Plot atau alur Analisis Struktural

commit to user 33

2. Plot atau alur

Plot atau sering disebut dengan Alur menurut adalah rangkaian peristiwa atau kejadian yang sambung-menyambung dalam suatu cerita. Rangkaian kejadian tersebut akan mempermudah pemahaman kita terhadap cerita yang akan ditampilkan. Dalam novel Trah Alur yang digunakan adalah maju mundur, untuk itu penulis mengambil teori yang dikemukakan oleh Mochtar Lubis dalam Sugihastuti, 2002 : 37 mengenai tahapan plot menjadi lima bagian agar lebih memperjelas tentang gambaran cerita secara runtut. Kelima tahapan itu adalah sebagai berikut : a. Tahap Situation : tahap penyituasian, tahap yang berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita. Dalam tahap ini menjelaskan tentang sebuah permulaan atau titik awal cerita. Awalnya cerita ini bergerak maju, dimana si pengarang menceritakan tentang suatu keadaan atau situasi yang menjelaskan tentang keadaan desa yang sedang mengalami musibah ketika salah satu warganya yang bernama Rukiban yang meninggal akibat jatuh dari pohon kelapa. Karena peristiwa tersebut membuat para warga desa kaget dan segera datang ketempat Rukiban untuk datang melayat. Pengarang selanjutnya mengenalkan tokoh bernama Tilarsih yang menjadi pelaku utama dan beberapa tokoh pendukung. Dari pengenalan tokoh- tokoh tersebut kemudian pengarang menceritakan tentang jalinan hubungan dari tiap masing-masing tokoh dengan watak dan ciri khas yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Pada waktu tersebut situasi yang terjadi yaitu commit to user 34 penuh dengan suasana kesedihan karena Rukiban meninggal dengan sangat cepat dan mendadak. Pengarang kemudian melukiskan situasi yang terjadi pada malam dimana banyak warga desa yang berkumpul di rumah Rukiban untuk ikut berduka cita. Setelah beberapa waktu, situasi yang awalnya penuh dengan kesedihan berubah menjadi ramai karena para warga desa yang sedang berkumpul asyik membicarakan Tilarsih.. Tokoh yang bernama Mbak Rita menjadi salah satu tokoh yang memprovokasi dan menjelek-jelekkan Tilarsih mengingat Tilarsih pernah menjadi pelacur di kota besar. Hal ini menyebabkan Tilarsih sangat sakit hati. Rasa sedih, malu, ingin melawan tidak dapat dilakukan karena kenyataanya memang Tilarsih pernah melakukannya. Bahkan semua warga di desanya sudah mengetahui semuanya. Jadi pada malam tersebut Tilarsih menjadi sorotan utama dari hal yang diperbincangkan oleh para warga mengenai cerita Tilarsih yang pernah menjadi pelacur di kota Jakarta. b. Tahap Generating Circumtances : tahap pemunculan konflik, masalah- masalah dan peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya konflik dimunculkan. Peristiwa selanjutnya bergerak, yaitu ditandai dengan sikap tokoh utama yaitu Tilarsih yang merasa bahwa cobaan yang harus dialaminya begitu berat karena dia harus mendapat perlakuan dari para warga desa yang mengucilkan dan tidak mau lagi menganggapnya sebagai warga desanya sendiri. Keinginan dan niat yang besar ketika pulang ke desa adalah untuk memperbaiki commit to user 35 kesalahannya yang telah lalu, namun kenyataannya hal tersebut terasa sangat berat sekali. Alur yang digunakan dalam cerita ini adalah maju mundur, dalam tahap Generating Circumstances ini si pengarang kemudian menceritakan tentang suatu peristiwa yang telah berlalu atau dalam kata lain yaitu menggunakan alur mundur. Cerita bergerak mundur ketika Tilarsih membayangkan tentang pengalaman pahit yang dialaminya ketika menjadi pelacur di Jakarta. Selama menjadi pelacur di Jakarta, hidup Tilarsih serasa tidak ada harganya lagi sebagai seorang wanita karena harus melayani para lelaki hidung belang yang ingin menikmati tubuhnya demi memuaskan nafsu birahinya. Uang yang diperolehnya dengan menjual tubuhnya ini memang cukup lumayan untuk membantu perekonomian neneknya di desa. Dalam hati Tilarsih sebenarnya ingin berhenti, namun untuk keluar dari dunia pelacuran rasanya sangat sulit, Tilarsih diawasi oleh sindikat penjualan wanita yang dipimpin oleh Tante Kori. Sindikat ini sangat terselubung dan jaringannya sangat luas. Bahkan nyawa menjadi taruhannya jika ada yang berusaha kabur atau melapor ke polisi. Kebencian Tilarsih kepada Atun sangatlah besar. Atun adalah orang yang dulu pernah ia percayai dapat membantunya meniti karir di Jakarta ternyata malah menjerumuskan dan menjualnya pada sindikat Tante Kori. Rasa sesal dan benci sekarang sudah terlambat karena Tilarsih sudah terlanjur menjadi mesin pemuas nafsu para lelaki hidung belang. Ketika Tilarsih meratapi nasibnya, hal yang selama ini paling disesalinya adalah ketika dulu commit to user 36 di Desa ia pernah mengacuhkan Bagus yang dulu pernah menawarinya untuk bersekolah dan pandai-pandai memilih pergaulan. Merasa diacuhkan oleh Tilarsih, Bagus kemudian pergi dan tidak pernah ada kabarnya lagi. c. Tahap Rising Action tahap peningkatan konflik. Tahap ini memunculkan konflik yang semakin berkembang kadar intensitasnya dari konflik sebelumnya. Selama menjadi pelacur Tilarsih sudah memahami berbagai tabiat para lelaki yang sudah menjadi langganannya. Dari orang kaya, orang yang bermaksud ingin menidurinya namun tidak mau membayar dengan alasan berhutang, orang yang ingin mengajaknya menikah namun hanya bermaksud ingin memanfaatkan duitnya sudah sangat kerap sekali ditemuinya. Tilarsih sudah berpengalaman dalam menangagapi para tingkah laku lelaki tersebut. Berjalannya waktu, kabar tentang Tilarsih menjadi pelacur di kota Jakarta diketahui oleh seorang polisi bernama Bowo. Bowo adalah anak dari Pawiro yang masih tetangga dekat Tilarsih di desa. Pertemuan Tilarsih dengan Bowo terjadi di kantor polisi karena jaringan yang dikelola Tante Kori akhirnya terbongkar sudah. Para wanita penghibur diciduk dan ditanyai satu- persatu sebagai saksi dan nantinya akan dibawa ke tempat rehabilitasi atau dipulangkan ke kampung halamannya. Semenjak saat itu semua warga desa Bubutan sudah mengetahui tentang pekerjaan Tilarsih adalah sebagai seorang pelacur. Bahkan Mbah Mardiyah tidak menyangka tentang kabar yang diberitakan oleh Pawiro dan hanya terbujur lemas mengingat cucu satu- commit to user 37 satunya tersebut bisa terjerumus ke dalam dunia pelacuran. Kabar ini akhirnya terdengar juga oleh Bagus yang selama ini menaruh simpati pada Tilarsih. Bagus merasa kecewa karena wanita yang selama ini dicintainya tersebut harus berbuat hal yang sangat memalukan dan menodai harkat martabatnya sebagai seorang wanita. Karena mendapat petuah dari Eyang Ronggo yang dianggap Bagus sebagai sosok orang yang selama ini menjadi guru spiritualnya, akhirnya Bagus mau menjemput dan membantu Tilarsih untuk keluar dari masalahnya. d. Tahap Climax : keadaan mencapai puncaknya konflik atau pertentangan- pertentangan yang terjadi, ditimpakan kepada para tokoh cerita mencapai titik intensitas puncak. Tahap ini menceritakan bahwa Tilarsih mengalami gejolak psikologis yang teramat sangat. Rasa malu, menyesal, dan sangat hina sebagai seorang wanita dirasakannya ketika dia bertemu dengan Bagus di tempat Lokalisasi. Tilarsih hanya bisa menangis dan malu dengan perbuatan yang selama ini dilakukannya. Namun karena kelihaian, bujukan dan rayuan dari Bagus akhirnya Tilarsih mau mendengarkan dan mematuhinya agar mau diajak pulang kembali ke desa untuk memperbaiki hidupnya Mendapat perlakuan lembut dari Bagus, timbul bibit-bibit cinta yang kemudian tidak dapat dibendung antara Bagus dan Tilarsih. Bagus akhirnya mau mengungkapkan bahwa selama ini mencintai Tilarsih. tilarsih juga tidak memungkiri perasaannya dan akhirnya mau berjanji akan memperbaiki hidupnya demi Bagus dan demi menjaga nama baik keturunan Trah commit to user 38 Resodrono. Hal tersebut memang sangat mudah diucapkan namun sangat berat untuk dilakukan. Tahap Climax ini alurnya akhirnya bergerak maju lagi dengan masalah- masalah baru yang dialami tokoh utama yaitu Tilarsih yang harus memperbaiki sikap dan kesabarannya dalam merespon sikap masyarakat yang cenderung menjauhi dan menghujatnya baik secara langsung maupun tak langsung. Beruntung para warga tidak mengusir Tilarsih karena memandang bahwa Tilarsih adalah keturunan dari Priyayi luhur dan juga memandang nenek Tilarsih yang sudah tua dan tidak ada yang merawat. Ketika Tilarsih harus menghadapi masalahnya dengan para warga yang tidak sudi menerimanya lagi, Bagus yang dianggapnya sebagai seorang kekasih yang dulu pernah berjanji akan membantunya tiba-tiba saja menghilang ditelan bumi. Permasalahan ini menyebabkan kepercayaan dan harapan Tilarsih untuk berubah serasa hilang tanpa ada sosok orang yang dijadikan sandaran. Kepergian Bagus membuat Tilarsih harus mengalami siksa batin dan menganggap bahwa apa yang pernah dialaminya dengan Bagus hanyalah kebahagiaan sesaat. Sempat terbesit dalam pikiran Tilarsih ingin melupakan sosok kekasihnya tersebut. Janji-janji manis yang diucapkan Bagus dulu seakan hanyalah mimpi yang hanya lewat semalam saja. e. Tahap Denoument : tahap penyelesaian, konflik yang telah mencapai klimaks diberi penyelesaian, ketegangan dikendorkan. commit to user 39 Tahap ini berisi tentang akhir cerita yang mengisahkan bahwa kesabaran dan buah dari usaha yang keras akan melimpahkan hasil. Disini alur ceritanya bergerak maju sampai pada akhir cerita. Dalam proses perbaikan hidupnya, Tilarsih menghabiskan waktu setiap hari dengan usaha yang ditekuninya sebagai penjahit agar dapat membuat pandangannya yang selama ini sempit menjadi kembali segar layaknya seperti dulu. Usaha yang ditekuni Tilarsih ini tak lepas dari bantuan orang-orang terdekat Tilarsih yaitu Eyang Ronggo, Mbah Mardiyah, dan Bagus yang selama ini menghilang tanpa kabar. Karena memiliki kesibukan, suara-suara dari warga desa yang sering mengecamnya sekarang sudah tidak dipikirkan Tilarsih Lagi. Tilarsih yang sekarang menjadi orang yang kuat dan tegar dalam menghadapi cobaan. Berjalannya waktu, tidak terasa sudah hampir setahun Tilarsih kembali ke desa. Suara-suara negatif mengenai pandangan warga desa terhadap Tilarsih sudah tidak begitu ramai, bahkan para warga sudah mau bertegur sapa dengan Tilarsih seolah-olah sudah tidak ada apa-apa lagi. Semua ini karena warga desa menilai Tilarsih sudah berubah drastis dan bersungguh- sungguh ingin memperbaiki hidupnya. Akhirnya berkat kesabarannya dalam menjalani proses pertaubatan, pada satu kesempatan Tilarsih dipertemukan kembali dengan Bagus di rumah Eyang Ronggo. Saat itu pula Tilarsih tidak dapat berbicara apa-apa dan hanya terbujur lemas karena dampak efek psikologi yang menyebabkan seseorang mengalami keterkejutan yang luar biasa. Rasa senang, terharu, kesal, sedih, rindu dan cinta bergabung menjadi satu. commit to user 40

3. Latar atau Setting