Pendekatan Struktural LANDASAN TEORI

commit to user

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pendekatan Struktural

Pendekatan struktural juga dinamakan pendekatan obyektif, pendekatan formal atau pendekatan analitik, bertolak dari asumsi bahwa karya sastra sebagai karya kreatif memiliki otonomi penuh yang harus dilihat sebagai suatu sosok yang berdiri sendiri terlepas dari hal-hal yang berada diluar dirinya. Jika diteliti aspek yang membangun karya tersebut seperti tema, alur, latar, penokohan, amanat, gaya penulisan, gaya bahasa, serta hubungan harmonis antar aspek yang mampu membuatnya menjadi sebuah karya sastra Atar Semi,1993: 67. Analisis struktural bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, dan sedetail mungkin serta sedalam mungkin keterkaitan dengan keterjalinan semua analisis dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh Teeuw, 1984: 135. Dalam analisis itu karya sastra diuraikan unsur-unsur pembentuknya, sehingga makna keseluruhan akan dapat dipahami Hawkes dalam Rachmat Djoko Pradopo, 1995: 108. Berdasarkan keterangan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pendekatan struktural merupakan suatu pendekatan yang memandang karya sastra sebagai suatu struktur yang terdiri atas beberapa unsur pembangun yang saling berkaitan satu dengan lainnya yang membentuk satu makna yang utuh. Jadi struktur karya sastra menekankan pada lima unsur pembangun karya sastra yang bersifat intrinsik meliputi : 7 commit to user 8 1. Tema Tema merupakan ide pokok sebuah cerita dan merupakan hal yang terpenting dalam cerita sebagaimana tujuan yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca lewat karyanya. Tema pada suatu karya sastra dapat ditentukan dengan beberapa langkah. Untuk menentukan tema dalam sebuah karya sastra ada tiga macam yang bisa ditempuh yakni : Melihat persoalan yang paling menonjol, secara kualitatif persoalan mana yang paling banyak menimbulkan konflik-konflik yang melahirkan peristiwa-peristiwa, menghitung waktu perceritaan, memahami karya sastra tersebut secara keseluruhan Mursal Esten, 1984: 88. Tema menurut pandangan penulis berhubungan dengan pengalaman kehidupan manusia. Pengarang memilih dan mengangkat berbagai permasalahan kehidupan itu menjadi gagasan dasar ke dalam karya fiksi sesuai dengan pengamatan interaksinya dengan lingkungan. Gagasan dasar ini dijadikan pengarang dalam mengembangkan isi cerita. Pengarang melalui karyanya berusaha mengungkapkan dimensi kehidupan berdasarkan pemikiran dan imajinasinya sendiri. Kandungan isi cerita pasti akan mengikuti gagasan dasar cerita sehingga berbagai peristiwa konflik dan pemilihan berbagai unsur-unsur intrinsik yang lain seperti alur, latar, penokohan dan amanat pasti akan mencerminkan gagasan dasar tersebut. 2. Alur Alur atau plot merupakan rangkaian peristiwa yang saling berhubungan berdasarkan sebab akibat Forster dalam Sangidu, 2004: 135. Peristiwa-peristiwa commit to user 9 dalam suatu cerita tidak hanya berupa tindakan-tindakan fisik tetapi juga yang bersifat nonfisik. Tindakan fisik misalnya: ucapan, gerak-gerik. Sedangkan tindakan nonfisik, misalnya: sikap, kepribadian, dan cara berpikir. Alur suatu cerita sangat erat hubungannya dengan unsur-unsur yang lain seperti perwatakan, setting, suasana lingkungan begitu juga dengan waktu. Tahapan alur dibagi menjadi lima bagian Mochtar Lubis dalam Sugihastuti, 2002 : 37. Kelima tahapan itu adalah sebagai berikut : a. Tahap Situation: tahap penyituasian, tahap yang terutama berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita. b. Tahap Generating Circumtances: tahap pemunculan konflik, masalah-masalah dan peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya konflik dimunculkan. c. Tahap Rising Action: tahap, peningkatan konflik, konflik yang dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang dan dikembangkan kadar intensitasnya. d. Tahap Climax: tahap klimaks, konflik dan atau pertentangan- pertentangan yang terjadi, yang diakui dan atau ditimpakan kepada para tokoh cerita mencapai titik intensitas puncak. Klimaks sebuah cerita akan dialami oleh tokoh utama yang berperan sebagai pelaku utama dan penderita terjadinya konflik utama. e. Tahap Denoument: tahap penyelesaian, konflik yang telah mencapai klimaks diberi penyelesaian, ketegangan, dikendorkan. commit to user 10 Alur cerita atau sering disebut plot menurut pandangan penulis adalah rangkaian peristiwa atau kejadian yang sambung-menyambung dalam suatu cerita dan antara kejadian satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. 3. Setting atau Latar Latar merupakan tempat terjadinya peristiwa-peristiwa atau waktu berlangsungnya tindakan Pradopo dalam Sangidu, 2004: 139. Unsur latar dibagi menjadi tiga bagian yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Latar tempat menunjuk pada tempat atau lokasi kejadian yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa- peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi, dan yang terakhir yaitu latar sosial merujuk kepada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat disuatu tempat yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Burhan Nurgiyantoro 2007 : 227. Pembagian setting yang diciptakan oleh pengarang dalam suatu karya sastra menurut waktu, tempat, suasana peristiwa dimana kejadian tersebut berlangsung merupakan komponen yang tidak dapat dipisahkan dan saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. 4. Karakter Penokohan Penokohan adalah penggambaran para tokoh cerita, baik keadaan lahir maupun batinnya yang meliputi sifat, sikap, tingkah laku, pandangan hidup, keyakinan, adat-istiadat, dan lain-lainnya Suharianto dalam Sangidu, 2004:132. Tokoh cerita biasanya mengemban suatu perwatakan tertentu yang diberi bentuk dan diisi oleh pengarang. Perwatakan dapat diperoleh dengan memberi gambaran commit to user 11 mengenai tindak-tanduk, ucapan atau sejalan tidaknya antara apa yang dikatakan dengan apa yang dilakukan Atar Semi, 1993 Karakter dapat dibagi menjadi tiga dimensi, yaitu fisiologis, sosiologis, dan psikologis Harymawan, 1984: 25. Dimensi pertama yaitu fisiologis adalah ciri-ciri badani yang dimiliki oleh seorang tokoh. Contoh yang bisa diambil antara lain usia, jenis kelamin, keadaan tubuh, ciri-ciri muka, dan sebagainya. Dimensi kedua yaitu sosiologis adalah latar belakang kemasyarakatan dari cerita tersebut. Contoh dari dimensi sosiologis, antara lain status sosial, pekerjaan, jabatan, peranan dalam masyarakat, pendidikan, kehidupan pribadi, pandangan hidup, kepercayaan, agama, ideologi, aktivitas sosial, organisasi, hobi, bangsa,suku, dan keturunan. Dimensi ketiga adalah psikologis berarti latar belakang kejiwaan yang dimiliki oleh tokoh-tokohnya, seperti mentalitas, ukuran moral, perbedaan yang baik dengan yang tidak baik, temperamen, keinginan dan perasaan pribadi terhadap sikap dan kelakuan, tingkat kecerdasan, dan keahlian khusus dalam bidang tertentu. Tiap tokoh memiliki karakter sendiri-sendiri yang menunjang dalam mendukung penokohan yang terjadi dalam cerita. Pandangan penulis dari masalah penokohan dan perwatakan ini merupakan salah satu hal yang kehadirannya dalam sebuah cerita amat penting dan bahkan menentukan karena tidak akan mungkin ada cerita tanpa adanya tokoh yang diceritakan dan tanpa adanya tokoh yang bergerak yang akhirnya membentuk alur cerita. Melalui tokoh-tokoh yang diceritakan, si pengarang dapat menyampaikan persolan yang ditampilkan dalam karyanya. Karakter yang ditampilkan oleh pengarang ini pastilah sangat bertumpu pada tema yang ingin diangkatnya. Dalam commit to user 12 novel Trah si pengarang mengambil sosok karakter tokoh utama yaitu seorang gadis desa yang berobsesi ingin menjadi orang sukses namun akhirnya harus menjadi pelacur dan kebetulan tokoh tersebut masih keturunan kaum priyayi. Dari sosok pelacur ini kita dapat menggali sejauh mungkin mengenai realita kehidupan yang terjadi dan memberikan tanggapan atau respon terhadap kehidupan pelacur yang makin merebak ditengah-tengah masyarakat. Tokoh utama cerita menempati posisi strategis sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat, moral, atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca. 5. Amanat Amanat merupakan pesan atau sesuatu yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca Burhan Nurgiyantoro,2007 : 322. Amanat dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup pengarang yang bersangkutan tentang nilai-nilai kebenaran. Amanat dalam cerita menurut Kenny dalam Burhan Nurgiyantoro, 2007 biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis, yang dapat diambil dan ditafsirkan lewat cerita yang bersangkutan oleh pembaca. Ia merupakan petunjuk yang sengaja diberikan oleh pengarang tentang berbagai hal yang berhubungan dengan masalah kehidupan misalnya sikap, tingkah laku, dan sopan-santun, pergaulan. Ia bersifat praktis sebab petunjuk itu dapat ditemukan dan ditampilkan dalam kehidupan nyata, sebagai mana model yang ditampilkan dalam cerita itu lewat sikap dan tingkah laku tokoh-tokohnya. Kesimpulannya yaitu amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca mengenai dinamika kehidupan yang terjadi dalam karya sastranya tersebut. commit to user 13

B. Pendekatan Psikologi Sastra