ANALISIS SIFAT FISIK BRIKET

44 SNI yakni 5.000 kalg [44]. Oleh karena itu, briket yang dihasilkan belum dapat dikatakan sebagai briket yang baik.

4.2 ANALISIS SIFAT FISIK BRIKET

Selain analisis kandungan briket, sifat fisik briket juga tidak kalah penting untuk dilakukan dalam menentukan baik atau tidaknya sebuah briket. Briket diharapkan memiliki sifat fisik antara lain tidak meninggalkan warna hitam jika dipegang, tidak berjamur, kuat, dan saling merekat satu sama lain agar tidak mudah hancur [14 dan 43]. Briket merupakan arang yang dibentuk dengan bantuan alat mekanik sehingga mudah dalam proses penyimpanan ataupun transportasi [40 dan 41]. Pada penelitian ini, sifat fisik briket tidak memenuhi standar karena briket dengan perekat daun jambu mete tidak menghasilkan briket yang cukup merekat sehingga mudah hancur dan tidak kuat. Pada saat briket akan dicetak dan dikeringkan di oven, beberapa briket hancur ketika disentuh karena sangat lunak. Ketika dijatuhkan dari ketinggian ±1 meter, briket hancur seketika. Baik briket yang dikempa dengan tekanan pengempaan 85 kgcm 2 maupun 105 kgcm 2 , keduanya langsung hancur. Briket dengan tekanan pengempaan 85 kgcm 2 lebih mudah hancur dibandingkan terhadap briket dengan tekanan pengempaan 105 kgcm 2 pada penggunaan konsentrasi perekat yang sama. Briket yang dikempa dengan tekanan pengempaan 105 kgcm 2 dengan konsentrasi perekat yang tertinggi yaitu 20 juga tidak memberikan pengaruh yang besar karena briket tersebut langsung hancur ketika dijatuhkan dari ketinggian ±1 meter. Oleh karena itu, perekat daun jambu mete tidak dapat digunakan sebagai perekat dalam pembuatan briket. Daun jambu mete mengandung tanin yang bersifat adhesif sehingga diyakini mampu menjadi perekat dalam pembuatan briket. Namun, berdasarkan hasil yang diperoleh perekat daun jambu mete tidak berfungsi sebagai perekat yang baik. Hal ini kemungkinan karena kandungan tanin dalam daun jambu mete yang tidak terlalu banyak. Selain itu, konsentrasi perekat daun jambu mete terhadap berat sampel yaitu 10, 12,5, 15, dan 20. Perlu diingat bahwa dalam pembuatan daun jambu mete sebagai perekat, terlebih dahulu daun jambu 45 mete dicacah kecil-kecil dan dihaluskan bersama dengan air agar menjadi larutan. Jadi, dalam larutan perekat tersebut, konsentrasi tanin semakin sedikit karena daun jambu mete sudah dicampur dengan air. Tannin juga bersifat mudah menguap. Dengan demikian, daun jambu mete dapat bersifat kurang rekat sehingga sulit untuk dijadikan perekat. Oleh karena itu, perekat daun jambu mete tidak dapat digunakan sebagai perekat dalam pembuatan briket. Karena sifat fisik briket yang dihasilkan tidak baik, maka pembuatan briket ini diulangi dengan variabel yang sama tetapi menggunakan perekat lain yakni tepung beras ketan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, briket yang menggunakan tepung beras ketan sebagai perekat memiliki struktur yang kompak dan cukup kuat sehingga tidak mudah hancur ketika dijatuhkan dari ketinggian ± 1 meter. Berdasarkan analisa uji tekan, briket dengan perekat tepung beras ketan memiliki nilai antara 862,9852 hingga 3138,128 Nm 2 . Nilai ini lebih baik dibandingkan dengan nilai uji tekan briket dengan perekat daun jambu mete yang tidak terbaca karena briket tersbut terlalu rapuh. Dengan demikian, tepung beras ketan dapat digunakan sebagai perekat dalam pembuatan briket. 46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian yang telah di lakukan adalah: 1. Daun jambu mete tidak dapat digunakan sebagai perekat dalam pembuatan briket karena briket yang dihasilkan bersifat lunak dan mudah hancur 2. Briket yang dihasilkan pada penelitian ini memiliki kadar air yang lebih tinggi dari standarnya yaitu berkisar dari 6-13 dengan standar kadar air briket Indonesia adalah 7,57. 3. Kadar senyawa volatil briket berkisar 50,575-61,413. Kadar senyawa volatil briket ini tidak sesuai dengan standar briket Indonesia yaitu 15. 4. Kadar abu briket pada peneltian ini tidak memenuhi standar yaitu berkisar 17,033-25 sedangkan standar kadar abu briket Indonesia adalah 5,51. 5. Kandungan fixed carbon terendah adalah 11,022 dan kandungan fixed carbon tertinggi adalah 21,128 . 6. Nilai kalor tertinggi pada briket yang dihasilkan pada penelitian ini adalah 3045,8271 kalg yaitu briket yang dikarbonisasi dengan metode pengarangan 1, dicampur dengan perekat 15 dan dikempa dengan tekanan 85 kgcm 2 . Namun hasil ini masih jauh di bawah standar nilai kalor briket Indonesia.

5.2 SARAN

Beberapa hal yang dapat disarankan dari penelitian yang telah dilakukan adalah: 1. Sebaiknya perlu diketahui lebih dahulu kadar zat yang bersifat merekat suatu perekat sebagai pertimbangan terhadap penggunaannya sebagai perekat pada briket 2. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya diteliti penggunaan perekat lain yang mengandung amilum terhadap kekuatan briket yang dihasilkan