Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

48

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi prasyarat untuk memperoleh peluang partisipasi, adaptasi dan sekaligus untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas salah satunya dapat dilakukan melalui pendidikan matematika. Pendidikan matematika sangat diperlukan karena matematika sebagai suatu pertanda perkembangan intelejensi manusia. Matematika juga merupakan salah satu cara mengembangkan cara berpikir, oleh karena itu matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari maupun dalam menghadapi kemajuan IPTEK. Menyadari betapa pentingnya pendidikan matematika, telah banyak dilakukan upaya meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di sekolah. Upaya ini dapat dilihat dari langkah penyempurnaan kurikulum yang terus dilakukan, peningkatan kualitas guru bidang studi, penyediaan dan pembaharuan buku ajar, penyediaan dan perlengkapan alat-alat pelajaran laboratorium matematika, pengembangan pendekatan yang lebih relevan dan efektif mencapai tujuan pembelajaran matematika, dan masih banyak usaha lain yang ditempuh untuk memperbaiki pencapaian hasil belajar matematika di sekolah. 1 49 Masih banyak permasalahan dalam pembelajaran matematika di sekolah, antara lain kurang optimalnya pelaksanaan belajar mengajar di sekolah. Kebanyakan siswa di sekolah beranggapan bahwa belajar matematika tidak menyenangkan dan hanya menjadi rutinitas tanpa diiringi kesadaran untuk menambah wawasan atau mengasah keterampilan. Pada saat pembelajaran matematika siswa cenderung tidak menyimak materi yang disampaikan oleh guru. Sehingga tujuan bembelajaran tidak dapat tercapai secara optimal, akibatnya siswa tidak dapat menguasai materi yang disampaikan. Dalam pelajaran matematika siswa belajar dengan cepat dan kreatif apabila siswa tersebut telah memahami materi. Untuk mengoptimalkan pemahaman siswa dalam belajar matematika, siswa dapat belajar dengan menggunakan peta konsep untuk membantu siswa dalam mengasah kemampuan belajar. Permasalahan selanjutnya mengenai m pembelajaran matematika yang digunakan oleh guru dalan proses belajar mengajar. Guru memiliki peranan penting dalam menerapkan metode pembelajaran di kelas untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkan. Di sekolah-sekolah saat ini masih banyak guru yang menggunakan metode ceramah dalam kegiatan belajar mengajar dan pembelajarannya masih bersifat guru sentris bukan siswa sentris, sehingga siswa tidak tertarik dan menyukai pelajaran matematika. Sudah saatnya guru matematika membuka paradigma baru dalam pola pengajaran matematika di kelas. Dimana matematika yang selama ini dianggap sebagai mata pelajaran yang membosankan dan menakutkan. Untuk itu diperlukan 50 suatu metode pembelajaran sedemikian hingga bagi mereka yang mempunyai motivasi tinggi, sedang, maupun rendah tetap dapat berprestasi dengan baik. Motivasi merupakan faktor yang ada pada diri individu. Hal ini menjadi penting untuk mendorong siswa meningkatkan keberhasilan belajar matematika. Kadar motivasi belajar siswa tidak stabil, kadang tinggi, kadang rendah, bahkan suatu ketika motivasi tersebut hilang dari diri siswa. Oleh karena itu, perlu diterapkan suatu metode pembelajaran yaitu dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif. Dalam menentukan suatu metode pembelajaran, faktor karakteristik siswa merupakan hal penting yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan oleh guru. Oleh karena itu juga diperhatikan sejauh mana kesiapan siswa dalam belajar matematika. Sebelum memberikan pelajaran tentang sesuatu kepada anak didik, maka harus diperhatikan tingkat perkembangan berpikir anak tersebut Piaget, 1977:16. Dari pendapat Piaget menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran perlu didasari kesiapan berpikir dan semangat belajar dari anak atau siswa. Kesiapan readiness belajar siswa merupakan salah satu prinsip belajar yang sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Kondisi siswa yang siap menerima pelajaran dari guru, akan berusaha merespon atas pertanyaan-pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Untuk dapat memberi jawaban yang benar tentunya siswa harus mempunyai pengetahuan dengan cara membaca dan mempelajarai materi yang akan diajarkan oleh guru. Dalam mempelajari materi tentunya siswa harus mempunyai buku pelajaran dapat berupa buku paket dari sekolah maupun 51 buku diktat lain yang masih relevan digunakan sebagai acuan untuk belajar. Kondisi siswa yang sehat akan lebih mudah untuk menerima pelajaran dari guru. Dengan adanya kesiapan belajar, siswa akan termotivasi untuk mengoptimalkan hasil belajarnya. Sampai sejauh ini pencapaian hasil belajar matematika di sekolah secara umum dapat dinyatakan masih belum sesuai dengan harapan. Hal ini dapat dilihat dari masih sulitnya siswa untuk mencapai hasil tertinggi dalam pencapaian belajar matematika. Ini terbukti dari nilai matematika pada ujian nasional pada semua tingkat dan jenjang pendidikan selalu terpaku pada angka yang rendah http:gorontalo.uni.cc20080319membuat-belajar- matematika-menjadi-bergairahhtml. Data Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur tahun 2009 untuk Kabupaten Magetan nilai matematika program IPA yang nilainya 10,00-9,00 adalah 17,72, 8,00-8,99=20,20, 7,00- 7,99=23,43, 6,00-6,99=10,86, 5,50-5,99=18,86, 4,25-5,49=5,51, 3,00-4,24=2,28 dan 2,00-2,99=1,14. Hal ini masih tergolong rendah jika ketuntasan minimal ideal adalah 75. Untuk itu perlu bagi guru untuk terus mencari dan menerapkan metode baru untuk memudahkan siswa dalam proses pembelajaran dan memotivasi siswa agar selalu mempunyai kesiapan sebelum belajar matematika sehingga pembelajaran matematika menjadi lebih baik. Terutama pada sub pokok bahasan fungsi komposisi untuk mencari fungsi penyusunnya, yang hasilnya lebih rendah dari sub pokok bahasan-sub pokok bahasan yang lain. 52

B. Identifikasi Masalah

Dokumen yang terkait

Perbandingan antara model pembelajaran cooperative learning tipe stad dengan pembelajaran konvensional dalam rangka meningkatkan hasil belajar PAI (eksperimen kelas XI SMA Negeri 3 Tangerang)

2 14 159

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe (Student Team Achievement Divisions) STAD Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SD

1 6 165

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI AKTIVITAS SISWA SMP NEGERI KOTA SURAKARTA

0 4 189

PENELITIAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN STAD Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dan STAD Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa.

0 2 17

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN STAD TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dan STAD Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa.

0 4 16

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING PADA MATERI STATISTIKA DITINJAU DARI MINAT BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI SEMESTER GANJIL

0 3 86

PENGARUH METODE QUANTUM TEACHING DAN QUANTUM LEARNING TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PENGARUH METODE QUANTUM TEACHING DAN QUANTUM LEARNING TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA ( Pada Siswa Kelas III SD Negeri 2

0 1 24

penelitian adi wijaya

0 0 7

Efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe stad dalam upaya meningkatkan motivasi dan prestasi belajar matematika siswa kelas XI IPA SMA Negeri 3 Bantul tahun pembelajaran 2013/2014

0 0 8