45
BAB III PENGANGKUTAN LIMBAH B3 FLY ASH MELALUI LAUT
A. Pengertian Limbah B3 Fly Ash
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 tahun 2014 tentang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun.Limbah merupakan sisa
suatu usaha danatau kegiatan.Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disebut Limbah B3 adalah sisa suatu usaha danatau kegiatan yang
mengandung B3. Limbah B3 yang dimaksud didalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 101 tahun 2014adalah zat, energi, danatau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, danatau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan danatau merusak lingkungan hidup, danatau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup
lain.
42
42
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 tahun 2014 tentang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun, pasal 1.
Limbah b3 memiliki klasifikasi dimana limbah tersebut digolongkan dalam 3 golongan sesuai dengan karakteristik dari limbah b3 tersebut,
klasifikasi atu penggolongan limbah tersebut sebagai berikut : a. Limbah B3 kategori 1;
b. Limbah B3 kategori 2; atau
Universitas Sumatera Utara
c. Limbah nonB3. Karakteristik limbah B3 sebagaimana diatur didalam PP NO 101 Tahun 2014
merupakan limbah dengan karakteristik sebagai berikut: 1.
Mudah menyala; 2.
Mudah meledak; 3.
Reaktif; 4.
Infeksius; 5.
Korosif danatau; 6.
Beracun.
43
Limbah B3 fly ash merupakan limbah yang dihasilkan dari sisa pembakaran batu bara, dimana sisa dari pembakaran batu bara tersebut berupa abu. Sebelum
membahas limbah b3 fly ash penulis akan memberikan penjelasan terlebih dahulu mengenai proses pembakaran batu bara tersebut hingga akhirnya menghasilkan
limbah berupa abu. Batu bara sebagai sumber penghasil fly ash dikelompokkan menjadi empat,
yaitu : a.
Batu bara Lignitic b.
Batubara Sub-bitumminous c.
Batubara Bitumminous d.
Batubara Antrachite
44
43
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 tahun 2014 tentang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun, pasal 5.
Universitas Sumatera Utara
Untuk mengetahui lebih mendalam mengenai jenis-jenis batu bara tersebut, penulis akan membahasnya satu-persatu :
Ad.a Batu baraLignitic
Lignite adalah kategori terendah dari batu bara, mempunyai kemampuan
menghasilkan panas terendah dan kadar air tertinggi, sering disebut brown coal karena bersifat agak lunak dan berwarna coklat atau hitam, dan pada umumnya
digunakan untuk menghasilkan tenaga listrik.
Mempunyai kemampuan menghasilkan panas kurang dari 8300 British Thermal Units per pound batu bara, mempunyai kadar karbon antara 60 - 70 dalam abu
kering. British Thermal Units atau disingkat dengan BTU merupakan satuan energi digunakan di Amerika Serikat.Satu BTU didefinisikan sebagai jumlah panas yang
dibutuhkan untuk meningkatkan suhu.
Ad.b Batubara Sub-bitumminous
Sub-bituminous coal adalah kategori menegah intermediate di antara lignite
dan bituminous coal, mempunyai kemampuan membangkitkan panas, pembakaran dan kadar kelembaban sedang, digunakan untuk menghasilkan tenaga listrik.
44
Lauw tjunnji, “fly ash overview”, diakses dari http:lauwtjunnji.weebly.comfly-ash--overview.html, pada tanggal 16 april 2016 pukul 11.15
Universitas Sumatera Utara
Mempunyai kadar karbon 71 - 77 dalam abu kering dan kemampuan membangkitkan panas antara 8.300 - 13.000 British Thermal Units per pound batu
bara.
Ad.c Batubara Bitumminous
Bituminous coal adalah jenis batu bara yang paling umum, disebut juga batu bara hitam black coal, pada umumnya batu bara jenis ini mempunyai kemampuan
menghasilkan panas yang tinggi dan kelembaban yang rendah, dapat digunakan untuk menghasilkan tenaga listrik atau melebur biji besi.
Mempunyai kadar karbon antara 77 - 87 dalam abu kering, kemampuan membangkitkan panas di atas 13.000 British thermal Unit per pound batu bara.
Ad.d Batubara Antrachite
Anthracite coal adalah jenis batu bara yang mempunyai kadar karbon tertinggi
dan kadar air dan abu terendah dan bersifat lambat terbakar. Kadar karbon di atas 87 dalam abu kering dan kemampuan membangkitan panas tertinggi.
Dengan berbagai jenis batu bara, tentu limbah yang dihasilkan tidaklah sama
seperti misalnya, limbah fly ash kelas F disebut juga low-calcium fly ash, yang
bersifat pozolanicbahan yang mengandung senyawa silica , fly ash ini mengandung CaO lebih kecil dari 10 yang dihasilkan daripembakaran anthracite. Dan ada juga
Universitas Sumatera Utara
fly ash kelas C,Fly ash kelas C disebut juga high-calcium fly ash
Karena kandungan CaO yang cukup tinggi, Fly ash yang mengandung CaO di atas 10 yang dihasilkan daripembakaran lignite atau sub-bitumen batubara batubara
muda sub-bitumminous.
45
Fly ash yang diperoleh dari produksi pembakaran batubara, dengan corong gas dan menyebar ke atmosfer.Hal ini yang menimbulkan masalah lingkungan dan
kesehatan, karena fly ash hasil dari tempat pembakaran batubara dibuang sebagai timbunan.Fly ash ini terdapat dalam jumlah yang cukup besar, sehingga
Dengan mengetahui berbagai jenis batu bara dan limbah yang telah dihasilkan berupa fly ash, dan untuk itu penulis akan membahas lebih jelas mengenai apa itu fly
ash, guna menambah pengetahuan tentang batu bara dan limbah yang dihasilkan dari pembakaran batu bara tersebut.
Dari hasil sisa pembakaran batu bara,akan menghasilkan Fly ash yang umumnya terdiri dari partikel solid yang berbentuk bulat, dan sebagian adalah
partikel bulat berongga serta partikel bulat yang berisi partikel-partikel bulat lain yang lebih kecil.
45
Lauw tjunnji, “fly ash overview”, diakses dari http:lauwtjunnji.weebly.comfly-ash--overview.html, pada tanggal 16 april 2016 pukul 11.25.
Universitas Sumatera Utara
memerlukanpengelolaan agar tidak menimbulkan masalah lingkungan, seperti pencemaran udara, atau perairan, dan penurunan kualitas ekosistem.
46
B. Pengelolaan Limbah B3 Fly Ash