Tarif Listrik Intensitas Konsumsi Energi Listrik

10 2. Efisiensi energi Pengurangan pemakaian energi pada saat penggunaan. Beberapa hal yang sangat mempengaruhi kesuksesan dari program manajemen energi, yaitu [7]: 1. Komitmen menyeluruh dari seluruh bagian dalam organisasi tersebut, mulai manajer senior sampai ke bawahan. 2. Sistem pelaporan yang efektif dimana dapat dipertanggungjawabkan pada manajer dalam penggunaan energi. 3. Perhatian dari staf dan program pelatihan. Program manajemen energi ini merupakan sebuah proses yang berkelanjutan. Program ini akan lebih efektif jika dilaksanakan secara rutin, dan ditinjau ulang bila diperlukan. Di Indonesia, pelaksanaan manajemen energi diatur dalam Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia No. 14 Tahun 2012 Tentang Manajemen Energi. Pada Pasal 4 dalam peraturan ini dikatakan bahwa Pengguna sumber energi dan pengguna energi yang menggunakan sumber energi danatau energi kurang dari 6000 setara ton minyak per tahun agar melaksanakan manajemen energi danatau penghematan energi. Sedangkan pelaksanaan penghematan energi diatur secara terpisah dalam Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia No. 13 Tahun 2012 Tentang Penghematan Pemakaian Tenaga Listrik

2.4 Tarif Listrik

Tarif listrik merupakan besar nilai yang dikenakan kepada konsumen yang menggunakan energi listrik yang bersumber dari Perusahaan Listrik Negara PLN. Berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 09 Tahun 2014, tarif tenaga listrik ditetapkan berdasarkan golongan tarif. Tarif tenaga listrik dibedakan atas beberapa golongan, sebagai berikut : 1. Tarif tenaga listrik untuk keperluan Pelayanan Sosial 2. Tarif tenaga listrik untuk keperluan Rumah Tangga 3. Tarif tenaga listrik untuk keperluan Bisnis 4. Tarif tenaga listrik untuk keperluan industri Universitas Sumatera Utara 11 5. Tarif tenaga listrik untuk keperluan kantor pemerintah dan penerangan jalan umum 6. Tarif tenaga listrik untuk keperluan traksi pada tegangan menengah, dengan daya diatas 200 KVA TTM diperuntukkan bagi Perusahaan Perseroan Persero PT Kereta Api Indonesia[8]. Biaya listrik yang dibayarkan konsumen terdiri atas dua komponen, yaitu 1. Biaya Awal Untuk mendapatkan suplai listrik oleh pihak penyedia listrik pertama kali, maka konsumen harus membayar biaya awal. Biaya awal terdiri atas biaya penyambungan dan biaya jaminan listrik. 2. Biaya Perbulan pemakaian Biaya perbulan merupakan biaya yang dibayarkan oleh konsumen setiap bulan, biaya ini terdiri atas [9]: a. Biaya beban Abonemen b. Biaya pemakaian kWh c. Biaya kelebihan pemakaian kVarh d. Biaya Pemakaian trafo jika ada e. Biaya lain-lain yang terdiri dari :  Biaya pajak penerangan jalan  Biaya materai  Biaya pajak pertambahan nilai

2.5 Konsep Energi Listrik

2.5.1 Energi listrik

Energi listrik merupakan suatu bentuk energi yang berasal dari sumber arus. Energi listrik dapat diubah menjadi bentuk lain, misalnya:[14]  Energi listrik menjadi energi kalorpanas, contoh seterika, solder, dan kompor listrik.  Energi listrik menjadi energi cahaya, contoh: lampu.  Energi listrik menjadi energi mekanik, contoh: motor listrik. Universitas Sumatera Utara 12  Energi listrik menjadi energi kimia, contoh: peristiwa pengisian accu, peristiwa penyepuhan peristiwa melapisi logam dengan logam lain. Jika arus listrik mengalir pada suatu penghantar yang berhambatan R, maka sumber arus akan mengeluarkan energi pada penghantar yang bergantung pada:  Beda potensial pada ujung-ujung penghantarv.  Kuat arus yang mengalir pada penghantari.  Waktu atau lamanya arus mengalir t. Berdasarkan pernyataan diatas, dan karena harga , maka persamaan energi listrik dapat dirumuskan dalam bentuk: 2.1 2.2 Dan karena , maka persamaan energi listrik dapat pula dirumuskan dengan, 2.3 2.4 Keuntungan menggunakan energi listrik: a. Mudah diubah menjadi bentuk lain. b. Mudah ditransmisikan. c. Tidak banyak menimbulkan polusipencemaran lingkungan. Energi listrik yang dilepaskan itu tidak hilang begitu saja, melainkan berubah menjadi panas kalor pada penghantar.. Besar energi listrik yang berubah menjadi panas kalor dapat dirumuskan:[14] 2.5 2.6 2.7 Jika V, i, R, dan t masing-masing dalam volt, ampere, ohm, dan detik, maka panas kalor dinyatakan dalam kalori. Konstanta 0,24 didapat dari Universitas Sumatera Utara 13 percobaan joule, di dalam percobaan Joule menggunakan rangkaian alat yang terdiri atas kalorimeter yang berisi air serta penghantar yang berarus listrik. Jika dalam percobaan arus listrik dialirkan pada penghantar dalam waktu t detik, ternyata kalor yang terjadi karena arus listrik berbanding lurus beda potensial, kuat arus yang mengalir dan waktu arus mengalir ke beban.

2.5.2 Daya Listrik

Daya listrik adalah banyaknya energi tiap satuan waktu dimana pekerjaan sedang berlangsung atau kerja yang dilakukan persatuan waktu. Dari definisi ini, maka daya listrik P dapat dirumuskan:[14] 2.8 2.9 2.10 2.11 a. Satuan daya listrik: jouledetik b. Kilowatt kW: 1 kW = 1000 W Dari satuan daya muncullah satuan energi lain yaitu: Jika daya dinyatakan dalam kilowatt kW dan waktu dalam jam, maka satuan energi adalah kilowatt jam atau kilowatt-hour kWh. 2.12 Dalam satuan internasional SI, satuan daya adalah watt W atau setara Joule per detik Jsec. Daya listrik juga diekspresikan dalam watt W atau kilowatt kW. Konservasi antara satuan HP dan watt, dinyatakan dengan formula sebagai berikut: 1 HP = 746 W = 0,746 kW 2.13 Sedangkan menurut standar amerika US standard, daya dinyatakan dengan Horse Power HP atau ft lb sec. Universitas Sumatera Utara 14

2.5.3 Faktor Daya

PLN memberikan biaya tambahan bagi kalangan industri berupa beban daya reaktif bila peralatan listriknya berfaktor daya rendah. Faktor daya yang rendah terjadi karena daya reaktif yang tinggi. Contoh peralatan yang dapat menimbulkan daya reaktif adalah peralatan yang menggunakan transformator dan kumparan.[14] Faktor daya nilainya berkisar antara 0 hingga 1. PLN menetapkan faktor daya harus lebih besar dari 0,85 bagi pelanggan industri agar tidak dibebani biaya tambahan. Namun, PLN tidak membebankan biaya tersebut kepada pelanggan rumah tangga. Listrik bolak-balik AC memiliki dua buah komponen daya, yaitu daya aktif P dan daya reaktif Q. Daya aktif adalah daya yang dikonsumsi oleh bermacam-macam peralatan listrik. Daya aktif akrab dikenal dengan dengan satuan watt. Sedangkan daya reaktif muncul ketika arus listrik menggerakkan suatu peralatan listrik, daya ini tidak memberi dampak apapun terhadap kerja suatu peralatan. Biasanya, daya reaktif adalah daya yang membuat peralatan atau mesin menjadi panas. Artinya, daya reaktif ini terbuang sia-sia. Dimana : Gambar 2.1 Segitiga Daya Rumus mencari daya aktif, reaktif dan daya semu adalah: S = V x I VA 2.14 P = V x I x Cos φ W 2.15 Q = V x I x Sin φ VAR 2.16 Universitas Sumatera Utara 15 Keterangan: S = daya semu VA P = daya aktif W Q = daya reaktif Var V = Tegangan Volt I = Arus Ampere Faktor daya sering disebut cos phi cos . phi adalah sudut antara daya aktif P dengan daya nyata S. Jika perbandingan antara daya aktif P dengan daya nyata S lebih kecil daripada 0,85 maka PLN akan mengenakan denda. Semakin rendah faktor daya kurang dari tetapan cos , maka semakin besar biaya yang dibebankan kepada konsumen. Daya aktif yang dikonsumsi pelanggan dicatat dengan kWh meter, sementara itu, untuk mengukur daya reaktif pelanggan industri menggunakan kVARh meter.

2.5.4 Kerugian bila faktor daya rendah

Industri yang memiliki faktor daya rendah menyebabkan PLN harus memasok daya yang lebih besar dari pada beban yang seharusnya. PLN akan merugi karena untuk membangkitkan daya lebih besar daripada beban yang seharusnya. PLN akan akan merugi karena untuk membangkitkan daya lebih besar mengakibatkan harga beli listrik dari pembangkit lebih mahal. Dengan kata lain, bila faktor daya bernilai besar mendekati 1, maka PLN hanya perlu memasok daya sesuai kebutuhan beban yang seharusnya. Harga beli listrik dari pembangkit pun akan stabil. Di pihak pelanggan industri, faktor daya yang rendah membuat daya tersambung mereka menjadi lebih besar. Dengan demikian, biaya tambahan listrik akan dibebankan kepada mereka sebagai komponensasi atas kerugian yang dialami PLN.[14] Universitas Sumatera Utara 16

2.5.5 Meningkatkan faktor daya

Daya reaktif Q dapat terjadi karena induktansi atau kapasitansi. Induktansi diakibatkan oleh komponen berbentuk kumparan misalnya motor listrikatau transformator step down pada adaptor. Sedangkan kapasitansi diakibatkan oleh komponen kapasitor. Jika beban bersifat induktif maka perlu ditambahkan kapasitor, dan jika bersifat kapasitif maka perlu ditambahkan induktor agar daya reaktif Q mendekati nol. Bila daya reaktif mendekati nol artinya besar faktor daya mendekati 1, sebab selalu ada daya yang berubah menjadi panas. Dengan demikian, kunci untuk meningkatkan faktor daya adalah menambahkan kapasitor pada beban yang bersifat induktif atau menambahkan induktor pada beban yang bersifat kapasitif. Sebagian besar beban pada industri bersifat induktir, karena terdapat motor induksi dan transformator. Oleh karena itu, industri umumnya memasang bank kapasitor atau capacitor bank guna mengeliminasi daya reaktif Q.[14] Besarnya kemampuan kapasitansi yang dimiliki capacitor bank harus disesuaikan untuk beban induksi. Ukurlah secara tepat daya reaktif semula dan daya reaktif target. Kapasitas kapasitor yang berlebihan justru membuat beban yang semula bersifat induktif menjadi kapasitif. Artinya, daya reaktif tetap tidak mendekati nol. Meningkatkan faktor daya bukanlah berarti mengefisienkan energi. Meningkatkan factor daya hanyalah memastikan daya tersambung sesuai dengan beban yang dibutuhkan. Maka, bila di luaran sana terdapat alat yang dikatakan mampu menghemat biaya listrik sebab menghindari munculnya biaya beban tambahan.

2.6 Intensitas Konsumsi Energi Listrik

sebagai Intensitas konsumsi energi listrik menggambarkan banyaknya energi listrik yang dikonsumsi per satuan luas bangunan dalam rentang waktu tertentu. IKE dapat dirumuskan berikut: IKE = 2.17 Universitas Sumatera Utara 17 Dari nilai IKE inilah nantinya ditentukan tingkat efisiensi penggunaan energi listrik berdasarkan standar yang digunakan. Konsumsi energi spesifik per luas lantai menggunakan AC dan atau tidak menggunakan AC adalah sebagai berikut:[10] a. Jika presentasi perbandingan luas lantai yang menggunakan ac terhadap luas lantai total gedung kurang dari 10, maka gedung tersebut termasuk gedung yang tidak menggunakan AC dan konsumsi energi perluas lantai adalah : 2.18 b. Jika presentasi perbandingan luas lantai yang menggunakan ac terhadap luas lantai total gedung lebih dari 90, maka gedung tersebut termasuk gedung yang menggunakan AC dan konsumsi energi perluas lantai adalah: 2.19 c. Jika presentasi perbandingan luas lantai yang menggunakan ac terhadap luas lantai total gedung lebih dari 10 sampai dengan 90, maka gedung tersebut termasuk gedung yang menggunakan AC dan gedung tanpa AC dan konsumsi energi perluas lantai adalah: 2.20 Universitas Sumatera Utara 18 Standar IKE dari suatu bangunan gedung diperlihatkan pada tabel 2.5 dibawah ini: Tabel 2.4 Standar IKE Kriteria Ruangan Dengan Ruangan Non AC KWhm2 AC KWhm2 sangat Efisien 4,17 - 7,92 0,84 - 1,67 Efisien 7,92 - 12,08 1,67 - 2,50 Cukup Efisien 12,08 - 14,58 - Cenderung Tidak Efisien 14,58 - 19,17 - Tidak Efisien 19,17 - 23,75 2,50 - 3,34 Sangat Tidak Efisien 23,75 - 37,50 3,34 - 4,17 Sumber: Pedoman Pelaksanaan Konservasi Energi dan Pengawasannya di Lingkungan Depdiknas 2002 Listrik merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan besarnya pemakaian energi dalam bangunan gedung dan telah diterapkan di berbagai negara ASEAN, APEC, dinyatakan dalam satuan kWHm2 per tahun. Sebagai “target”, besarnya IKE listrik untuk indonesia, menggunakan hasil penelitian yang dilakukan oleh ASEANUSAID pada tahun 1987 yang laporannya baru dikeluarkan pada tahun 1992 dengan rincian sebagai berikut : a. IKE untuk perkantoran komersial: 240 kWHm2 per tahun. b. IKE untuk pusat belanja: 330 kWHm2 per tahun. c. IKE untuk hotel apartemen: 300 kWHm2 per tahun. d. IKE untuk rumah sakit: 380 kWHm2 per tahun. Tidak menutup kemungkinan nilai IKE tersebut berubah sesuai dengan kesadaran masyarakat terhadap penggunaan energi, seperti mahalnya Singapura yang telah menetapkan IKE listrik untuk perkantoran sebesar 210 kWHm2 per tahun. Dalam menghitung besarnya IKE listrik pada bangunan gedung, ada beberapa istilah yang digunakan, antara lain : a. IKE listrik per satuan luas kotor gedung. Luas kotor = luas total gedung yang dikondisikan ber AC + luas total gedung yang tidak dikondisikan tanpa AC. b. IKE listrik persatuan luas total gedung yang dikondisikan netto Universitas Sumatera Utara 19 c. IKE persatuan luas ruang dari gedung yang disewakan net product Sebagai pedoman, telah ditetapkan nilai standar IKE untuk bangunan di Indonesia yang telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia tahun 2004.

2.7 Peluang Hemat Energi