi, stasiun radio, perusahaan media cetak, baik itu surat kabar,

majalah, dan media cetak lainnya. Para pengusaha merasa diuntungkan

dengan mendirikan perusahaan yang bergerak di bidang media massa

seperti itu. Hal itu disebabkan karena mengelola perusahaan dengan

jenis spesifikasi mengelola media massa adalah usaha yang akan selalu

digemari masyarakat sepanjang masa, karena sampai kapanpun

manusia akan selalu haus akan informasi. Adapun macam-macam

media komunikasi masa antara lain sebagai berikut :

a. Buku

Buku dapat di definisikan sebagai sejumlah pesan tertulis yang

memungkinkan memuat banyak pesan serta memiliki arti bagi

masyarakat luas direncanakan untuk pengetahuan publik tentang

sesuatu serta direkam dalam bahan yang tidak mudah rusak dan

mudah dibawa. Tujuan utamanya ialah untuk memberi penerangan

menyajikan dan menjelaskan,serta mengabadikan sesuatu dan

memindahkan pengetahuan dan informasi di tengah masyarakat

dengan memperhatikan kemudahan dan penampilan.

b. Surat Kabar

Dasar kelahiran surat kabar modern (modern newspaper) adalah

(acta acts) yang merupakan pengumuman dan laporan berbagai


(16)

c. Majalah

Majalah kadang disebut juga penerbitan priodik adalah cetakan

sejumlah kumpulan teks ,esay, artikel, cerita, dan puisi kadang

berisi ilustrasi,serta di produksi secara regular antara waktu tertentu

selain surat kabar.

d. Radio

Radio adalah : Teknologi yang digunakan untuk mengirimkan

sinyal dengan cara modulasi dan radiasi elektromagnetik

(gelombang elektromagnetik).

e. Televisi

Televise adalah : System elektronik untuk memancarkan gambar

bergerak moving imagers dan suara kepada receivers. Sejak tahun

1930 mulai penyiaran TVmenemni Radio, dan secara aktif siaran

TV dimulai 1947.

f. Film

Film atau movie adalah serentetan (series) photograph dalam film,

yang diproyeksikan kepada layar silih berganti secara teratur

dengan menggunakan cahaya, karena penomena opticalnampak

seperti terlihat sungguh-sungguh dan ini memberikan ilusi actual,

bergerak terus menerus tanpa henti.

g. Internet

Secara harfiyah Internet kependekan dari (interconnected


(17)

yang saling terhubung menggunakan standar internet protocol suite

untuk melayani milliaran pengguna di seluruh dunia.

a. Pemahaman Tentang Televisi

Dalam bukunya Yudhi (2008: 140) mengutip pendapat

Omar Hamalik bahwa:

“Television is an electronic motion picture with conjoined or attendant sound; both picture and sound reach the eye and ear simultaneously from a remote broadcast point”. (Televisi

sesungguhnya adalah perlengkapan elektronik, yang pada dasarnya

sama dengan gambar hidup yang meliputi gambar dan suara. Maka

televisi sebenarnya sama dengan film, yakni dapat didengar dan

dilihat).

b. Fungsi Televisi

Sehubungan dengan pengertian televisi sebagai media massa,

menurut Onong (1993: 24-30) televisi juga mempunyai fungsi,

yaitu:

1) Fungsi penerangan (the information function).

Televisi memiliki dua faktor sebagai media massa audio visual,

pertama adalah faktor “immediacy” dan kedua faktor “realism”.

Immediacy mencakup pengertian langsung dan dekat, sedangkan

realism mengandung makna kenyataan. Dalam melaksanakan

fungsinya sebagai sarana penerangan, stasiun televisi, selain


(18)

atau berita yang dibacakan penyiar, dilengkapi gambar-gambar

yang sudah tentu faktual. Juga diskusi panel, ceramah,

komentar, dll, yang kesemuanya realistis.

2) Fungsi pendidikan (the educational function).

Sebagai media komunikasi massa, televisi merupakan sarana

yang ampuh untuk menyiarkan acara pendidikan kepada

khalayak yang jumlahnya begitu banyak secara simulan. Sesuai

dengan makna pendidikan, yakni meningkatkan pengetahuan

dan penalaran masyarakat, stasiun televisi menyiarkan

acara-acara tertentu secara teratur, misalnya pelajaran bahasa,

matematika, elektronika, dll.

3) Fungsi hiburan (the entertainment function).

Televisi memiliki fungsi hiburan yang lebih dominan

dibandingkan dengan fungsi televisi lainnya, sebagaian besar

dari alokasi waktu masa siaran diisi oleh acara-acara hiburan,

seperti sinetron, kuis, reality show atau acara jenaka lainnya.

Selain itu, masyarakat masih menjadikan televisi sebagai media

hiburan sebagai alat utama untuk melepaskan lelah.

c. Kelebihan Televisi

Dari beberapa fungsi televisi diatas, kemudian

fungsi-fungsi tersebut direalisasikan dalam bentuk acara yang dapat


(19)

Hal ini dikarenakan televisi memiliki sejumlah kelebihan,

antara lain sebagai berikut:

1) Bersifat Dengar – Pandang

Berbeda dengan media radio yang hanya bisa dinikmati

melalui indera pendengaran, televisi bisa dinikmati secara

visual melalui indera penglihatan. Karena jika seseorang

melihat suatu peristiwa di televisi, orang tersebut akan

memiliki kekuatan sugestif yang tinggi. Jika potensi semacam

ini dioptimalkan untuk praktis pembelajaran, maka akan

memiliki pengaruh positif bagi peningkatan kualitas

pendidikan.

2) Menghadirkan Realitas Sosial

Televisi mampu menghadirkan suatu realitas sosial yang

seolah – olah seperti aslinya. Hal ini tentu memiliki pengaruh

sangat kuat pada diri khalayak. Visualisasi yang didukung oleh

kekuatan suara pada kenyataannya sangat membantu

memahamkan seseorang terhadap sesuatu yang sulit menjadi

mudah dimengerti. Dengan demikian, kelebihan ini dapat

dimanfaatkan secara maksimal untuk tujuan pendidikan.

3) Simultaneous

Kelebihan lain dari televisi adalah mampu menyampaikan

segala sesuatu secara serempak sehingga dapat menyampaikan


(20)

tempat dalam waktu yang sama persis (simultaneous). Sifat ini

tidak dimiliki oleh media cetak yang membutuhkan sistem

distribusi panjang sehingga lokasi yang berada jauh dari

tempat percetakan akan menerima informasi lebih lambat

dibandingkan dengan yang berada didekat pusat penerbitan.

4) Memberi Rasa Kedekatan

Televisi dijadikan media yang efektif dalam proses

komunikasi. Karena tayangan program televisi secara umum

disajikan dengan pendekatan yang persuasif kepada

khalayaknya. Dengan menggunakan sapaan yang member

kesan dekat, tidak berjarak, bahasa tutur sehari – hari, gesture

yang wajar menciptakan suasana intim atau dekat antara

presenter program dengan khalayak. Pada dasarnya, televisi

didukung visual yang menarik, sehingga jika potensi tersebut

dikelola secara baik untuk misi pendidikan, pengaruh yang

ditimbulkan pun cukup besar.

5) Menghibur

Kelebihan terbesar televisi adalah menghibur. Menurut Neil

Postman bahwa esensi media televisi adalah hiburan sehingga

beliau memperolok masyarakat dengan sindiran “menghibur

diri sampai mati”. Oleh karenanya, dalam memproduksi suatu

program acara, televisi selalu mempertimbangkan aspek


(21)

3. Macam – macam Program Televisi

Dalam dunia pertelevisian tanpa adanya format acara atau dapat

kita sebut sebagai program acara televisi sebuah acara dalam suatu

televisi itu tidak akan berjalan dengan lancar, format acara televisi itu

sendiri dapat di defenisikan yaitu sebuah perencanaan dasar dari suatu

konsep acara televisi yang akan menjadi landasan kreativitas dan

design produksi yang akan terbagi dalam berbagai criteria utama yang

disesuaikan dengan tujuan dan target pemirsa acara tersebut

(Naratama,2004:63).

Setiap harinya menyuguhkan berbagai jenis macam program

acara. Banyaknya ragam acara berdasarkan pada kesukaan penonton.

Ketika ada satu jenis program kesukaan penonton dan mendapat

ratting tinggi, maka stasiun televisi akan terus menyuguhkan program

acara tersebut. Menurut Vane-Gross (1994) menentukan jenis program

berarti menentukan atau memilih daya tarik (appeal) dari suatu

program. Adapun yang dimaksud dengan daya tarik disini adalah

bagaimana suatu program mampu menarik audiennya, jenis program

acara televisi dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok


(22)

Gambar 1.1 “Format acara televisi”

- Other - Musik - Feature

- Tragedy - Magazine Show - Sport

- Aksi - Talk Show - News

- Komedi - Variety Show

- Cinta - Game Show

- Legenda - Kuis

- Horor - Reality Show

Dari penjelasan diatas maka program acara televisi dapat dibagi

menjadi tiga, yaitu drama (fiksi), non drama (non fiksi) dan beita

(news). Ketiga program acara televisi di pertelevisian Indonesia bukan

hal yang baru , kesemuanya dapat dinikmati oleh seluruh lapisan

masyarakat. Bahkan dari ketiga format acara tersebut format acara non

drama mendapat rating yang signifikan. Dari ketiga format acara

tersebut stand Up comedy Indonesia termasuk dalam kategori non

drama (non fiksi) yaitu variety show menurut pembagian format acara

yang disuguhkan oleh Kompas TV.

FORM AT ACARA TELEVISI


(23)

Definisi Variety Show

Salah satu program yang banyak dilirik oleh stasiun televisi

akhir-akhir ini adalah variety show. Menurut Harold R Hickman, “In the

variety show the ideas is that the audience likes to have a little variety in what they watch, and this can be done within single program. Music, comedy, talk, and dance can all be mixed into a single program with a common thread to tie it all together .” Secara lebih

sederhana, Garin Nugroho mengistilahkan variety show layaknya

supermarket yang menawarkan segala rupa hiburan. Konsep

gado-gado yang menayangkan aneka tontonan ini jika dikemas dengan baik,

akan mampu menghadirkan suasana yang berbeda. “This means that

lots of production value will come within the frame-bright colors, large stage setting, fast-paced dialogue, and the use of audience interaction and even participation when possible ”. Program ini

menjadi alternatif bagi stasiun tv karena selain biaya operasionalnya

lebih murah, jika acara tersebut sukses, pencitraan stasiun televisi

yang bersangkutan juga ikut terangkat (Idialfero : 2008).

Jika menilik program televisi Indonesia, tayangan variety show

kurang bervariasi jenisnya. Sebagian besar didominasi ajang pencarian

bakat. Ini dimulai ketika Indosiar menayangkan Akademi Fantasi

Indosiar (AFI) pada 2002, lalu diikuti oleh RCTI dengan Indonesian Idol,

TPI dengan Kontes Dangdut TPI (TPI), Mamamia (indosiar),

Kondang-In (Kondang-Indosiar), Idola Cilik (RCTI), Let’s Dance (Global TV), The Master


(24)

4. Penonton Televisi sebagai Audience

Pada awalnya, sebelum media massa ada, audiens adalah

sekumpulan penonton drama, permainan dan tontonan. Setelah ada

kegiatan komunikasi massa, audiens sering diartikan sebagai penerima

pesan-pesan media massa.

Audience sebagai kumpulan. Kumpulan inilah yang disebut

sebagai audience dalam bentuknya yang paling dikenali dan versi

yang diterapkan dalam hampir seluruh penelitian media itu sendiri.

Fokusnya pada jumlah-jumlah total orang yang dapat dijangkau oleh

‘satuan isi’ media tertentu dan jumlah orang dalam karakteristik

demografi tertentu yang penting bagi pengirim. Clause (1968) telah

menunjukan beberapa kerumitan untuk membedakan berbagai kadar

keikutsertaan dan keterlibatan audience. Audiens yang pertama dan

terbesar adalah populasi yang tersedia untuk menerima ‘tawaran’

komunikasi tertentu. Dengan demikian, semua yang memiliki pesawat

televisi adalah audiens televisi dalam artian tertentu. Kedua, terdapat

audience yang benar-benar menerima hal-hal yang ditawarkan dengan

kabar yang berbeda-beda , pemirsa televisi regular, pembeli surat

kabar dan lain sebaginya. Ketiga, ada bagian audience sebenarnya

yang mencatat penerimaan isi dan akhirnya masih ada bagian lebih

kecil yang ‘mengendapkan hal-hal yang ditawarkan dan diterima.

Clause mengemukakan hal ini dengan mengacu pada serangkaian


(25)

public potensialbagi suatau pesan, hingga public efektif yang

benar-benar mengikutt, sampai dengan public pesan tertentu, dan akhinya

public yang benar-benar terpengaruh oleh komunikasi (Mc Quail, 203).

Audience dipandang memiliki signifikasi rangkap bagi media,

sebagai perangkat calon konsumen produk dan sebagai audience jenis

iklan tertentu, yang merupakan sumber pendapatan media penting

lainnya. Dengan demikian, pasar bagi produk media juga mungkin

merupakan pasar bagi produk lainnya, untuk mana media akan

menjadi wahana iklan dan sarana pengantar calon pelanggan produksi

lain. Meskipun media komersial perlu memandang audiencenya

sebagai pasar dalam kedua ati itudan adakalanya mencirikan audience

tertentu dalam hubungannya dengan gaya hidup dan pola konsumsi,

ada sejumlah konsekuensi pendekatan ini terhadap cara memandang

audience. Dapat didefenisikan audience sebagai pasar, sebagai

kumpulan calon konsumen dengan profil sosial-ekonomi yang

diketahui merupakan sasaran medium atau pesan. Dalam pemikiran

pasar, ada juga perhatian terhadap selera dan proferensi budaya dan

terhadap jumlah atau criteria sosial budaya semata (Mc Quail, 205-206).

Karakteristik Audience

Audience memiliki karakteristik sebagaimana yang ada pada

konsep massa, namun lebih spesifik tertuju pada suatu media massa.

Jadi, karakteristik audience menurut Hiebert dan Kawan-kawan dalam


(26)

a. Audience cenderung berisi individu-individu yang condong untuk

berbagi pengalaman dan dipengaruhi oleh hubungan sosial antar

mereka. Individu-individu tersebut memilih produk media yang

mereka gunakan berdasarkan seleksi kesadaran.

b. Audience cenderung besar. Besar disini berarti tersebar

keberbagai wilayah jangkauan sasaran komunikasi massa.

Meskipun begitu, ukuran luas ini sifatnya bisa menjadi relatif.

Sebab, ada media tertentu yang khalayaknya mencapai ribuan,

ada yang mencapai jutaan. Baik ribuan atau jutaan itu tetap bisa

disebut audience meskipun jumlahnya berbeda. Tetapi perbedaan

ini bukan sesuatu yang prinsip. Jadi, tidak ada ukuran pasti

tentang luasnya audience ini.

c. Audience cenderung heterogen. Mereka berasal dari berbagai

lapisan dan kategori sosial. Beberapa media tertentu punya

sasaran, tetapi heteroginitasnya juga tetap ada.

d. Audience cenderung anonim, yakni tidak mengenal satu sama lain.

Bagaimana mungkin audience bisa bisa mengenal khalayak televisi

yang jumlahnya jutaan. Tidak mengenal tersebut tidak ditekankan

satu kasus persatu kasus tetapi meliputi semua audience.

e. Audience secara fisik dipisahkan dari komunikator. Anda berada

di Yogyakarta yang sedang menikmati acara stasiun televisi yang

disiarkan dari Jakarta. Bukankah ia dipisahkan dengan jarak

ratusan kilometer, dapat juga dikatakan audience dipisahkan oleh


(27)

Menurut Nurudin dalam bukunya, ada beberapa teori komunikasi

massa yang membahas tentang audience seperti yang pernah

dikemukakan oleh Melvin De Fleur dan Sandra Ball (1988)

diantaranya Teori Individual Differences Perspective yang secara

khusus menggambarkan perilaku audience. Proses ini berlangsung

berdasarkan ide dasar dari stimulus-response. Disini tidak ada

audience yang relatif sama, pengaruh media massa pada individu

berbeda dan tergantung pada kondisi psikologi individu yang berasal

dari pengalaman masa lalunya. Adapula Teori Categories Perspective,

teori ini mengambil posisi bahwa ada perkumpulan sosial pada

masyarakat yang didasarkan pada karakteristik umum seperti jenis

kelamin, umur, pendidikan, pendapatan, kesempatan, dan seterusnya

5. Motif Pemirsa Menggunakan Televisi untuk Pemuas Kebutuhan

Motif berasal dari bahasa latin yaitu “movere” yang artinya

bergerak. Motif berarti sesuatu yang ada pada diri individu yang

menggerakkan atau membangkitkan sehingga individu itu berbuat

sesuatu.

Motif pada hakekatnya merupakan suatu pengertian yang

melingkupi semua pengerak dalam diri manusia yang menyebabkan ia

berbuat sesuatu. Setiap tingkah laku manusia pada hakekatya

mempunyai motif. Motif pada hakekatnya merupakan terminologi

umum yang memberikan makna, daya dorong, keinginan, kebutuhan,


(28)

Menurut Azwar (dalam DR. Nyayu Khodijah, 2006), disebutkan

bahwa Motif adalah suatu keadaan, kebutuhan, atau dorongan dalam

diri seseorang yang disadari atau tidak disadari yang membawa

kepada terjadinya suatu perilaku.

Dari beberapa pendapat di atas, maka kami dapat menyimpulkan

bahwasannya Motif merupakan suatu dorongan dan kekuatan yang

berasal dari dalam diri seseorang baik yang disadari maupun tidak

disadari untuk mencapai tujuan tertentu.

6. Macam-Macam Motif

Sesuai dengan jenis kebutuhannya maka Muzafer Sherif dalam

Slamet Santoso (117-118) membedakan motif mejadi beberapa

macam, yaitu:

1) Biogenetic motive/motif biogenetis

Motif ini berasal dari beberapa kebutuhan biologis sebagai

makhluk hidup. Oleh karena itu, motif biogenetis mempunyai

sumber dari dalam diri individu dan kurang berhubungan

dengan keadaan di luar diri individu. Motif ini seperti lapar,

haus, lelah, kebutuhan seks, dan sebagainya.

2) Sociogentic motive/motif sosiogenetik

Motif ini timbul karena adanya hubungan individu dengan

lingkungan sosialnya. Lingkungan sosial dapat berasal dari

masyarakat seperti keadaan sosial, ekonomi, dan dari


(29)

3) Theogenetic motive/motif teogenetis

Motif ini berasal dari interaksi antara manusia dengan Tuhan

seperti yang nyata dalam ibadahnya dan dalam kehidupannya

sehari-hari dimana ia berusaha merealisasikan norma-norma

agama tertentu. Contoh motif teogenetis ialah, misalkan keinginan

untuk mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa, melaksanakan

norma-norma agama (bersedekah), dan sebagainya.

Menurut Mc Quail dkk, kebutuhan berasal dari

“pengalaman sosial” dan media massa terkadang dapat membantu

membangkitkan khalayak terhadap kesadaran akan kebutuhan

tertentu yang berhubungan dengan situasi sosial. Informasi atau

hiburan bukan sebagai sesuatu yang dibutuhkan seseorang,

melainkan sebagai sesuatu untuk memuaskan kebutuhan atau

hasrat pribadi. Motif seseorang dalam melakukan sesuatu untuk

memperoleh kepuasan kebutuhannya bisa berbeda-beda, begitu

juga perbedaan motif dalam proses pemilihan media. Perbedaan

seseorang dalam menggunakan media menimbulkan perbedaan

pula pada tingkat kepuasan kebutuhan yang didapat individu

dalam menggunakan media. Semakin sesuai pesan komunikasi

dengan motif, semakin besar pula kemungkinan komunikasi

tersebut dapat diterima dengan baik oleh komunikan.

Jelas bahwa individu-individu menggunakan media massa


(30)

tayangan stand up comedy indonesia, penonton memiliki motif

dan alasan yang berbeda-beda untuk memuaskan kebutuhan

mereka. Hal ini karena orang secara aktif mencari media tertentu

dan isi tertentu untuk menghasilkan kepuasan tertentu. Orang

aktif karena mereka mampu untuk mempelajari dan mengevaluasi

berbagai jenis media untuk mencapai tujuan komunikasi (Richard

Wes, 2008 : 101).

McQuail, Blumler, & Brown (1972) menyatakan bahwa

“pengguna media dapat dikategorikan dalam empat pembagian

dasar : pengalihan perhatian, hubungan personal, identitas

personal, dan pengawasan. Diantara kategori yang diidentifikasi

oleh individu-individu adalah kebutuhan yang dihubungkan

dengan memperoleh informasi atau pengetahuan, kesenangan,

status, memperkuat hubungan, dan pelarian.”

7. Motif Menonton

Pengertian motif merujuk pada pendapat Sperling (1982:187) yaitu

motif merupakan suatu kecenderungan untuk melakukan aktifitas,

yang berasal dari dorongan dalam diri (drive) dan diakhiri dengan

penyesuain diri dimana penyesuain ini dikatakan untuk memuaskan

motif.

Menurut McQuail dkk, kebutuhan berasal dari “pengalaman

sosial” dan media massa terkadang dapat membantu membangkitkan


(31)

berhubungan dengan situasi sosialnya. Informasi atau hiburan bukan

sebagai sesuatu yang dibutuhkan oleh seseorang, melainkan sebagai

sesuatu yang digunakan untuk memuaskan suatu kebutuhan atau

hasrat pribadi yang dalam motif timbul karena adanya motivasi.

Motivasi adalah pernyataan dari dalam berupa gerakan yang yang

berhubungan dengan tingkah laku yang sering muncul sebelum

bertingkah laku, hubungan motivasi dan tingkah laku berdekatan.

Konsep motivasi yang berhubungan dengan tingkah laku seseorang dapat

diklasifikasikan sebagi berikut :

1) Seseorang senang terhadap sesuatu, apabila ia dapat

mempertahankan rasa senangnya maka akan termotivasi

untuk melakukan kegiatan itu.

2) Apabila orang merasa yakin mampu mengahadapi

tantangan maka biasanya orang terdorong melakukan

kegiatan tersebut.

Sumber utama munculnya motif adalah dari rangsangan

(stimulus) perbedaan situasi sekarang dan situasi yang akan

datang, sehingga tanda perubahan tersebut tampak pada

adanya perbedaan afektif munculnya motif dan saat usaha

pencapaian yang diharapkan. Dapat disimpulakan bahwa

motif adalah dorongan internal dan eksternal dalam diri


(32)

Motif-motif menonton televisi berpegang pada asumsi teori

Uses and gratifications”. Teori ini merupakan pergeseran fokus

dari tujuan komunikator ke tujuan komunikan. Teori ini

menentukan fungsi komunikasi massa dalam melayani khalayak.

“ teori uses and gratification menunjukan bahwa yang menjadi

permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap

dan perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi

kebutuhan pribadi dan sosial khalayak. Jadi, bobotnya ialah pada

khalayak yang aktif, yang sengaja menggunakan media untuk

mencapai tujuan khusus. Dalam asumsi ini menurut bumler

(1979) tersirat pengertian bahwa komunikasi massa berguna

(utility), konsumsi media diarahkan oleh motif (intentionally), dan

perilaku media mencerminkan kepentingan dan preferensi

(selectivity), dan bahwa khalayak sebenarnya kepala batu

(stubborn) (dalam Rahmat, 2005 : 65)

Menurut pendirinya, Elihu Kattz, Jay G. Blumler, Michael

Gurevitch, uses and gratification meneliti asal mula kebutuhan secara

psikologis dan sosial, yang menimbulkan harapan tertentu dari media

massa atau sumber-sumber lain, yang membawa pada pola terpaan

media yang berlainan (atau keterlibatan pada kegiatan lain ), dan

menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan akibat-akibat lain,

barangkali termasuk juga yang tidak diinginkan. Mereka juga


(33)

1) Khalayak dianggap aktif, artinya sebagian penting dari

penggunaan media massa diasumsikan mempunyai tujuan.

Dewasa ini penerima komunikasi massa semakin dianggap

sebagai khalayak aktif. Schramm dan Roberts (1987)

melukiskan mengenai khlayak komuniaksi massa ini bahwa

: “ suatu khalayak yanga sangat aktif mencari apa yang

meraka inginkan, menolak lebih banyak isi media daripada

menerimanya, berinteraksi dengan anggota-anggota

kelompok yang mereka masuki dengan isi media yang

mereka terima, dan sering menguji pesan media dengan

membicarakannya dengan orang-orang lain atau

membandingkannya dengan isi media lainnya”. (dalam

Mulyana, 2001 :209)

2) Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk

mengaitkan pemuas kebutuhan dengan pemilihan media

terletak pada khalayak.

3) Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber yang

lain untuk memuaskan kebutuhannya.

4) Banyak tujuan pemilihan media massa disimpuakan dari

data yang diberikan anggota khalayak, artinya orang yang

dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan


(34)

5) Penilaian tentang arti cultural dari media massa harus di

tangguhkan sebelum diteliti lebih dahulu orientasi

khalayaknya.

Katz dan kawan-kawan (1974) dan Dennis McQuail (1975)

menggambarkan logika yang mendasari penelitian terhadap Uses

and Gratification.

Table 1.2 Model “Uses and Gratification”

Faktor sosial

psikologis Menimbulkan (1) Kebutuhan yang melahirkan (2) Harapan-harapan terhadap

media massa

atau sumber

lain yang

mengarah

pada (3-4)

Berbagai Pola

Penghadapan Media (5) Menghasilkan gratifikasi kebutuhan (6) Konsekuensi

lain yang

tidak

diinginkan (7)

Teori Uses and Gratification menghubungkan kepuasan akan

kebutuhan pada pilihan terhadap sebuah media yang berada ditangan

khalayak, karena orang adalah agen yang aktif, sehingga mereka mengambil

inisiatif. Motif menonton tayangan stand up comedy Indonesia di Kompas tv

ketika mereka ingin mendapatkan informasi sekaligus hiburan . Secara lebih


(35)

kebutuhan secara psikologis dan sosial yang menimbulkan harapan tertentu

dari media massa atau sumber-sumber lain yang berlainan (atau keterlibatan

pada kegiatan lain) dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan

akibat-akibat lain, barangkali termasuk juga yang tidak kita inginkan (Katz, Blumler

& Gurevitch (1974) dalam Jalaludin (1989:197).

Selain bagan diatas, bagan Rakhmat dibawah ini juga dapat membantu

untuk memahami pendekatan uses and gratifications :

Gambar 1.2 Model “Uses and Gratification” Rakhmat

Anteseden Motif Penggunaan Efek Media

- Variabel Individu - Kognitif - Hubungan - Kepuasan

- Variabel - Diversi - Macam - Pengetahuan

Lingkungan - Personal identity - Hubungan isi - Dependensi

Dengan kata lain, teori Uses and Gratification menjelaskan tentang

khalayak yang pada dasarnya menggunakan media massa berdasarkan

motif tertentu. Media dianggap berusaha memenuhi motif khalayak.

Apabila motif dapat terpenuhi maka kebutuhan khalayak juga akan

terpenuhi. Oleh karena itu khalayak secara aktif menggunakan media

untuk memenuhi kebutuhannya, khalayak dengan aktif dan selektif

menerima terpaan dari media massa yang sampai kepadanya, akan tetapi


(36)

Berkaitan dengan judul Motif Mahasiswa Menonton Tayangan

Stand Up Comedy Indonesia di Kompas TV dan dengan penjelasan teori

diatas, maka peneliti dapat berkesimpulan bahwa ketika khayalak

mempunyai keinginan menonton Stand Up Comedy Indonesia, sebenarnya

keinginan tersebut muncul karena didasari adanya suatu motif-motif

tertentu. Karena adanya berbagai macam motif itulah, maka khalayak

merasa dipuaskan oleh Tayangan Stand Up Comedy Indonesia tersebut.

Sehingga kebutuhan mereka akan terpenuhi.

E. Defenisi Konseptual

Definisi konseptual adalah batasan tentang pengertian yang diberikan

peneliti terhadap variabel-variabel (konsep) yang hendak diukur, diteliti

dan digali datanya (Hamidi, 2010:141).

Motif

Motif merupakan sesuatu yang ada pada diri individu yang

menggerakkan atau membangkitkan sehingga individu itu berbuat sesuatu.

Motif timbul karena adanya kebutuhan, kebutuhan dapat dipandang

sebagai kekurangan adanya sesuatu, dan ini menuntut segera

pemenuhannya, agar segera mendapatkan keseimbangan.

Berikut ini adalah macam-macam motif berdasarkan beberapa ahli

komunikasi:

1. Menurut Katz, Gurevicth dan Haas (1974) dalam Rakhmat (2007:66),


(37)

a) Motif Unifungsional (hasrat melarikan diri, kontak sosial, atau

bermain)

b) Motif Bifungsional (informasi-edukasi, fantastistescapist, atau

gratifikasi segera-tertangguhkan), empat-fungsional (diversi,

hubungan personal, identitas personal, dan surveillance; atau

surveillance, korelasi, hiburan, transmisi budaya), dan

multifungsional.

2. Menurut Blumler dalam Rakhmat (2006:66), motif ada 3 orientasi

yaitu:

a) Orientasi kognitif (kebutuhan bukan informasi, surveillance, atau

eksplorasi realitas).

b) Diversi (kebutuhan akan pelepasan sari tekanan dan kebutuhan

akan hiburan).

c) Identitas personal (yakni, “menggunakan isi media untuk

memperkuat/menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan

atau situasi khalayak sendiri”).

3. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis-jenis motif yang

dijabarkan dalam Nurudin (2007:194-195), yaitu:

a) Motif Kognitif

Yaitu motif kebutuhan yang berhubungan dengan peneguhan


(38)

b) Motif Afektif

Yaitu motif yang berhubungan dengan pengetahuan dan

pengalaman-pengalaman yang estetis, menyenangkan dan

emosional.

c) Motif Integrasi Sosial

Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak

dengan keluarga, teman, dan dunia. Hal tersebut didasarkan pada

hasrat untuk berafiliasi.

d) Motif Integrasi Personal

Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibilitas,

kepercayaan, stabilitas, dan status individu. Hal itu bisa diperoleh

dari hasrat akan harga diri.

e) Motif Pelepasan Ketegangan

Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan upaya menghindarkan

tekanan, ketegangan dan hasrat akan keanekaragaman.

F. Defenisi Operasional

Definisi operasional adalah petunjuk bagaimana sebuah variabel

diukur (Hamidi, 2010:142). Berikut ini adalah penjelasan

indikator-indikator dari motif mahasiswa menonton tayangan Stand Up Comedy

Indonesia di Kompas TV berdasarkan motif kognitif, afektif, integrasi


(39)

1. Motif Kognitif, adalah kebutuhan akan informasi. Indikatornya :

a) Dalam menonton stand up comedy responden mendapatkan

informasi tentang comic pendatang baru dan master-master comic

yang belum pernah responden ketahui.

b) Responden berharap mendapat informasi tentang history comic

yang disuguhkan dalam tayangan stand up comedy indonesia.

c) Setelah menonton tayangan stand up comedy indonesia, secara

tidak sadar responden akan mendapatkan informasi cara menjadi

comic dan dari mana asal comic-comic tersebut.

2. Motif Afektif, berhubungan dengan sesuatu yang menyenangkan dan

emosional. Ketika menonton stand up comedy indonesia, responden

akan mulai mendapatkan kesenangan dalam menonton tayangan stand

up comedy indonesia tersebut.

3. Integrasi sosial atau kontak social

Kebutuhan yang berkaitan dengan keluarga, teman dan dunia

indikatornya :

a. Ketika menonton tayangan stand up comedy indonesia, responden

dapat menjalin suatu keakraban bersama teman atau keluarga

dengan cara menonton bersama.

b. Responden (mahasiswa) berharap dapat menemukan bahan


(40)

c. Setelah menonton tayangan stand up comedy indonesia,

responden berharap dapat bertukar informasi cerita seputar comic

idolanya dengan orang lain.

4. Motif integrasi personal

Saat menonton tayangan stand up comedy saya berharap dapat bisa

mengeksplorasi semua potensi, kemampuan, bakat, citra diri,

kepercayaan diri dan nilai-nilai positif yang dimiliki comic untuk

dijadikan acuan dalam berperilaku bersikap dilingkungan masyarakat

dengan baik. Karena umumnya para penonton tayangan stand up comedy

indonesia mencari nilai-nilai pribadi mereka sesama penonton.

5. Motif pelepas ketegangan

Suatu motif yang didasarkan pada suatu permasalahan untuk

melepaskan penat karena permasalahan yang dihadapi sehari-hari.

a. Saat menonton tayangan stand up comedy indonesia, responden

dapat melepaskan diri dari rasa stress setelah bekerja seharian.

b. Responden dapat bersantai dan mengisi waktu luang ketika

menonton tayangan stand up comedy indonesia.

G. Metode Penelitian

Dalam hal ini penulis menggunakan metode penelitian dengan

metode survey. Umar (2002 : 42) menyebutkan bahwa metode survey

adalah riset yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta tentang


(41)

Metode survey digunakan untuk mendapatkan data dari tempat

tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan

dalam pengumpulan data, misalnya dengan mengedarkan kuisioner, test,

wawancara, terstuktur dan sebagainya. (Sugiyono, 2009 : 6).

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif.

Penelitian kuantitaf adalah prosedur penelitian yang menggunakan

ukuran, jumlah atau frekuensi yang menghasilkan data berupa angka.

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif.

Penelitian deskriptif bertujuan untuk menjelaskan, meringkaskan

berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel yang timbul

di masyarakat yang menjadi obyek penelitian itu berdasarkan apa yang

terjadi (Bungin, 2005: 36).

2. Populasi dan sampel a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek

atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

di tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian di tarik

kesimpulan (sugiyono, 2009 : 80). Populsi dalam peneliti ini adalah

mahasiwa universitas muhammadiyah malang jurusan imu

komunikasi yang pernah menonton tayangan stand up comedy


(42)

Adapun kreteria responden yang di inginkan adalah

sebagai berikut:

1. Mahasiswa universitas muhammadiyah malang jurusan ilmu

komunikasi

2. Pernah menonton program acara “ stand up comedy Indonesia”

setidaknya 3 kali.

b. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil

sebagai wakil semua unit strata dan sebagainya yang ada dalam

populasi (Bungin, 2006 : 102). Berdasarkan hasil survey tersebut

didapat sampel sebanyak 30 mahasiswa , dengan alasan 30

mahasiswa tersebut cukup mewakili populasi yang dijadikan

sampel dalam penelitian ini. Dan teknik yang digunakan dalam

penelitian ini adalah teknik sampling insidental, yaitu mengambil

sampel anggota berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja yang

secara kebetulan/incidental bertemu dengan peneliti dapat

digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan

ditemui itu cocok sebagai sumber data.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam memperoleh data yang diperlukan sesuai dengan tujuan


(43)

a. Kuisioner

Teknik pengumpuan data yang digunakan pada penelitian ini adalah

menggunakan kuisioner. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang

disusun secara sistematis, kemudian diisi oleh responden (Bungin,

2001:123). Penulis menggunakan studi lapangan yaitu dengan

memperoleh data-data dengan menyebarkan kuisioner kepada

mahasiswa Universitas Muhammadiah Malang Jurusan ilmu

Komunikasi.

b. Dokumentasi

Adalah pengumpulan data dengan cara mencatat dari arsip-arsip,

dokumen dan buku-buku literature yang mendukung penelitian.

Teknik ini dilakukkan untuk mendapatkan data sekunder. Pada

penelitian ini peneliti melakukan pencatatan guna mendapatkan

data tentang jumlah mahasiswa dan juga dugunakan dokumentasi

untuk pengumpulan – pengumpulan data mengenai profil Kompas

TV dan acara stand up comedy Indonesia.

4. Teknik Analisa Data

Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis

kuantitatif deskriptif, Perhitungan data yang digunakan adalah dengan

perhitungan data distribusi frekuensi, perhitungan ini dapat dilakukan

dengan menghitung frekuensi data tersebut kemudian dipersentasekan

(Bungin, 2008 : 171). Untuk menghitung sebaran persentase dari


(44)

Keterangan :

P = Prosentase

fx = Frekuensi individu

N = Jumlah responden

Langkahnya dapat dilakukan dengan membuat tabel distribusi jawaban

responden. Tabel tersebut digunakan untuk melihat skor dari setiap butir soal,

kemudian skor tersebut dijumlahkan untuk mendapat skor total. Selanjutnya

adalah menyusun distribusi frekuensi, tabel frekuensi diperoleh melalui

tabulasi sederhana yang hasilnya dalam bentuk persentase.

Setelah itu, langkah selanjutnya adalah data akan diolah kembali

menggunakan analisis data dalam Kriyantono (2008:167), yaitu

menggunakan statistik deskriptif tendensi sentral dengan bentuk mean.

Tendensi sentral merupakan cara yang bertujuan untuk mendapatkan

ciri khas dari bilangan tersebut. Mean adalah nilai rata-rata atau nilai

tengah dari total bilangan. Mean dapat diperoleh dalam rumus :

Keterangan :

M = Mean (rata-rata)

= Jumlah unsur data


(45)

5. Skala Data

Skala data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert,

skala likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang

fenomena sosial (Sugiyono, 2008:93).

Dalam penilitian disini digunakan untuk mengukur motif dan

kepuasan yang diperoleh, jawaban dari instrument dengan skala likert

memiliki skor sebagai berikut :

Sangat Setuju (SS) diberi skor 4

Setuju (S) diberi skor 3

Kurang Setuju (KS) diberi skor 2

Tidak Setuju (TS) diberi skor 1


(1)

c. Setelah menonton tayangan stand up comedy indonesia, responden berharap dapat bertukar informasi cerita seputar comic idolanya dengan orang lain.

4. Motif integrasi personal

Saat menonton tayangan stand up comedy saya berharap dapat bisa mengeksplorasi semua potensi, kemampuan, bakat, citra diri, kepercayaan diri dan nilai-nilai positif yang dimiliki comic untuk dijadikan acuan dalam berperilaku bersikap dilingkungan masyarakat dengan baik. Karena umumnya para penonton tayangan stand up comedy indonesia mencari nilai-nilai pribadi mereka sesama penonton.

5. Motif pelepas ketegangan

Suatu motif yang didasarkan pada suatu permasalahan untuk melepaskan penat karena permasalahan yang dihadapi sehari-hari.

a. Saat menonton tayangan stand up comedy indonesia, responden dapat melepaskan diri dari rasa stress setelah bekerja seharian. b. Responden dapat bersantai dan mengisi waktu luang ketika

menonton tayangan stand up comedy indonesia.

G. Metode Penelitian

Dalam hal ini penulis menggunakan metode penelitian dengan metode survey. Umar (2002 : 42) menyebutkan bahwa metode survey adalah riset yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta tentang gejala-gejala atas permasalahan yang timbul.


(2)

Metode survey digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya dengan mengedarkan kuisioner, test, wawancara, terstuktur dan sebagainya. (Sugiyono, 2009 : 6).

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitaf adalah prosedur penelitian yang menggunakan ukuran, jumlah atau frekuensi yang menghasilkan data berupa angka. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif.

Penelitian deskriptif bertujuan untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi obyek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi (Bungin, 2005: 36).

2. Populasi dan sampel

a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian di tarik kesimpulan (sugiyono, 2009 : 80). Populsi dalam peneliti ini adalah mahasiwa universitas muhammadiyah malang jurusan imu komunikasi yang pernah menonton tayangan stand up comedy indonesia yang sesuai dengan kreteria.


(3)

Adapun kreteria responden yang di inginkan adalah sebagai berikut:

1. Mahasiswa universitas muhammadiyah malang jurusan ilmu komunikasi

2. Pernah menonton program acara “ stand up comedy Indonesia” setidaknya 3 kali.

b. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai wakil semua unit strata dan sebagainya yang ada dalam populasi (Bungin, 2006 : 102). Berdasarkan hasil survey tersebut didapat sampel sebanyak 30 mahasiswa , dengan alasan 30 mahasiswa tersebut cukup mewakili populasi yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. Dan teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampling insidental, yaitu mengambil sampel anggota berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja yang secara kebetulan/incidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam memperoleh data yang diperlukan sesuai dengan tujuan penelitian maka peneliti menggunakan teknik :


(4)

a. Kuisioner

Teknik pengumpuan data yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan kuisioner. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis, kemudian diisi oleh responden (Bungin, 2001:123). Penulis menggunakan studi lapangan yaitu dengan memperoleh data-data dengan menyebarkan kuisioner kepada mahasiswa Universitas Muhammadiah Malang Jurusan ilmu Komunikasi.

b. Dokumentasi

Adalah pengumpulan data dengan cara mencatat dari arsip-arsip, dokumen dan buku-buku literature yang mendukung penelitian. Teknik ini dilakukkan untuk mendapatkan data sekunder. Pada penelitian ini peneliti melakukan pencatatan guna mendapatkan data tentang jumlah mahasiswa dan juga dugunakan dokumentasi untuk pengumpulan – pengumpulan data mengenai profil Kompas TV dan acara stand up comedy Indonesia.

4. Teknik Analisa Data

Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif deskriptif, Perhitungan data yang digunakan adalah dengan perhitungan data distribusi frekuensi, perhitungan ini dapat dilakukan dengan menghitung frekuensi data tersebut kemudian dipersentasekan (Bungin, 2008 : 171). Untuk menghitung sebaran persentase dari frekuensi tersebut, dapat digunakan rumus :


(5)

Keterangan : P = Prosentase

fx = Frekuensi individu N = Jumlah responden

Langkahnya dapat dilakukan dengan membuat tabel distribusi jawaban responden. Tabel tersebut digunakan untuk melihat skor dari setiap butir soal, kemudian skor tersebut dijumlahkan untuk mendapat skor total. Selanjutnya adalah menyusun distribusi frekuensi, tabel frekuensi diperoleh melalui tabulasi sederhana yang hasilnya dalam bentuk persentase.

Setelah itu, langkah selanjutnya adalah data akan diolah kembali menggunakan analisis data dalam Kriyantono (2008:167), yaitu menggunakan statistik deskriptif tendensi sentral dengan bentuk mean. Tendensi sentral merupakan cara yang bertujuan untuk mendapatkan ciri khas dari bilangan tersebut. Mean adalah nilai rata-rata atau nilai tengah dari total bilangan. Mean dapat diperoleh dalam rumus :

Keterangan :

M = Mean (rata-rata) = Jumlah unsur data


(6)

5. Skala Data

Skala data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert, skala likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2008:93).

Dalam penilitian disini digunakan untuk mengukur motif dan kepuasan yang diperoleh, jawaban dari instrument dengan skala likert memiliki skor sebagai berikut :

Sangat Setuju (SS) diberi skor 4 Setuju (S) diberi skor 3 Kurang Setuju (KS) diberi skor 2 Tidak Setuju (TS) diberi skor 1 Sangat tidak setuju (STS) diberi skor 0


Dokumen yang terkait

Persepsi Mahasiswa Terhadap Tayangan “Stand Up Comedy”(Studi Deskriptif Persepsi Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya USU Terhadap Tayangan “Stand Up Comedy” di Metro TV)

14 154 130

MAKNA MATERI KOMEDI PADA TAYANGAN STAND UP COMEDY SHOW METRO TV (Studi Resepsi Pada Komunitas Stand Up Comedy Indonesia Malang)

3 30 62

MOTIF MAHASISWA MENONTON TAYANGAN SHOWCASE DI KOMPAS TV ( Studi Pada Mahasiswa Ilmu Komunikasi Konsentrasi Audio Visual Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2008 )

0 8 15

MOTIF MAHASISWA MENONTON TAYANGAN RADIO SHOW DI TV ONE ( Studi Pada Mahasiswa Komunikasi Audio Visual Angkatan 2009 Universitas Muhammadiyah Malang )

0 19 57

MOTIF MAHASISWA MENONTON TAYANGAN STAND UP COMEDY INDONESIA (SUCI 3) DI KOMPAS TV ( Studi Pada Mahasiswa Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang )

3 47 64

Stand Up Comedy Kompas TV Tour di UMM

0 3 1

Retorika Dakwah Dzawin Nur Ikram Dalam Stand Up Comedy

5 57 93

Tayangan Stand Up Comedy Terhadap Persepsi Mahasiswa (Studi Deskriptif Kuantitatif Mengenai Tayangan Stand Up Comedy di Metro TV terhadap Persepsi Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara)

1 12 84

PENGARUH TAYANGAN “STAND UP COMEDY” TERHADAP WAWASAN MAHASISWA MENGENAI MASALAH SOSIAL Pengaruh Tayangan “Stand Up Comedy” Terhadap Wawasan Mahasiswa Mengenai Masalah Sosial (Studi Eksperimen Tentang Pengaruh Tayangan “Stand Up Comedy Show” Di Metro Tv

1 2 15

PENGARUH TAYANGAN “STAND UP COMEDY” TERHADAP WAWASAN MAHASISWA MENGENAI MASALAH SOSIAL Pengaruh Tayangan “Stand Up Comedy” Terhadap Wawasan Mahasiswa Mengenai Masalah Sosial (Studi Eksperimen Tentang Pengaruh Tayangan “Stand Up Comedy Show” Di Metro Tv

0 2 15