20
2.8 Rekomendasi Hemat Energi
Setelah melakukan survei dan menganalisa data penggunaan energi maka hal selanjutnya yang harus dilakukan adalah membuat suatu rekomendasi hemat
energi. Rekomendasi ini merupakan usulan-usulan yang dapat dilakukan perusahaan atau pemilik gedung untuk memperbaiki efisiensi penggunaan energi
di bangunan gedung tersebut. Secara umum, rekomendasi dapat berupa: a.
Rekomendasi untuk mengganti sistem, karena sistem yang lama dianggap sudah tidak efisien.
b. Rekomendasi untuk perbaikan sistem, karena sistem dianggap kurang
efisien, sehingga perlu untuk melakukan sedikit perubahan agar efisiensinya dapat ditingkatkan.
c. Rekomendasi untuk memasang peralatan baru.
Berdasarkan EMO Energy Management Opportunity, rekomendasi dapat dibagi menjadi tiga kategori berdasarkan capital cost-nya, yaitu [11]:
a. Kategori 1: meliputi no cost investment dan tidak mengubah operasional sistem. Biasanya hanya berupa rekomendasi untuk mematikan lampu atau AC ketika
tidak digunakan, mengubah setting-an suhu AC agar tidak terlalu rendah, dll. b. Kategori 2: meliputi low cost investment dengan sedikit perubahan atau
perbaikan pada sistem. Misalnya memasang timer untuk mematikan peralatan, mengganti lampu T8 fluorescent tube dengan T5 fluorescent tube.
c. Kategori 3: meliputi high cost investment dengan beberapa perubahan dan perbaikan pada sistem. Misalnya memasang peralatan power factor correction,
memasang variable speed drive.
2.9 Instalasi Penerangan
Dalam merencanakan instalasi penerangan, harus dilakukan kalkulasi untuk menghitung atau memperkirakan berapa banyak lampu yang dibutuhkan
agar tingkat penerangan rata-rata dapat tercapai. Disamping itu, juga dilakukan pengaturan tata letak lampu supaya diperoleh tingkat penerangan yang memadai.
Untuk melakukan kalkulasi tentang berapa banyak jumlah lampu yang dipakai
pada sebuah ruangan. [12]
Universitas Sumatera Utara
21 jumlah armaturelampu yang dibutuhkan pada setiap ruangan, yaitu :
2.21
Dimana : 2.22
Konsumsi daya total pada sebuah ruangan diberikan oleh : 2.23
N = Jumlah lampu
E = Tingkat penerangan yang diperlukan Lux = lumenm
2
Fluks = Jumlah lumen perunit lampu lumen A
= Luas total ruangan m
2
P = Daya Lampu
B = Koefisien utilisasi efisiensi ruangan
Z = Jumlah lampu armature
2.10 Tingkat Pencahayaan
Didalam suatu ruangan untuk keperluan apa saja, perencanaan merupakan suatu hal yang tidak boleh dikesampingkan begitu saja. Pada dasarnya setiap
pekerjaan mempunyai tingkat penerangan lighting level sendiri-sendiri. Dengan tingkat penerangan ini diharapkan pekerjaan yang dilakukan didalam ruangan
tersebut dapat dilaksanakan dengan baik dan nyaman. Apabila dalam ruangan tersebut mempunyai tingkat penerangan yang tidak cukup, akan mengakibatkan
mata merasakan cepat lelah untuk melakukan suatu pekerjaan. Sehingga batasan tingkat penerangan untuk setiap macam pekerjaan yang dilakukan merupakan
batas atau nilai minimum yang dianjurkan.[13]
Universitas Sumatera Utara
22 Dalam pedoman pencahayaan ini kita coba memahami sedikit mengenai
sistem satuan, agar tidak mengalami kesulitan dalam hal pengukuran pencahayaan dilapangan serta batasan luas bidang kerja yang diukur. Untuk menghitung
keperluan penerangan dirumah sakit, pencahayaan yang baik harus
memperhatikan hal-hal berikut: a.
Keselamatan pasien dan tenaga medisparamedis b.
Peningkatan kecermatan c.
Kesehatan yang lebih baik d.
Suasana yang lebih nyaman Standar ini membuat ketentuan pedoman pencahayaan pada bangunan
gedung untuk memperoleh sistem pencahayaan dengan pengoperasian yng optimal sehingga penggunaan energi dapat efisien tanpa harus mengurangi atau
mengubah fungsi bangunan. Kategori pencahayaan pada masing-masing ruangan tersebut diberi kode A, B, C, D, E, F, G, H, dan I. Hubungan kode kategori
pencahayaan dengan besarnya lux adalah sebagai berikut: Tabel 2.5 Intensitas kategori pencahayaan
Kategori Pencahayaan
LUX Minimum
Diharapkan Maksimal
A B
C D
E F
G H
I 20
50 100
200 500
1.000 2.000
5.000
10.000 30
75 150
300 700
1.500 3.000
7.500
15.000 50
100 200
500
1.000 2.000
5.000
10.000 20.000
Berikut Beberapa standard penerangan ruangan pada rumah sakit
berdasarkan Departemen Kesehatan R.I Direktorat Jendral Pelayanan Medik. Tabel 2.6 Standar lux di berbagai ruangan pada Rumah Sakit
Universitas Sumatera Utara
23 No
Nama Ruangan Bidang Kerja
Kategori Pencahayaan
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 1.
2 3
4. 5
6 7
8 9
10 11
12 13
14 15
16 17
18 19
Administrasi Direktur
Wakil Direktur RapatSidang
Serba Guna Ruang Tunggu
Perpustakaan Informasi
Toilet Dapur
Gedung ATK Kepala Bidang
Rawat JalanPoliklinik Entrance Hall
Administrasi Koridor
Tangga X-ray
Konsultasi Oral Medicine
Injeksi Examinasi
Pain Clinic Instalasi
E.E.G Neuro-Uptha
EmologyEmergency Ambulance Intrance
Laboratorium Koridor Medik
Koridor Bedah Kamar Operasi
Gudang film Locker
Plaster Membaca, menulis dan pertemuan
s.d.a s.d.a
s.d.a Penerima tamupengunjung
Membaca dan menulis,mengetik dan pengarsipas
Membaca dan menulis Pencucian
Pendistribusian makananminum Penyimpanan bahan dan alat
Membaca, menulis dan pertemuan Penerimaan pasien
Membaca, menulis, mengetik dan pengarsifan
Jalan Penghubung J. Penghubung naik dan turun
Pemeriksaan Pasien Pemeriksaan,
Membaca dan
Menulis Pengobatan Pasien
s.d.a s.d.a
s.d.a s.d.a
s.d.a s.d.a
Penyimpanan Peralatan Penerimaan pasien
Pengamatan laboratorium Pemindahan pasien
Pemindahan pasien Pembedahan pasien
C D
D D
C D
C C
C B
D
C D
B B
B D
E E
E E
E E
E B
E E
C E
E
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Energi listrik dewasan ini sudah menjadi kebutuhan utama dalam kehidupan. Disamping untuk penerangan, banyak peralatan sudah menggunakan
energi listrik untuk pengoperasiaannya. Pemakaian energi listrik yang berlebihan berarti suatu pemborosan. Energi bisa diibaratkan dengan uang, makin banyak
energi yang digunakan, maka makin banyak uang yang dikeluarkan. Untuk menanggulangi masalah tersebut dilakukan efisiensi energi. Salah
satu metode yang sekarang dipakai untuk mengefisienkan pemakaian energi listrik adalah konservasi energi. konservasi energi adalah upaya sistematis, terencana,
dan terpadu guna melestarikan dan meninggkatkan efisiensi penggunaannya. Konservasi energi berarti menggunakan energi secara efisien dengan tidak
menurunkan fungsi energi itu sendiri secara teknis namun memiliki tingkat ekonomi yang serendah-rendahnya, dapat diterima oleh masyarakat serta tidak
pula mengganggu lingkungan. Sehingga dengan konservasi energi maka energi listrik semakin efisien
melalui langkah-langkah penurunan berbagai kehilangan loss energi listrik pada semua taraf pengolahan, mulai dari pembangkitan, pengiriman transmisi, sampai
dengan pemanfaatannya. Dalam prosesnya konservasi energi tahap awalnya adalah audit energi, yaitu suatu metode untuk menghitung tingkat konsumsi
energi suatu gedung atau bangunan, yang mana hasilnya nanti akan dibandingkan dengan standar penggunaan energi. Dan apabila melebihi standarnya, maka kita
dapat mencari solusi untuk melakukan penghematan. Berdasarkan Inpres No. 10 Tahun 2005 tentang penghematan energi,
maka perlu dilakukan manajemen energi agar penggunaan energi terutama energi listrik menjadi lebih efisien. Konservasi ini akan dilakukan pada rumah sakit
universitas sumatera utara, sebab biaya pemakaian energi listriknya cukup besar. Manajemen energi dilaksanakan melalui beberapa tahapan, langkah awal yang
harus dilakukan adalah dengan melaksanakan tinjauan pemakaian energi listrik untuk mengetahui profil penggunaan energi dan peluang penghematan energi
Universitas Sumatera Utara