42 Proses pengarangan 2 mempengaruhi proses pengarangan yang berakibat
pada naiknya kandungan abu pada sampel. Selain meningkatkan kandungan abu, kemungkinan lain adalah salah satu bahan baku sekam padi atau ketaman kayu
menahan atau menghambat proses karbonisasi bahan baku lainnya sehingga bahan baku tersebut tidak terkarbonisasi secara maksimal.
Dari Gambar 4.8 dan 4.9 serta Tabel 4.4 terlihat bahwa kandungan fixed carbon
briket sangat rendah jika dibandingkan dengan standar. Standar kandungan fixed carbon briket Indonesia adalah 77. Fixed carbon adalah fraksi
karbon yang terdapat di dalam arang selain fraksi air, senyawa volatil, dan abu. Kandungan fixed carbon mempengaruhi nilai kalor sebuah briket. Semakin tinggi
kandungan fixed carbon maka semakin tinggi pula nilai kalor sebuah briket [44]. Oleh karena itu, briket diharapkan memiliki kandungan fixed carbon yang tinggi.
4.1.5 Analisis Nilai Kalor
Pada Tabel 4.5 dapat dilihat nilai kalor pada briket dari berbagai konsentrasi perekat dan tekanan pengempaan 85 kgcm
2
dan 105 kgcm
2
dengan proses pengarangan.
Tabel 4.5 Data Kandungan Fixed Carbon dan Nilai Kalor Briket
No. Konsentrasi
Perekat Tekanan
Pengempaan kgcm
2
Proses Pengarangan
Fixed Carbon
Nilai Kalor
kalg 1
10 85
PP1
13,1519
1892,121
2 PP2
13,5223
1969,436
3
105 PP1
15,3696
2011,257
4
PP2
16,5495
2086,744
5
12,5 85
PP1
11,0217
1877,138
6 PP2
13,3333
1900,83
7
105 PP1
13,5223
1900,788
8
PP2
13,1573
1896,984
9
15 85
PP1
21,1277
3045,8271
10 PP2
19,5270
2892,612
11
105 PP1
13,5682
1932,984
12 PP2
16,0714
2046,732
13
20 85
PP1
19,0220
2243,625
14
PP2
17,2222
2114,023
15
105 PP1
14,3571
1983,324
16 PP2
16,3103
2053,363
43 Dari Tabel 4.5, dapat dilihat bahwa nilai kalor tertinggi adalah 3045,8271
kalg yaitu pada briket yang dikarbonisasi dengan proses pengarangan 1, dicampur dengan konsentrasi perekat 15, dan dikempa dengan tekanan 85
kgcm
2
. Nila kalor terendah dimiliki oleh briket yang dikarbonisasi dengan proses pengarangan 1, dicampur dengan konsentrasi perekat 12,5, dan dikempa dengan
tekanan 85 kgcm
2
. Dilihat dari Tabel 4.5, konsentrasi perekat tidak secara khusus atau mutlak mempengaruhi nilai kalor sebuah briket. Hal serupa juga berlaku
untuk tekanan pengempaan dan proses pengarangan. Ketiga faktor tersebut dengan variasi masing-masing turut mempengaruhi nilai kalor pada briket.
Namun, jika diamati hubungan kadar fixed carbon dengan nilai kalor terdapat suatu hubungan yang berbanding lurus seperti yang ditampilkan Gambar
4.10. Dari Gambar 4.10 terlihat bahwa jika kandungan fixed carbon briket tinggi maka nilai kalor briket juga meningkat. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,
nilai fixed carbon berpengaruh terhadap nilai kalor briket. Nilai kalor briket merupakan indikasi energi yang tersimpan dalam briket untuk digunakan sebagai
bahan bakar [6]. Semakin tinggi nilai kalor, maka semakin tinggi pula energi yang tersimpan di dalamnya.
Gambar 4.9 Hubungan Kandungan Fixed Carbon terhadap Nilai Kalor Briket Nilai kalor merupakan parameter terpenting yang menentukan kualitas
briket. Namun, nilai kalor yang didapat pada penelitian ini masih jauh dari standar
1500 2000
2500 3000
3500
10 15
20 25
Ni lai
K al
or kal
g
Fixed Carbon
44 SNI yakni 5.000 kalg [44]. Oleh karena itu, briket yang dihasilkan belum dapat
dikatakan sebagai briket yang baik.
4.2 ANALISIS SIFAT FISIK BRIKET