Pembahasan PROSES AKLIMATISASI PADA KULTUR JARINGAN ANGGREK DI LABORATORIUM KULTUR JARINGAN UNIT WONOCATUR, BANGUNTAPAN, BANTUL, YOGYAKARTA

commit to user 24 f. Anggrek dipindahkan ke pot tunggal apabila tanaman anggrek sudah layak dipindahkan yaitu dengan ciri tanaman anggrek tersebut sudah lengkap dan sudah mempunyai kekuatan tumbuh yang lebih kuat.

C. Pembahasan

Aklimatisasi merupakan kegiatan memindahkan planlet dari dalam botol ke dalam pot untuk selanjutnya dipelihara didalam screen house agar suhu, udara dan kelembabannya dapat diatur dan terkontrol dengan baik. Apabila habitatnya sesuai, anggrek dapat tumbuh subur, sehat dan daunnya hijau segar. Menurut Yusnita 2003 aklimatisasi berarti melatih tanaman yang sebelumnya ditumbuhkan didalam botol kultur dengan suplay media yang lengkap untuk dapat hidup secara mandiri dan berfotosintesis pada kondisi eksternal. Adapun hal yang perlu diperhatikan dalam aklimatisasi adalah: a. Pencucian planlet harus diusahakan sampai bersih karena media invitro mengandung gula yang dapat menarik mikrobia. b. Diperlukan screen house untuk melindungi tanaman mini. c. Kelembaban yang kurang dalam pertumbuhan planlet akan menyebabkan kelayuan yang pada akhirnya akan mati. d. Perlu penyiraman secara berkala untuk pengaturan temperatur. Aklimatisasi yang dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Wonocatur terdiri dari beberapa tahap. Tahap pertama pengeluaran planlet anggrek dari botol, tahap kedua pencucian planlet, tahap ketiga budidaya dalam pot pengompotan pada tahap ini anggrek dibudidayakan secara berkelompok dalam satu pot diperkirakan anggrek belum mampu untuk mandiri. Tahap keempat adalah budidaya dalam pot tunggal single pot. Dan tahap terakhir adalah pemeliharaan anggrek dewasa . Tahap terakhir ini merupakan tahap yang paling berat, sebab apabila faktor-faktor lingkungan tidak terpenuhi secara optimum, tanaman anggrek tersebut tidak bisa berkembang dan tumbuh sehat. commit to user 25 Tahap pertama yang dilakukan pada saat aklimatisasi di laboratorium kultur jaringan adalah pengeluaran planlet anggrek dalam botol. Planlet dalam botol yang telah siap biasanya umur 6-10 bulan. Sebelum planlet dikeluarkan dari dalam botol, botol diisi terlebih dahulu dengan sedikit air untuk melunakkan media agar. Planlet dikeluarkan dengan menggunakan pinset panjang secara pelan-pelan dan hati-hati agar akarnya tidak terputus. Pada tahap kedua pencucian planlet anggrek disiapkan terlebih dahulu bak berjumlah 3 buah, bak pertama diisi dengan air dan fungisida yaitu Dhitane M-45 dengan takaran 1 sendok, sedangkan 2 bak lainnya diisi dengan air bersih yang digunakan untuk membilas. Ini bertujuan untuk menghilangkan dan mematikan cendawan dan bakteri yang menempel pada planlet terutama yang telah berjamur. Planlet dibersihkan dan di sikat dengan menggunakan sikat yang halus secara pelan-pelan dan hati-hati, sehingga media agar yang menempel pada agar dapat terlepas. Apabila sisa-sisa media agar kultur jaringan masih menempel pada akar dapat menimbulkan terjadinya pertumbuhan mikroorganisme patogen dalam tempat tanam selama periode awal dari kondisi non steril dalam screen house. Kemudian membilasnya dengan menggunakan air bersih 2 kali. Setelah bersih, tidak ada sisa agar yang menempel pada akar, planlet tersebut diletakkan pada keranjang plastik dan mengelompokkannya berdasarkan jenisnya. Di Laboratorium Kultur Jaringan Wonocatur media tanam yang digunakan adalah media tanam organik yaitu pakis, arang kayu dan sabut kelapa. Karakteristik dari masing-masing media tanam tersebut adalah: 1. Pakis Karakteristik yang menjadi keunggulan media pakis lebih dikarenakan sifat-sifatnya yang mudah mengikat air, memiliki aerasi dan drainase yang baik, serta bertekstur lunak sehingga mudah ditembus oleh akar tanaman. Bahan medium ini mampu menyediakan unsur-unsur hara yang diperlukan. Bahan media tumbuh tersebut melapuk secara perlahan- lahan, sehingga unsur hara dapat sedikit demi sedikit diserap dengan baik commit to user 26 oleh tanaman anggrek. Kelemahan dari media jenis ini adalah struktur remah lapuk, sehingga perlu sering diganti. 2. Sabut kelapa Sabut kelapa merupakan bagian dalam dari kulit kelapa, sabut kelapa yang digunakan sebaiknya berasal dari buah kelapa yang sudah tua dengan serat-serat yang kuat Hendaryono, 1996 : 25. Cara penggunaannya yaitu: sabut kelapa dipotong-potong sesuai dengan ukuran pot, kemudian diurai- uraikan agar tidak terlalu padat. Kelemahan media sabut ini adalah cepat lapuk, karena daya serap dan daya simpan air cukup tinggi. Proses pelapukan yang cepat ini menyebabkan terakumulasinya asam-asam organik dalam jumlah banyak, sehingga lingkungan media menjadi asam dan mudah ditumbuhi jamur. Untuk mengatasi tumbuhnya jamur, sabut kelapa perlu direndam terlebih dahulu di dalam larutan fungisida. Jika dibandingkan dengan media lain, pemberian fungisida pada media sabut kelapa harus lebih sering dilakukan karena sifatnya yang cepat lapuk sehingga mudah ditumbuhi jamur. Oleh karena itu penggunaan media ini tidak cocok digunakan didaerah yang berhawa dingin atau mempunyai frekuensi curah hujan tinggi. Kelebihan sabut kelapa sebagai media tanam lebih dikarenakan karakteristiknya yang mampu mengikat dan menyimpan air dengan kuat, sesuai untuk daerah panas, dan mengandung unsur-unsur hara esensial, seperti kalsium Ca, magnesium Mg, kalium K, natrium N, dan fosfor P. 3. Pecahan arang Pecahan arang cukup baik untuk dijadikan medium tumbuh bagi tanaman anggrek, karena mampu menyimpan air dan mempunyai sirkulasi udara yang baik. Disamping itu pecahan arang tidak mudah melapuk dan tidak cepat ditumbuhi cendawan serta bakteri. Kelemahan media jenis ini adalah miskin akan unsur hara dan sukar mengikat air sehingga menyebabakan pertumbuhan tanaman anggrek menjadi kurang baik. commit to user 27 Media pakis, arang dan sabut kelapa yang digunakan direndam terlebih dahulu selama 1 malam dengan larutan fungisida, tujuan dari perendaman dalam fungisida yaitu untuk mencegah pertumbuhan jamur. Selain media, pada penyiapan media ini juga diperlukan pot sebagai wadah media tanam tanaman anggrek. Pot yang digunakan di Laboratorium Kultur jaringan Wonocatur adalah pot yang terbuat dari tanah liat. Pot yang terbuat dari tanah liat berukuran 10 – 15 cm dan memiliki pori-pori dinding, poro-pori dinding tersebut berfungsi untuk memperlancar aerasi. Pada tahap selanjutnya yaitu penanaman, penanaman dilakukan secara berkelompok dalam pot yang terbuat dari tanah liat yang berlubang pada bagian dasar pot. Tanaman anggrek membutuhkan aerasi yang tinggi karena akarnya tidak boleh tergenang air, oleh sebab itu media yang digunakan untuk budidaya tanaman anggrek tidak menggunakan media tanah. Pada tahap penanaman bibit anggrek juga dilakukan secara berkelompok berdasarkan jenisnya. Bibit anggrek ditanam pada pot berisi media tanam yang berupa pecahan arang, pakis dan sabut kelapa dengan perbandingan 1 : 2 : 1. Karena penanamannya secara berkelompok maka dalam satu pot berisi 10 bibit anggrek. Pada penanaman ini menanamnya tidak perlu ditekan , tetapi cukup di pegang dan ditanamkan secara ringan saja. Akar yang agak panjang diusahakan dapat masuk kedalam media dan dilakukan secara pelan-pelan, apabila terdapat akar yang patah akan mendatangkan jamur ataupun benih penyakit. Pot komuniti yang berisi bibit anggrek diletakkan dan ditata pada rak-rak kayu yang terdapat di screen house. Tahap selanjutnya yang dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Wonocatur yaitu pemindahan dari pengompotan ke single pot atau pot individu. Setelah bibit anggrek pada pot komuniti ini sudah cukup besar dan akarnya cukup panjang dan kuat, sekitar umur 3 bulan bibit anggrek dipindahkan ke pot individu. Dari pot komuniti, bibit anggrek diambil satu persatu kemudian dipindahkan ke dalam pot individu satu persatu pula. Pemeliharaan dan perawatan bibit anggrek sangat perlu dilakukan agar tetap hidup. Pemeliharaan pada tahap aklimatisasi yang dilakukan di screen commit to user 28 house Laboratorium Kultur Jaringan Wonocatur meliputi penyiraman, pemupukan dan pengendalian hama. Tanaman anggrek yang sedang aktif tumbuh, membutuhkan lebih banyak air dibandingkan dengan yang sudah berbunga. Penyiraman dilakukan setiap hari sekali yaitu pada pagi hari untuk menjaga kelembaban. Kelembaban udara maupun media pada tanaman anggrek tidak boleh terlalu tinggi, karena akan mudah terserang cendawan, akar mudah busuk. Selain itu kelembaban tinggi juga menyebabkan bakteri menyebar keseluruh bagian akar tanaman dalam waktu cepat. Akibatnya, akar tidak berfungsi sebagai penyerap unsur hara, sehingga tanaman mengalami defisiensi unsur hara yang dapat mengakibatkan kematian tanaman. Faktor penting yang harus diperhatikan dalam kegiatan penyiraman adalah kondisi air dan cara penyiraman. Air harus bebas dari pencemaran dan kaporit serta cara penyiraman yang dilakukan dengan cara spreyer. Seperti tumbuhan lainnya, anggrek selalu membutuhkan makanan untuk mempertahankan hidupnya. Setelah tanaman anggrek tumbuh akar baru, dilakukan pemupukan setiap seminggu sekali dengan pupuk vitablom dengan takaran 12 sendok untuk 1 lt air, cara pengaplikasiannya dengan menyemprotkan larutan pupuk dengan sprayer. Tujuan dilakukan pemupukan adalah untuk memberi tambahan unsur hara bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pertumbuhan pada tanaman anggrek tidak akan optimal bila mengandalkan tersedianya unsur hara dalam media. Pada tanaman anggrek yang masih muda memerlukan nitrogen yang lebih banyak daripada fosfor dan kalium, sedangkan pada anggrek siap berbunga memerlukan unsur P lebih banyak. Senyawa nitrogen diperlukan untuk pertumbuhan akar, batang dan daunnya. Pemberantasan hama dan penyakit pada tanaman anggrek di Laboratorium Kultur Jaringan Wonocatur dilakukan seminggu sekali. Hama yang menyerang anggrek dapat menyebabkan kerusakan tanaman. Bila jumlah tanaman yang diserang sedikit, dapat diatasi secara mekanik yaitu dengan cara diambil dan dimatikan. Hama yang biasa menyerang tanaman anggrek di Laboratorium Kultur Jaringan yaitu semut, belalang dan bekicot. commit to user 29 Semut sering kali bersarang dan bertelur dalam pot atau dibawah pot, semut- semut ini dapat merusak akar tanaman. Selain akar, semut juga merusak tunas-tunas muda tanaman. Hama belalang juga suka makan pucuk-pucuk daun, daya merusaknya cukup besar karena dapat berpindah dari satu tanaman ke tanaman lain dengan mudah, Kedua hama tersebut diberantas menggunakan insektisida. Sedangkan hama bekicot merusak seluruh bagian tanaman dengan memakan daun dan bagian tanaman lain. Selain itu juga makan tanaman yang telah mati. Cara pengendaliannya biasanya menggambili bekicot – bekicot yang ada disekitar tanaman dan memusnahkannya. Sedangkan penyakit yang sering menyerang tanaman anggrek antara lain disebabkan oleh jamur, penyakit yang disebabkan oleh jamur bisa kita lihat pada daunnya. Pada daun sebelah bawah akan kelihatan noda-noda warna kuning dan spora daunnya kelihatan sebagai bintik-bintik warna coklat kehitam-hitaman. Sedangkan penyakit yang disebabkan oleh bakteri sering kali terlihat dalam bentuk top-rot busuk tunas, root-top busuk akar, atau leaf-rot busuk daun. Sedangkan penyakit yang disebabkan oleh virus gejala serangannya tampak pada daun dalam bentuk titik-titik klorotik daerah yang kehilangan hijau daun. virus berkembang sangat cepat didalam jaringan tanaman dan pengendaliannya lebih sulit daripada penyebab penyakit lainnya. Bagi tanaman yang terserang virus, sampai saat ini belum ada pengobatannya, hanya dianjurkan membakar tanaman yang terserang. Untuk memberantas serangan jamur digunakan fungisida yaitu Dithane, untuk Dithane cara pengaplikasiannya disemprot 1 kali seminggu dengan konsentrasi 2 grl. sedangkan serangan penyakit yang disebabkan oleh bakteri menggunakan Agrep yaitu dengan konsentrasi 1 grl. Apabila serangan hama dan penyakit tersebut tidak diberantas, secara fisiologis akan memberikan dampak negatif. Dampak negatif tersebut dapat berupa penghambatan proses metabolisme sel, berkurangnya cadangan makanan, dapat menghambat pembungaan dan dapat mengakibatkan kematian tanaman anggrek. Pada proses aklimatisasi di BPPTPH Wonocatur dilakukan secara teratur dan sistematis. Pada kondisi lingkungan tumbuh. BPPTPH commit to user 30 menyiapkan screen house dengaan suhu 25,92 o C hal ini mempengaruhi pertumbuhan anggrek yang membutuhkan kelembaban namun tidak banyak air selain itu tanaman anggrek termasuk golongan tanaman naungan cahaya tidak penuh. Tanaman anggrek membutuhkan pemeliharaan khusus agar dapat tumbuh prima dan rajin berbunga. Tanaman membutuhkan cahaya matahari untuk mengadakan fotosintesis yaitu bereaksi untuk membentuk zat pati yang berguna bagi kepentingan pertumbuhan, mengganti sel-sel yang rusak regenerasi sel, cadangan makanan, dan sebagian lagi disimpan dalam bentuk ATP Adenosin trifosfat sebagai sumber tenaga. Tanaman anggrek memerlukan cahaya matahari 15 - 30 supaya pertumbuhan tanaman anggrek dapat optimal. Tanaman yang kekurangan cahaya matahari daunnya terlihat pucat tidak hijau segar sedangkan tanaman yang terlalu banyak cahaya matahari mengakibatkan penguapan terlalu tinggi sehingga tanaman menjadi layu bahkan mati. Tanaman anggrek membutuhkan keadaan lingkungan yang lembab tetapi tidak menghendaki kelembaban tinggi karena akan mudah terserang cendawan. Kelembaban udara yang dikehendaki oleh tanaman anggrek berkisar antara 65 - 70. Kelembaban udara maupun media yang terlalu tinggi akan menyebabkan penyakit busuk akar, busuk daun, dan busuk tunas dengan gejala yang dapat dilihat adalah tanaman terlihat kekurangan air, daun-daunnya kelihatan tidak segar dan keriput, serta pertumbuhan anggrek terhambat. Ada beberapa permasalahan yang dihadapi pada tahap aklimatisasi tanaman anggrek yang dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Wonocatur ini. Permasalahan-permasalahan tersebut antara lain: a. Planlet yang akan diaklimatisasi masih terlalu kecil Planlet yang dikeluarkan dari Laboratorium dan akan diaklimatisasi masih terlalu kecil dikarenakan adanya penumpukan planlet didalam ruang inkubasi Laboratorium Kultur Jaringan Wonocatur. Ruang inkubasi adalah ruang yang digunakan untuk meletakkan dan menumbuhkan planlet dalam botol. Penumpukan ini dapat terjadi karena kekurangan Sumber Daya Manusia untuk melakukan subkultur sehingga commit to user 31 planlet yang seharusnya sudah diakarkan baru dilakukan sub kultur. Hal ini mengakibatkan planlet terlalu lama didalam ruang inkubasi sehingga harus dikeluarkan dan diaklimatisasi meskipun masih terlalu kecil. b. Pemberian kode tidak lengkap dan teratur Kode yang diberikan pada tanaman anggrek berfungsi untuk memberikan informasi yang jelas mengenai tanamana anggrek tersebut baik itu jenis, warna bunga ataupun hasil persilangan dari jenis apa. Pemberian kode pada tanaman anggrek di Laboratorium Kultur Jaringan Wonocatur masih terlalu umum, kurang spesifik dan tidak dicatat dalam sebuah buku yang khusus untuk mencatat kode-kode yang diberikan pada tanaman anggrek. Hal tersebut akan mempersulit dalam pengelompokkan maupun bagi para peminatkonsumen tanaman anggrek untuk memilih anggrek mana yang akan dipilih dan dibeli karna tidak jelas informasi yang diberikan. Saat ini permintaan bibit anggrek hasil perbanyakan dengan kultur jaringan di Laboratorium Kultur Jaringan cukup besar, baik dalam kota maupun luar kota. Strategi yang dilakukan Laboratorium Kultur jaringan dalam memasarkan bibit anggrek yaitu: 1. Dijual secara langsung kepada konsumen. 2. Melalui penjual tanaman buah ataupun tanaman hias. Pada umumnya harga di tingkat produsen yaitu Laboratorium Kultur Jaringan Wonocatur lebih rendah dari harga di tingkat pedagang. Dengan demikian terkadang produsen mengalami kerugian pada saat produksi karena tingginya biaya produksi yang tidak diimbangi dengan penerimaan. Hal-hal yang menyebabkan minimnya penerimaan yang didapat diantaranya adalah banyaknya tanaman yang mati akibat serangan hama dan penyakit pada saat aklimatisasi, selain itu produksi bibit anggrek di Laboratorium Kultur Jaringan Wonocatur ini sebagai alat pengabdian pemerintah Provinsi DIY kepada masyarakat untuk meningkatkan perekonomian, sehingga produsen tidak berorientasi penuh terhadap keuntungan yang diperoleh. commit to user 32

D. Analisis usaha tani pembibitan tanaman anggrek di Laboratorium Kultur Jaringan Wonocatur