Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Mei 2016 perbandingan antara H2 H1. Semakin besar nilai
blocking ratio, semakin baik beton segar mengalir. Passing ratio, PL atau blocking ratio,
BL dihitung berdasarkan persamaan dan dinyatakan tanpa satuan dengan ketelitian 0,01
dua angka desimal.
PL =
H2 H1
…………….………………..……2 dimana
PL = rasio kemampuan passing yang diukur dengan tes L kotak;
H1 = kedalaman beton di bagian vertical dari kotak, dalam milimeter;
5. Kuat Tekan
Pengujian kuat tekan beton menggunakan benda uji berbentuk silinder dengan ukuran
diameter 15 cm x tinggi 30 cm. Dengan begitu untuk A luas penampang dapat diketahui yaitu ¼
x π x 15
2
cm = 178.72 cm
2
. Besarnya P peak Force
dapat diketahui dengan pembacaan jarum yang ditunjukkan oleh mesin kuat tekan dalam
pergerakan grafik pada angka tertinggi pada pengujian kuat tekan sebelum sampel berbentuk
silinder retakpecah, pada kuat maksimal beton. Hasil uji kuat tekan beton mutu tinggi dapat
dihitung dengan menggunakan Rumus sebagai berikut.
� � ���� =
� �
�� �
2
⁄ ...........................3
D. METODE PENELITIAN
1. Studi Literatur
Langkah pertama yang dilakukan untuk menunjang kelancaran dalam penelitian tugas
akhir ini adalah dengan melakukan studi literatur. Sumber acuan yang dijadikan referensi dalam
studi literatur ini diambil dari jurnal, peraturan, buku, hasil penelitian sebelumnya, dan informasi
dari internet. Setelah itu ada beberapa tahap yang digunakan
untuk mempermudah
dalam pelaksanaan membuat Self Compacting Concrete
SCC.
2. Tahapan Penelitian
Penelitian dilaksanakan terbagi atas lima tahap, seperti tercantum dalam bentuk bagan alir pada
Gambar 4.15. Adapun tahap penelitian tersebut dijelaskan. seperti uraian berikut ini :
a
Tahap I : Persiapan alat dan penyediaan bahan
Tahap ini merupakan tahap persiapan penelitian di laboratorium yang meliputi
persiapan alat diantaranya yaitu menyiapkan cetakan silinder ukuran diameter 15 cm tinggi
30 cm yang terbuat besi dan penyediaan bahan susun beton semen, pasir, batu pecah, bahan
tambah filler abu ampas tebu di Laboratorium Bahan dan Struktur, Jurusan Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
b Tahap II : Pemeriksaan bahan dasar
Sebelum digunakan
dalam pembuatan
campuran, maka pada tahap ini dilakukan pengujian terhadap bahan dasar beton berupa
pasir dan batu pecah. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan zat organik dalam pasir,
pemeriksaan kadar lumpur pada pasir dan batu pecah, pemeriksaan specific gravity dan
absorption
pasir dan batu pecah, pemeriksaan SSD
pasir, pengujian gradasi batu pecah, pemeriksaan berat satuan volume, dan
pemeriksaan kadar keausan batu pecah. Sedangkan untuk semen dan air yang dipakai,
dilakukan uji visual. Setelah bahanbahan dasar beton memenuhi persyaratan yang sudah
ditentukan, maka dilakukan pemeriksaan terhadap rasio pasir - agregat total.
c Tahap III : Penyediaan benda uji
Tahap ini merupakan tahap perencanaan campuran beton, pembuatan benda uji dan.
Perbandingan jumlah
proporsi bahan
campuran beton ditentukandihitung dengan menggunakan Metode perancangan beton mix
design menggunakan Indian Standar IS-
10262-1982 yaitu M15 Self Compacting Concrete
dan European Federation for Specialist
Construction Chemicals
and Concrete system
EFNARC tentang pengujian beton segar.
d Tahap IV : Pemeriksaan beton kondisi segar
Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan beton pada kondisi segar fresh properties untuk
mengetahui sifat passing ability dan filling abilty dengan pengujian J-Ring, L-Box dan V-
Funnel
. Selanjutnya apabila dari pengujian tsersebut
memenuhi persyaratan
self compacting concrete
yang ditetapkan oleh EFNARC,2002 maka dilanjutkan pembuatan
adukan beton sesuai dengan proporsi bahan yang telah ditentukan dan perawatan beton.
Benda uji dibuat dengan cetakan silinder beton. Setelah dilepas dari cetakan, benda uji silinder
tersebut direndam dalam bak perendaman yang berisi air selama 28 hari.
e Tahap V : Pengambilan data
Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan pengujian kuat tekan beton benda uji silinder
pada umur 28 hari. Prosedur pengujian kuat tekan dan kuat tarik mengacu pada standard
ASTM C 39 – 86
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Mei 2016
E. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil pemeriksaan bahan
Tabel 2. Hasil pengujian agregat halus Pasir kasir Progo
No Jenis Pengujian Agregat
Hasil 1
Gradasi daerah No. 2
2 Modulus halus butir
2,64 3
Berat jenis 2,59
4 Kadar air
4,57 5
Penyerapan air 0,27
6 Berat satuan grcm
3
1,31 7
Kadar lumpur 4,532
Tabel 3. Hasil pengujian agregat kasar kerikil Clereng, Kulon Progo
No Jenis Pengujian Agregat
Hasil 1
Kadar air 0,549
2 Penyerapan air
1,43 3
Berat satuan grcm
3
1,55 4
Keausan 21,36
5 Kadar lumpur
1,75 6
Berat jenis 2,63
2. Mix design Self Compacting Concrete
Mix design menggunakan Indian Standar IS-
10262-1982 yaitu M30 Self Compacting Concrete dan
European Federation
for Specialist
Construction Chemicals and Concrete system EFNARC tentang pengujian beton segar.
Tabel 4. Ketentuan Mix Design
1 Data Material
Keterangan
a. Agregat Halus pasir
Kali Progo, Kulon Progo
b. Agregat Kasar Krikil
Kali Clereng, Kulon Progo
c. Abu Ampas Tebu
P.G. Madukismo d.
Jenis Semen Holcim
2 Data Specific Gravity
a. Berat jenis SSD Agregat Halus
2,59 b. Berat jenis SSD Agregat
Kasar 2,63
c. Berat jenis SSD AAT 1,8981
d. Berat jenis SSD Semen
3.15 3
Ketentuan Mix Desain a. Kuat tekan beton pada
umur 28 hari 20 Nmm
b. Ukuran masimum Agregat kasar
20 mm
II Semen
AAT Agregat halus
Agregat kasar Air
Persiapan bahan Pengujian material
Mulai
Uji bahan : Berat
Jenis Uji bahan :
- kadar kumpur - kadar organik
- specific gravity - gradasi
- kadar air Uji bahan :
- abrasi - specific gravity
- gradasi - kadar air
Mix Design SCC
Kadar AAT 5, 10 , 15
Pengujian L-Box Pengujian V-Funnel
Pengujian J-ring Pengujian Beton Kondisi Segar
Pengadukan SCC Pengadukan
AAT : Semen 0 : 100
Pengadukan AAT : Semen
5 : 95 Pengadukan
AAT : Semen 10 : 90
Pengadukan AAT : Semen
15 : 85
Pembuatan Benda Uji Perawatan Benda Uji
Pengujian Kuat Tekan Analisis data dan kesimpulan