BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat dihasilkan beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Otoritas Jasa Keuangan berdirididasari dengan amanat Pasal 34 Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia. OJK didirikan dengan tujuan sebagai lembaga yang dapat menjamin agar keseluruhan
kegiatan jasa keuangan didalam sektor jasa keuangan terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel, seta mampu mewujudkan sistem
keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, dan mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.Peran OJK dalam
mengawasi pasar modal diatur dalam Pasal 6 huruf b UUOJK, sehingga pasal ini menjadi dasar hukum terhadap segala kegiatan OJK didalam
mengawasi dan mengatur aktivitas yang terjadi di Pasar Modal, sehingga segala kewenangan yang dimiliki oleh Bapepam sebelumnya dilimpahkan
secara langsung dibawah penguasaan OJK. 2.
Transaksi short sellingdi Indonesia memiliki dua pandangan yang berbeda diantara masyarakat, menurut beberapa pihak short selling diperbolehkan
asalkan praktiknya dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang telah ditentukan berdasarkan peraturan Bapepam terdahulu, disisi lain ada juga
pihak yang menyatakan bahwa short selling merupakan suatu transaksi yang tidak boleh di lakukan. Pengaturan mengenai short selling di dalam pasar
modal Indonesia terdapat di dalam Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal, yaitu Peraturan Bapepam V.D.6 mengenai Pembiayaan Penyelesaian
Transaksi Efek oleh Perusahaan Efek bagi Nasabah. Peraturan Bapepam V.D.6 ini disahkan oleh Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dengan nomor
keputusan Kep-09PM1997 pada tanggal 30 April 1997. Pada perkembangannya Bapepam-LK merevisi Peraturan Bapepam V.D.6 tahun
1997 dengan disahkannya Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor Kep-258BL2008 pada tanggal 30 Juni 2008
tentang Pembiayaan Transaksi Efek oleh Perusahaan Efek bagi Nasabah dan Transaksi Short Selling oleh Perusahaan Efek. Peraturan Bapepam V.D.6 tidak
secara khusus mengatur tentang bagaimana suatu transaksi short selling dilakukan, peraturan tersebut lebih mengatur tentang pembiayaan transaksi
short selling oleh perusahaan efek. 3.
Otoritas Jasa Keuangan sebagai lembaga yang saat ini mempunyai kewenangan atas pengawasan terhadap pasar modal setelah menggantikan
Bapepam sebagaimana diatur dalam Pasal 6 huruf b UUOJK, dapat mengambil peranan didalam melindungi para investor yang mengalami
kerugian dari transaksi short selling. Dasar hukum yang dapat diambil OJK untuk melindungi investor dari transaksi short selling ada di dalam Pasal 100
ayat 2 UUPM dimana OJK berwenang untuk memberikan sanksi yang tegas dalam setiap pelanggaran yang terjadi didalam pasar modal, khususnya
transaksi short selling. OJK dalam mengawasi setiap transaksi short selling haruslah terlebih dahulu melihat ketentuan-ketentuan yang telah diatur dalam
Peraturan Bapepam V.D.6 dikarenakan di Indonesia belum ada peraturan yang secara khusus membahas tentang transaksi short selling. Sanksi yang dapat
diterapkan oleh OJK dalam setiap pelanggaran di dalam pasar modal adalah sanksi administratif sampai sanksi pidana, hal ini diatur di dalam Pasal 102
sampai dengan Pasal 110 UUPM. OJK selain memberikan sanksi terhadap setiap pelanggaran di pasar modal, OJK juga mempunyai fungsi memberikan
edukasi dan pembinaan dalam rangka perlindungan konsumen dan masyarakat, hal tersebut telah diatur di dalam Bab VI Pasal 28 UUOJK.
B. Saran