Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Mei 2016 komposisi campuran beton dengan penggunaan fly
ash sebagai pengganti sebagian semen pada
campuran HVFA-SCC. Kadar fly ash yang di gunakan pada penelitian ini yaitu 50 , 55 , 60 ,
65 dan 70 . Pengujian beton segar dilakukan dengan 5 lima metode pengujian yaitu: j-ring flow
table test, l-box test,
dan v -funnel test. Pengujian beton keras dilakukan terhadap kuat tekan silinder
beton pada umur 7 hari, 28 hari, 56 hari serta 90 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan fly
ash pada pengujian J-ring slump flow dan T50
paling optimum yaitu dengan kadar fly ash 60 memiliki sifat fillingability yang paling baik. Seperti
halnya pada pengujian J-ring, pada pengujian L-box dengan kadar fly ash 60 juga di peroleh hasil yang
paling optimum. Sedangkan pada pengujian V funnel, campuran beton dengan kadar fly ash 65 memiliki
waktu alir yang paling singkat, dikarenakan pada campuran ini memiliki viskositas yang moderat.
Pada penelitian ini semakin besar kadar fly ash akan
membuat nilai sifat segar maupun kuat tekannya menjadi semakin besar ataupun semakin kecil.
C. LANDASAN TEORI
1. Definisi
Self Compacting Concrete
Self Compacting Concrete SCC merupakan
campuran beton yang dapat mengalir dan memadat dengan sendirinya tanpa menggunakan bantuan alat
vibrator untuk memperoleh konsolidasi yang baik. Metode Self Compacting Concrete SCC ini
merupakan suatu hasil riset di Jepang pada awal tahun 1980an dengan menghasilkan suatu prototype yang
cukup sukses pada tahun 1988 Okamura dan Ouchi 2003.
Beton dapat dikategorikan Self Compacting Concrete SCC
apabila beton tersebut memiliki sifat- sifat tertentu. Diantaranya memiliki slump yang
menunjukkan campuran atau pasta beton yang memiliki kuat geser dan lentur yang rendah sehingga dapat
masuk dan mengalir dalam celah ruang dalam formwork dan tidak diizinkan memiliki segregasi
akibat nilai slump yang tinggi.
2. Sifat Self Compacting Concrete SCC
Kriteria workability dari campuran beton yang baik pada Self Compacting Concrete SCC adalah mampu
memenuhi kriteria berikut EFNARC 2002. 1
Fillingability, kemampuan campuran beton untuk mengisi ruangan.
2 Passingability, kemampuan campuran beton
untuk melewati struktur ruangan yang rapat. 3
Segregation resistance, ketahanan campuran beton segar terhadap efek segregasi.
3. Material Self Compacting Concrete SCC
Sama halnya dengan beton konvensional, jika komposisi
agregat kasar
pada beton
konvensional menempati 70-75 dari total volume beton, sedangkan dalam SCC agregat
kasar dibatasi jumlahnya sekitar kurang lebih 50 dari total volume beton sesuai pada Gambar 1.
Pembatasan agregat ini bertujuan agar beton bisa mengalir dan memadat sendiri tanpa alat
pemadat Okamura dan Ouchi 2003.
Gambar 1. Bahan Campuran Beton SCC Okamura dan Ouchi 2003
Gambar 2. Perbandingan Bahan Campuran Pada SCC dan Beton Konvensional Okamura dan Ouchi 2003
1 Agregat
Agregat kasar yang digunakan dalam Self Compacting Concrete
yaitu ukuran maksimum 10 - 20 mm. Penggunaan agregat kasar lebih
sedikit, yaitu dibatasi jumlahnya maksimal 50 dari total volume beton supaya bisa mengalir
dan memadat sendiri tanpa alat pemadat. Selain itu
pembatasan fraksi
agregat kasar
dimaksudkan untuk meningkatkan ketahanan terhadap
segregasi. Sedangkan
ukuran maksimum agregat kasar 20 mm dengan
pertimbangan kemampuan mengalir beton segar. Sedangkan pengaruh agregat halus pada
sifat segar Self Compacting Concrete secara signifikan lebih besar dari agregat kasar.
Partikel ukuran pecahan kurang dari 0,125 mm harus mencakup konten pasta dan juga harus
diperhitungkan dalam menghitung rasio bubuk air. Tingginya volume pasta di campuran Self
Compacting Concrete
membantu mengurangi gesekan internal antara partikel pasir tapi
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Mei 2016 distribusi ukuran butir yang baik masih sangat
penting. 2
Semen Pada umumnya jenis semen yang digunakan
untuk campuran dari Self Compacting Concrete sama dengan jenis semen yang digunakan untuk
beton konvensional yaitu semen portland. bereaksi dengan air menjadi pasta semen, yang
merekatkan butir-butir agregat agar menjadi suatu massa yang padat, selain itu berfungsi
mengisi rongga-rongga di antara butir agregat.
3 Air
Penggunaan air pada Self Compacting Concrete
SCC lebih banak dibanding beton konvensional yaitu dengan FAS berkisar antara
0,28 – 0,50 atau dibatasi sebesar ± 200 literm3.
Pengurangan penggunaan air ini bertujuan untuk mencegah terjadinya segregasi. Untuk campuran
beton, maka air yang digunakan harus bersih, tidak boleh mengandung lumpur, garam, tidak
mengandung Klorida, dan tidak mengandung senyawa sulfat.
4 Abu ampas tebu
Abu ampas tebu merupakan pembakaran dari limbah ampas tebu. Abu ampas tebu tersebut
mengandung unsur - unsur kimia SiO
2
, Al2O
3
, dan Fe
2
O
3
yang cukup tinggi sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pozolan yang baik untuk
menggantikan sebagian semen portland dan meningkatkan kuat tekan beton serta waktu ikat
awal beton yang dicampur dengan abu ampas tebu cukup tinggi. Beda halnya dengan fly ash
maupun pozolan lainnya abu ampas tebu memiliki bentuk partikel yang cukup halus,
bersudut, dan menyerupai kristal Komposisi kimia abu ampas tebu dapat dilihat dari Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi kimia abu ampas tebu R.Srinivasan, 2010
5
Superplasticizer viscocrete-1003 Viiscocrete-1003 merupakan
bahan tambah kimia chemical admixture yang berfungsi
untuk mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan
konsistensi tertentu. Bilamana ditambahkan pada beton, superplasticizer mempunyai
pengaruh dalam meningkatkan workabilitas beton sampai pada tingkat yang cukup besar
dan juga dapat menigkatkan kekuatan beton karena penggunaan air yang sedikit. Pada
dasarnya superplasticizer digunakan untuk
menghasilkan beton “mengalir” tanpa terjadinya pemisahan yang tak diinginkan, dan
umumnya terjadi pada beton dengan jumlah air yang besar. Superplasticizer dapat mereduksi
air sampai 40 dari campuran awal. Penggunanaan viscocrete-1003 untuk Self
Compacting Concrete
di batasi yaitu 0,6-1,6 dari berat semen.
4. Metode pengujian Self Compacting Concrete
SCC
a J-ring test
J-ring test merupakan pengujian yang digunakan untuk mengetahui hubungannya
dengan tes slump untuk menilai kemampuan mengalirnya Self Compacting Concrete melalui
celah-celah di hambatan, misalnya kemampuan mengisi dan kemampuan berlalunya SCC.
Slump flow spread S adalah harga rata-rata dari d1 dan d2, seperti yang terlihat pada perhitungan
di bawah. S dalam mm hasil perhitungan S dibulatkan menjadi 5 mm-an. Pengujian slump
flow spread dapat dihitung dengan persamaan 3.1sebagai berikut.
S
=
d1+ d2 2
………………..…………... 1 dimana
S = kemerosotan aliran dalam mm d1 =diameter terbesar dari aliran menyebar
mm d2 = aliran menyebar di 90
ke D1, dalam millimeter. Waktu t500 yang terdekat.
b V-funnel test Merupakan pengujian yang dilakukan untuk
waktu yang diperlukan SCC agar dapat melewati celah yang sempit dan menentukan fillingability
dari SCC yang dapat diketahui dari adanya blocking atau segregasi yang terjadi.
c L-Box Test
L-Box test digunakan untuk mengetahui nilai
blocking ratio yaitu nilai yang didapat dari
Component MASS
SiO
2
78,34 Al
2
8,55 Fe
2
O 3,61
CaO 2,15
Na
2
O 0,12
K
2
O 3,46
MNO 0,13
TiO
2
0,50 BaO
0,16 P
2
O
2
1,07 LOSS OF IGNITION
0,42