12
2.3.1 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Ekstraksi
2.3.1.1 Suhu Kelarutan bahan yang diekstraksi dan difusivitas biasanya akan meningkat
dengan meningkatnya suhu, sehingga diperoleh laju ekstraksi yang tinggi. Pada beberapa kasus, batas atas untuk suhu operasi ditentukan oleh beberapa faktor,
salah satunya adalah perlunya menghindari reaksi samping yang tidak diinginkan.
2.3.1.2 Ukuran Partikel Semakin kecil ukuran partikel, semakin besar luas bidang kontak antara
padatan dan solven, serta semakin pendek jalur difusinya, yang menjadikan laju transfer massa semakin tinggi [24].
2.3.1.3 Faktor Solven Solven harus memenuhi criteria sebagai berikut [25]:
Daya larut terhadap solute cukup besar
Dapat diregenerasi
Memiliki koefisien distribusi solute yang tinggi
Dapat memuat solute dalam jumlah yang besar
Sama sekali tidak melarutkan diluen atau hanya sedikit melarutkan diluen
Memiliki kecocokan dengan solute yang akan diekstraksi
Viskositas rendah
Antara solven dengan diluen harus mempunyai perbedaan densitas yang
cukup besar
Memiliki tegangan antarmuka yang cukup
Dapat mengurangi potensi terbentuknya fase ketiga
Tidak korosif
Tidak mudah terbakar
Tidak beracun
Tidak berbahaya bagi lingkungan
Murah dan mudah didapat
Universitas Sumatera Utara
13
2.3.2 Pelarut
Ekstraksi enzim dapat dilakukan dengan prinsip bahwa protein enzim dapat diendapkan dengan penambahan aseton, etanol, sodium sulfat atau
ammonium sulfat. Sifat ini digunakan sebagai prinsip dari isolasi enzim. Enzim ini dapat diekstrak dan kemudian proses pengendapannya dapat dilakukan dengan
penambahan garam NH
4 2
SO
4
ammonium sulfat [7]. Penambahan ammonium sulfat kering pada enzim cair untuk mengurangi
ketersediaan air sehingga mengendapkan protein. Dengan adanya pengadukan, ketersediaan air yang berinteraksi dengan protein berkurang sehingga protein
terpresipitasi salting out. Pada saat terjadi salting out, protein atau enzim mudah dipisahkan. Tujuan pemblenderan adalah memudahkan dalam pengekstraksian,
karena dengan adanya proses penghalusan bahan, maka luas permukaan bahan tersebut akan menjadi semakin luas, sehingga enzim yang terdapat dalam bahan
tersebut akan mudah bereaksi dengan buffer, sehingga enzim tidak akan mengalami inaktivasi [21].
Buffer dibutuhkan untuk melindungi enzim dari sejumlah besar asam yang dilepaskan dari vakuola pada sel yang terputus dan untuk menyesuaikan serta
memantapkan pH makanan dengan pH yang diinginkan. Daya ionisasi yang tinggi dibutuhkan untuk menyerap enzim dari dinding sel. Pada tanaman yang
mengandung sejumlah besar komponen phenol, poliethylene glycol atau polivinilpyrolidone mungkin bergabung menjadi ekstrak cairan untuk
perlindungan melawan enzim inaktif melalui reaksi dengan komponen phenol yang dilepaskan [22].
Larutan buffer pH 6,0 dan amonium sulfat kering sering ditambahkan untuk mempertahankan kondisi presipitat enzim pada pH tertentu agar selama
penyimpanan tidak mudah terdenaturasi oleh karena perubahan pH, dimana selama proses penyimpanan, pH cenderung tidak stabil dan dapat terjadi
perubahan suhu. Oleh karena itu penyimpanan dilakukan pada suhu rendah untuk mencegah proses inaktivasi enzim tersebut [21].
Universitas Sumatera Utara
14
2.3.4 Metode Ekstraksi Papain