PEMBAHASAN METODE DAN PENGAMBILAN DATA

Tingkat pelayanan pagi hari = 0,34 siang hari = 0,84 malam hari = 0,6 Nilai tingkat pelayanan yang terjadi pada bukaan median dengan data dari metode rata- rata diperoleh bahwa tingkat pelayanan bukaan median ada pada taraf bad hingga very bad. Sedangkan nilai tingkat pelayanan bukaan median dengan data dari metode Siegloch diperoleh bahwa nilai tingkat pelayanan bukaan median ada pada taraf good hingga tolerable. Hal ini juga dipengaruhi nilai gap kritis dan follow-up yang berbeda. Namun hasil ini dapat menunjukkan bahwa aktifitas pada bukaan median memang besar, dimana berarti banyak kendaraan yang melakukan putaran balik. Dari hasil pengamatan hasil rekaman video di lokasi penelitian, dapat diamati bahwa tingkat pelayanan bukaan median sendiri masih dalam taraf tolerable terlepas dari pola pengendara yang patuh atau tidak patuh.

4.6. PEMBAHASAN METODE DAN PENGAMBILAN DATA

a. Proses pengambilan data Hasil perhitungan data yang signifikan dari kedua metode dalam menentukan nilai gap kritis dan waktu follow-up adalah sangat berbeda. Nilai gap kritis dan follow-up yang dihasilkan dengan metode rata-rata cenderung lebih besar. Ini dikarenakan dalam mencari data waktu gap diperoleh dengan mengamati kondisi arus lalu lintas ketika hanya ada satu kendaraan memutar yang memanfaatkan satu gap atau kondisi arus lalu lintas tidak jenuh. Dimana cenderung nilai gap yang tersedia lebih besar ketika kondisi arus putar balik sedang jenuh. Universitas Sumatera Utara kend.2 kend.1 Gambar 4.25. Ilustrasi pengambilan data gap Ilustrasi gambar di atas menggambarkan bagaimana proses pengambilan data waktu gap ketika kondisi arus lalu lintas tidak jenuh. Adapun prosesnya adalah sebagai berikut. Ketika bumper depan kendaraan 1 pada jalur mayor melewati area garis merah stopwatch ditekan untuk mulai menghitung waktu. Lalu kendaraan melakukan putaran. Kemudian bumper kendaraan 2 melewati area garis merah lalu stopwatch dihentikan. Itulah bagaimana nilai gap diperoleh dari arus tak jenuh. Sementara untuk memperoleh nilai follow-up dengan metode rata-rata diperoleh dengan ilustrasi berikut. kend. 2 kend. 1 Gambar 4.26. Ilustrasi pengambilan data follow-up Ketika kendaraan 1 melewati garis hijau kendaraan pada lingkaran biru dapat melakukan putaran hingga kendaraan 2 melewati garis hijau juga. Pada saat kendaraan memutar 1 melakukan putaran, bumper mobil akan melewati garis hijau saat itulah stopwatch dinyalakan. Kendaraan memutar kedua jika gap yang sama dengan kendaraan memutar 1 tersedia akan juga melakukan gerakan memutar mengikuti kendaraan memutar 1 dan ketika Universitas Sumatera Utara bumper depan kendaraan memutar 2 menyentuh garis hijau maka stopwatch dihentikan, waktu yang terekam pada stopwatch adalah waktu follow-up, dan begitu seterusnya. Waktu follow-up dihitung hanya jika kendaraan yang beruntun memanfaatkan gap yang sama. Kondisi yang diperhatikandiamati untuk mencari nilai follow-up kendaraan dengan metode rata-rata sebenarnya sama dengan kondisi arus jenuh untuk metode Siegloch. Namun hal yang dihitung dan diamati berbeda maka hasil yang didapat juga berbeda. Dalam metode rata-rata juga belum ditemukan bagaimana keterkaitan nilai gap kritis dan waktu follow-up dalam hal proses pengambilan datanya di lapangan. Keadaan lalu lintas pada saat arus tidak jenuh diamati untuk memperoleh nilai gap kritis sedangkan keadaan arus jenuhantrian diamati untuk memperoleh nilai waktu follow-up. Kondisi ini juga yang mungkin menyebabkan diperoeh hasil yang kurang valid dengan kejadian di lapangan. Contohnya nilai gap kritis yang lebih kecil dari nilai follow-up. Hal ini juga mempengaruhi nilai kapasitas bukaan median, dimana nilai kapasitas bukaan median pada pagi hari diperoleh memiliki nilai kapasitas paling kecil, sedangkan pada pagi hari kendaraan yang hendak memutar cenderung lebih mudah melakukan putaran dibandingkan pada siang dan malam hari berdasarkan pengamatan langsung dari hasil rekaman. Namun bukan berarti metode ini tidak dapat digunakan. Penelitian ini sendiri bukan memiliki tujuan untuk menentukan metode mana yang paling baik untuk mencari nilai gap kritis maupun waktu follow-up. Bagaimana keadaan di lapangan, banyaknya data yang dihasilkan, maupun faktor human error juga mempengaruhi hasil yang diperoleh dari sebuah metode. Kondisi di lapangan, khususnya kondisi lalu lintas di kota Medan yang awut-awutan menjadi salah satu penghalang untuk mendapatkan data yang valid. Untuk metode Siegloch, seperti yang dijelaskan diperoleh dengan mengamati kondisi antrian pada bukaan median. Sama dengan ketika mengamati follow-up, namun yang dihitung Universitas Sumatera Utara adalah waktu gap kendaraan yang memutar dan banyaknya kendaraan yang memutar dari antrian. kend 2 kend 1 Gambar 4.27. Ilustrasi pengambilan data gap Ketika kendaraan 1 melewati garis merah stopwatch dinyalakan, lalu hitung juga berapa kendaraan yang dapat memutar sampai kendaraan 2 melewati garis merah. Begitulah ilustrasi pengambilan data metode siegloch. b. Pelanggaran lalu lintas di lokasi Gambar 4.28. Pengemudi melanggar lalu lintas Universitas Sumatera Utara Gambar 4.29. Pengemudi melanggar lalu lintas Dua gambar di atas menunjukkan berbagai pelanggaran yang terjadi di lapangan yang dapat mempengaruhi data yang ada di lapangan. Contohnya keberadaan sepeda motor di bahu jalan pada jalur mayor yang dapat menyebabkan kendaraan yang akan memutar jadi memerlukan waktu yang lama untuk memutar padahal kendaraan 2 pada arus mayor yang menjadi penyedia gap sudah melewati garis yang di tandai seperti ilustrasi namun kendaraan yang memutar masih berusaha untuk melakukan putaran balik. Contoh pelanggaran kedua juga dimana kendaraan lain mencoba menggunakan bukaan median untuk menyeberang padahal bukaan median diperuntukkan bagi kendaraan yang akan memutar ke arah simpang pos bukan ke arah amplas. Ini juga mempengaruhi pengambilan data waktu gap. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.30. Kendaraan berdempet sejajar Gambar di atas menunjukkan kendaraan yang tidak sabar untuk mengantri untuk memutar lebih memilih untuk berdempet dengan kendaraan yang menunggu paling depan, sehingga ketika memanfaatkan gap yang tersedia nilai follow-up yang terjadi menjadi susah untuk diidentifikasi. c. Keberadaan kendaraan berat pada bukaan median Kondisi lain yang menajdi kesulitan dalam mengidentifikasi data adalah ketika kendaraan paling depan yang menunggu gap adalah kendaraan berat. Gambar 4.31. Kendaraan berat ikut memutar Universitas Sumatera Utara Ketika kendaraan berat ikut memutar nilai gap dan nilai follow-up menjadi tidak jelas. Tidak ada penjelasan yang pasti mengenai jenis kendaraan ketika melakukan putaran balik. Hal ini perlu diteliti lebih lanjut karena nilai gap yang dibutuhkan kendaraan berat lumayan besar. Banyak hal di lapangan yang membuat pengidentifikasian variabel data yang dicari menjadi bias dan tidak jelas sehingga kevalidan data berkurang. Apalagi hal yang diidentifikasi adalah waktu. Mengidentifikasi waktu memerlukan ketelitian yang tinggi sehingga faktor human error juga bisa menjadi faktor data yang diperoleh menjadi bias. Universitas Sumatera Utara BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, yang merupakan tujuan dari penelitian ini. Dalam bab ini juga berisi saran yang menjadi kekurangan yang dirasakan ketika melakukan penelitian sehingga untuk ke depannya dapat menjadi masukkan demi pengembangan penelitian dengan topik yang sama agar lebih sempurna lagi. 5.1. Kesimpulan Setelah dilakukan pengambilan data, pengolahan data, dan perhitungan data, diperoleh kesimpulan dari penelitian sebagai berikut. 1. Dalam menentukan nilai kapasitas bukaan median sebagai putaran balik bisa menggunakan teori gap acceptance 2. Variabel penting dalam teori gap acceptance untuk mencari nilai kapasitas bukaan median adalah nilai gap kritis dan nilai follow-up 3. Dari hasil pengolahan data diperoleh nilai gap kritis pada bukaan median sebesar 10,8806 detik di pagi hari, 8,368 detik di siang hari, dan 9,385 detik di malam hari dengan metode rata-rata 4. Volume kendaraan yang melakukan putaran balik pada bukaan median adalah sebesar 49 kend 30 menit, 77 kend30 menit, dan 48 kend30 menit 5. Sedangkan dengan metode siegloch nilai gap kritis diperoleh sebesar 7,525 detik di pagi hari, 7,2 detik di siang hari, dan 8,89 detik di malam hari 6. Untuk nilai follow-up pada bukaan median dengan metode rata-rata adalah 8,174 detik di pagi hari, 9,44 detik di siang hari, dan 8,866 detik di malam hari. Sedangkan Universitas Sumatera Utara dengan metode siegloch diperoleh nilai follow-up sebesar 2,05 detik di pagi hari, 2,8 detik di siang hari, dan 2,58 detik di malam hari 7. Nilai kapasitas yang diperoleh dengan data metode rata-rata adalah 32 smp30 menit di pagi hari, 70 smp30 menit di siang hari, dan 62 smp30 menit di malam hari. Sedangkan untuk data dengan metode siegloch diperoleh nilai kapasitas sebesar 143 smp30 menit, 92 smp30 menit, dan 80 smp30 menit 8. Nilai derajat kejenuhan bukaan median dengan data metode rata-rata adalah 1,52 untuk pagi, 1,09 untuk siang, dan 0,78 untuk malam. Dan untuk data dengan metode siegloch adalah sebesar 0,34 untuk pagi, 0,84 untuk siang dan 0,60 untuk malam. 9. Nilai tingkat pelayanan berdasarkan nilai derajat kejenuhan dengan metode rata-rata diperoleh ada pada tingkat bad hingga very bad, sedangkan dengan metode siegloch diperoleh nilai tingkat pelayanan good hingga tolerable. 5.2. Saran Dari proses penelitian yang sudah dilakukan ditemukan beberapa hal yang menjadi kekurangan dan dirasa perlu untuk kemajuan penelitian serupa. Maka dihasilkan saran-saran bagi berbagai pihak yang berkaitan. Adapun saran-sarannya adalah sebagai berikut. 1. Untuk data yang lebih valid durasi waktu penelitian dapat ditambahkan dan mungkin jumlah hari survei dapat ditambahkan terutama pada hari kerja 2. Penelitian mungkin dapat dilakukan di lebih dari satu bukaan median untuk melihat apakah teori gap acceptance bisa juga digunakan untuk jenis bukaan median lainnya 3. Untuk mencari nilai gap kritis dan follow-up bisa menggunakan metode yang lain supaya ada perbandingan antar metode 4. Untuk pengidentifikasian data gap dan follow-up lewat rekaman video dapat dilakukan lebih dari satu orang untuk membandingkan hasil yang lebih pasti Universitas Sumatera Utara 5. Untuk mencari nilai kapasitas dapat dilakukan dengan metode yang lain selain metode siegloch 6. Selain nilai derajat kejenuhan, nilai tundaan juga dapat ditambahkan untuk melihat nilai tingkat pelayanan bukaan median Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. PENDAHULUAN