29
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
1. Berdasarkan analisa rendemen yang dilakukan semakin lama waktu
perendaman maka rendemen crude papain yang diperoleh semkain besar begitu pula dengan pengaruh tingkat kejenuhan ammonium sulfat, dari
analisa rendemen yang dilakukan diperoleh titik maksimum pada waktu perendaman 36 jam dan pada penambahan konsentrasi ammonium sulfat
90,00 menghasilkan rendemen sebesar 37,62. 2.
Berdasarkan aktivitas protease yang diperoleh semakin lama waktu perendaman maka aktivitas protease semakain besar, hal ini terlihat pada
waktu perendaman 36 jam menghasilkan aktivitas protease sebesar 132,98 unitml. Sedangkan pengaruh tingkat kejenuhan ammonium sulfat
terhadap aktivitas protease diperoleh titik maksimumnya pada penambahan konsentrasi ammonium sulfat 60,00.
3. Hasil analisa kadar air yang dilakukan diperoleh kondisi kandungan air
terendah pada perendaman 36 jam pada konsentrasi ammonium sulfat 90,00 yaitu sebesar 65,70 dan diperoleh berat keringnya sebesar 1,37
gram. 4.
Walaupun rendemen terbaik yang dihasilkan diperoleh pada konsentrasi 90,00 dan pada waktu perendaman 36 jam, namun aktivitas protease
maksimum yang diperoleh pada perendaman 36 jam dan pada konsentrasi 60,00
5. Panjang gelombang maksimum yang dihasilkan yaitu 274,80 nm digunakan
untuk membuat kurva larutan standar tirosin dengan standar range 270 –
280 nm.
5.2 SARAN
Setelah dilakukan penelitian ini maka telah diketahui pengaruh perendaman buffer fosfat dan konsentrasi NH
4 2
SO
4
terhadap rendemen, aktivitas protease, dan kadar air yang dihasilkan. Namun diperlukan beberapa penelitian
Universitas Sumatera Utara
30 lanjutan untuk mengetahui lebih lanjut. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan
penelitian lanjutan seperti: 1.
Perlu dilakukan proses pengeringan hasil ekstraksi yang diperoleh sampai menjadi tepung untuk mengurangi kadar air sesuai standart.
2. Walaupun sudah dilakukan pada tingkat kejenuhan 40-90 untuk
mengkonfirmasi maka perlu dilakukan analisis tingkat kejenuhan ammonium sulfat pada konsentrasi 10-30.
Universitas Sumatera Utara
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 TANAMAN PEPAYA Carica papaya, L.
Tanaman pepaya Carica papaya L. ini berasal dari kawasan sekitar Meksiko dan Costa Rica. Dewasa ini tanaman papaya telah menyebar keseluruh
dunia termasuk Indonesia [13]. Pada saat ini pepaya sudah tersebar luas di Jawa, mula-mula hanya tanaman hias dan tanaman pekarangan untuk memenuhi
kebutuhan sendiri, namun setelah diketahui menyimpan potensi yang cukup besar, barulah kemudian dikembangkan menjadi komersial [14].
Tanaman pepaya merupakan perdu tinggi kurang lebih 10 meter, tidak berkayu, silindris, berongga, putih, kotor. Daun tunggal, bulat, ujung runcing,
pangkal bertoreh, tepi bertoreh, tepi bergerigi, diameter 25-75 cm, pertulangan menjari, panjang tangkai 25-100 cm, hijau. Bunga tunggal, bertekuk bintang, di
ketiak daun, berkelamin satu atau berumah dua. Bunga jantan terletak pada tandan yang serupa malai, kelopak kecil, kapala sari bertangkai pendek atau duduk,
kuning, mahkota bentuk terompet, tepi bertajuk lima, bertabung panjang, putih kekuningan. Bunga betina berdiri sendiri, mahkota lepas, kepala putik lima,
duduk, bakal buah beruang satu, putih kekuningan. Biji bulat atau bulat panjang, kecil, bagian luar dibungkus selaput tipis yang berisi cairan, masih muda putih,
setelah tua hitam. Akarnya tunggang, bercabang bulat, putih kekuningan [15].
Gambar 2.1 Pepaya Menurut, Tjitrosoepomo 1996 [16] taksonomi tanaman pepaya adalah
sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
6 Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta Classis : Dicotyledonae
Ordo : Violales
Familia : Caricaceae Genus
: Carica Spesies : Carica papaya L.
2. 1.1 Daun Pepaya
Gambar 2.2 Daun Pepaya Daun pepaya merupakan salah satu komponen obat herbal yang telah
digunakan oleh nenek moyang kita sejak dahulu kala. Di era modern, dimana teknologi mampu mengurai sisi ilmiah, diketemukan fakta pembenar mengenai
daun pepaya. Para peneliti menemukan bahwa daun dengan rasa pahit ini mengandung sejumlah senyawa aktif yang sangat baik bagi tubuh. Daun
mengandung enzim papain, alkaloid carpaine, pseudokarpaina, glikosid, karposid, dan saponin, sakarosa, dekstrosa, levulosa. Alkaloid carpaine mempunyai efek
seperti digitalis. Dalam satu buah pepaya memiliki komposisi gizi yang sangat beragam. Komposisi daun pepaya per 100 gram dapat dijabarkan sebagai berikut.
Tabel 2.1 Komposisi daun pepaya per 100 gram [17].
Zat Gizi Daun Pepaya
Protein g 8,0
Lemak g 2,0
Karbohidrat g 11,9
Kalsium mg 353
Fosfor mg 63
Besi mg 0,8
Vitamin A SI 18,250
Universitas Sumatera Utara
7 Vitamin B1 mg
0,15 Vitamin C mg
140 Air g
75,4 Energi kkal
79 Selain enzim papain pepaya juga megandung alkaloid karpaina, pseudo
karpaina, glikosid, karposid, dan saponin [18]. Kompleksnya senyawa ini menjadikan khasiat daun pepaya juga ikut beragam. Untuk mendapatkan manfaat
tersebut, daun pepaya biasanya diolah. Baik itu dalam bentuk kuliner, teh, atau ekstrak daun pepaya. Khusus untuk ekstrak daun pepaya, banyak diistimewakan
sebab bisa digunakan dari dalam maupun luar dan tak hanya untuk kesehatan manusia saja tetapi untuk pertanian, perikanan dan lain-lain [19].
2.2 ENZIM