EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING PADA MATERI STATISTIKA DITINJAU DARI MINAT BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI SEMESTER GANJIL

(1)

commit to user

i

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN

PENDEKATAN QUANTUM LEARNING PADA MATERI STATISTIKA

DITINJAU DARI MINAT BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI SEMESTER GANJIL SMA NEGERI 7 SURAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Skripsi

Oleh: Nanang Khosim

K1306026

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

commit to user

ii

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN

PENDEKATAN QUANTUM LEARNING PADA MATERI STATISTIKA

DITINJAU DARI MINAT BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI SEMESTER GANJIL SMA NEGERI 7 SURAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Oleh :

NANANG KHOSIM K1306026

SKRIPSI

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(3)

commit to user

iii

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing skripsi untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I

Prof. Dr. Budiyono, M.Sc NIP 19530915 197903 1 003

Pembimbing II

Yemi Kuswardi, S.Si, M.Pd NIP 19721024 199802 2 001


(4)

commit to user

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Hari : Rabu

Tanggal : 2 Februari 2011

Tim Penguji Skripsi :

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Sutopo, S.Pd, M.Pd ( )

Sekretaris : Henny Ekana C, S.Si, M.Pd ( )

Anggota I : Prof. Dr. Budiyono, M.Sc ( )

Anggota II : Yemi Kuswardi, S.Si, M.Pd ( )

Disahkan Oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Dekan

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP 19600727 198702 1 001


(5)

commit to user

v

ABSTRAK

Nanang Khosim. EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING PADA MATERI STATISTIKA DITINJAU DARI MINAT BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI SEMESTER GANJIL SMA NEGERI 7 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Januari 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui apakah model kooperatif tipe STAD dengan pendekatan quantum learning menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan model konvensional pada materi statistika (2) mengetahui apakah prestasi belajar siswa dengan minat belajar tinggi lebih baik dibandingkan siswa dengan minat belajar sedang maupun rendah dan prestasi belajar siswa dengan minat belajar sedang lebih baik dibandingkan siswa dengan minat belajar rendah pada materi statistika (3) mengetahui apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan minat belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika pada materi statistika.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental semu. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 7 Surakarta tahun ajaran 2010/2011 yang terdiri dari sembilan kelas. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 3 sebagai kelas eksperimen sebanyak 32 siswa dan kelas XI IPA 2 sebagai kelas kontrol sebanyak 34 siswa. Jumlah siswa pada kelas eksperimen sebanyak 32 siswa sedangkan pada kelas kontrol sebanyak 34 siswa. Pengambilan sampel dilakukan secara cluster random sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah (1) metode dokumentasi untuk data kondisi awal siswa sebelum penelitian dan sebagai salah satu pertimbangan penelitian (2) metode angket untuk data minat belajar matematika siswa (3) metode tes untuk data prestasi belajar matematika siswa materi statistika. Uji coba instrumen dilakukan di SMA Negeri 5 Surakarta. Sebagai persyaratan penelitian dilakukan uji keseimbangan dengan uji-t. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis variansi dua jalan sel tak sama dengan uji persyaratan analisis data


(6)

commit to user

vi

adalah uji normalitas dengan metode Liliefors dan uji homogenitas dengan metode Bartlett.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) pembelajaran matematika pada materi statistika dengan model kooperatif tipe STAD dengan pendekatan quantum learning menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik, dapat dilihat pada rataan marginal yaitu rataan prestasi belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD dengan pendekatan quantum learning yaitu 84,6781 lebih besar dari rataan prestasi siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional yaitu 78,2971. Ada pengaruh model pembelajaran terhadap prestasi belajar (Fobs = 4,4787 > 4,000 = F0,05;1;60) dengan tingkat signifikansi 5% (2) ada pengaruh tingkat minat belajar terhadap prestasi belajar siswa pada materi statistika (Fobs = 3,4391 > 3,150 = F0,05;2;60) dengan tingkat signifikansi 5%. Prestasi belajar siswa dengan minat belajar tinggi lebih baik dibandingkan siswa dengan minat belajar sedang maupun rendah, tetapi tidak ada perbedaaan prestasi belajar antara siswa dengan minat sedang dengan minat belajar rendah (3) tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan minat belajar matematika siswa terhadap prestasi belajar pada materi statistika (Fobs = 0,3615 > 3,150 = F0,05;2;60) dengan tingkat signifikansi 5%. Pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan quantum learning menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada model konvensional jika ditinjau dari masing-masing minat belajar siswa. Siswa dengan minat belajar tinggi mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik dibandingkan siswa dengan minat belajar sedang maupun rendah dan siswa dengan minat belajar sedang mempunyai prestasi belajar sama baiknya dengan siswa dengan minat belajar rendah jika ditinjau dari masing-masing model pembelajaran.


(7)

commit to user

vii

ABSTRACT

Nanang Khosim. EXPERIMENTATION OF MATHEMATICS LEARNING USING COOPERATIVE MODEL STAD TYPE WITH QUANTUM LEARNING APPROACH IN STATISTICAL MATERIAL VIEWED FROM MATHEMATICS LEARNING INTEREST OF ODD SEMESTER GRADE XI STUDENTS OF SMA NEGERI 7 SURAKARTA IN THE SCHOOL YEAR OF 2010/2011. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty Sebelas Maret University Surakarta, January 2011.

The purpose of this research are (1) to know whether cooperative model STAD type with quantum learning approach produces the learning mathematic achievement better than conventional model in Statistical material (2) to know whether learning achievement of student with high learning interest better than student with middle and low learning interest and the learning achievement of student with middle learning interest better than student with low learning interest in Statistical material (3) to know whether there is any interaction between learning model and student's mathematics learning interest on the mathematic learning achievement in Statistical material.

This research uses quasi experimental method. The population of this research is all students of grade XI of SMA Negeri 7 Surakarta in the school year of 2010/2011 which consists of nine classes. The sample of this research are students of grade XI of XI IPA 3 class as an experiment class with 32 students and XI IPA 2 class as a control class with 34 students. The sample of this research was taken by cluster random sampling technique. The technique of collecting data uses (1) documentation method for the beginning condition data of students before researching and as research consideration (2) questionnary method for data of student's mathematics learning interest (3) test method for data of mathematics learning achievement of students in statistical material. The try out of instrument is done at SMA Negeri 5 Surakarta. As research requirement is done balance test with t-test. The technique of data analysis used is variance analysis of two ways cell is not the same with requirement test of analysis data is normality test with Liliefors method and homogeneity test with Bartlett method.


(8)

commit to user

viii

From the result of research can be concluded that: (1) mathematics learning in Statistical material with cooperative model STAD type with quantum learning approach can produce better mathematics learning achievement, can be seen at marginal average, average of learning achievement of students joining learning process uses cooperative model STAD type with quantum learning approach is 84,6781 more than average of student's achievement joining learning process with conventional model is 78,2971. There is an influence of learning model against learning achievement (Fobs= 4,4787 > 4,000 = F0.05;1;60) with significant level 5 % (2) there is an influence of learning interest of students against learning achievement of students in Statistical material (Fobs = 3.4391 > 3.150 = F0,05;2;60) with significant level 5 %. The learning achievement of students with high learning interest better than students with middle and low learning interest, but there is not difference of learning achievement of students betwen students with middle learning interest and low learning interest in Statistical material (3) there is no interaction between learning model and students’ interest of mathematics learning on the learning achievement in Statistical material (Fobs = 0,3615 < 3,150 = F0,05;2;60) with significant level 5%. The learning with cooperative model STAD type with quantum learning approach produced mathematics learning achievement better than conventional model if viewed from learning interests of students. The students with high learning interest had learning achievement better than students with middle and low learning interest, and the students with middle learning interest had learning achievement as good learning achievement of student with low learning interest if viewed from learning models.


(9)

commit to user

ix

MOTTO

“Bahwa sesungguhnya sholatku ibadahku hidupku dan matiku hanya untuk Allah

Tuhan Semesta Alam”.

(Doa Iftitah)

“….Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan

orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha

Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

(QS. Al Mujaadilah: 11)

“Apabila kamu tidak dapat memberikan kebaikan kepada orang lain dengan

kekayaanmu, berilah mereka kebaikan dari wajahmu yang berseri-seri, disertai

akhlak yang baik”.

(Nabi Muhammad SAW)


(10)

commit to user

x

PERSEMBAHAN

Tulisan ini secara khusus saya persembahkan untuk :

Kedua orang tuaku Bapak Parimin dan Ibu Dalinem orang yang paling aku hormati yang telah berjuang keras dengan segala upaya, menantang panas matahari, menerobos hujan. Perhatian yang penuh ketulusan, semangat yang tak pernah padam demi sebuah cita-cita yang sangat mulia. Semua diperjuangkan hanya untuk kami anaknya. Dengan segala kerendahan hati dan mengharap ridhoMu kupersembahkan karya ini untuk engkau wahai Bapak dan Ibuku.

Kakakku Agus Susanto dan adikku Ida yang selalu bisa membuatku

tertawa dan sebagai penyemangatku. Mari kita bersama-sama untuk melakukan bakti kita kepada Bapak dan Ibu tercinta untuk membuat mereka bahagia. Bakti kita tidak akan bisa menandingi jutaan pengorbanan yang telah mereka lakukan. Tidak ada yang membuat mereka bahagia kecuali kesuksesan kita sebagai anaknya. Kita pasti bisa.


(11)

commit to user

xi

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hendaknya selalu kita persembahkan kepada Yang Maha Pengasih, Sumber dari suara-suara hati yang bersifat mulia, Sumber ilmu pengetahuan, Sumber segala kebenaran, Sang Maha Cahaya, rahmat-Nya yang sangat diharapkan oleh manusia, rahmat-Nya yang tak terhingga kepada mahluk-Nya dan rahmat-Nya yang telah memberikan pertolongan kepada penulis. Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Shalawat serta salam teruntuk Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan serta menyampaikan kepada kita semua ajaran Rukun Iman dan Rukun Islam yang telah terbukti kebenarannya serta makin terus terbukti kebenarannya.

Dibalik terselesaikannya skripsi ini ada banyak pihak yang telah memudahkannya sehingga kesulitan bisa teratasi. Pihak tersebut adalah :

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin untuk menulis skripsi ini.

2. Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin untuk menulis skripsi ini. 3. Triyanto, S.Si, M.Si Ketua Program Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin untuk menulis skripsi ini.

4. Prof. Dr. Budiyono, M.Sc sebagai dosen pembimbing I yang telah memberikan masukan, dorongan moral dan pengarahan yang sangat berharga hingga terselesaikannya skripsi ini.

5. Yemi Kuswardi, S.Si, M.Pd sebagai dosen pembimbing II yang telah memberikan masukan untuk penulisan skripsi, arahan untuk ketelitian dalam penulisannya dan segala bimbingannya.

6. Semua Dosen di Pendidikan Matematika yang telah memberikan bimbingan pada berbagai hal.


(12)

commit to user

xii

7. Dra. Endang Sri Kusumaningsih, M.Pd, Kepala SMA Negeri 7 Surakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut.

8. Dra. Hermawanti, guru matematika kelas XI SMA Negeri 7 Surakarta atas bimbingan dan segala bentuk kemudahan dan perhatian yang beliau berikan sekaligus sebagai salah satu validator instrumen.

9. Drs. Unggul Sudarmo, M.Pd, Kepala SMA Negeri 5 Surakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan try out instrumen di sekolah tersebut.

10.Drs. Ponco Sujatmiko, M.Si dan Dwi Maryana, M.Kom sebagai validator instrumen.

11.Bapak dan Ibu yang telah mendoakanku di setiap sholatnya serta semangat dan dorongannya.

12.Liendsy, yang senantiasa memberikan motivasi dan dukungan demi terselesaikannya skripsi ini.

13.Teman-temanku angkatan 2006 terima kasih atas kebersamaan dan semangatnya.

14.Beberapa pihak yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.

Ucapan terima kasih untuk semua pihak yang telah disebutkan di atas. Terima kasih atas segala macam bantuan, semoga keselamatan, rahmat dan barokah Allah senantiasa tercurah kepada beliau semua.

Demikian kata pengantar dari penulis. Mohon maaf atas segala kekurangan karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT semata. Semoga tulisan ini membawa manfaat dan semoga Allah SWT selalu membimbing kita bersama dalam menyelami ilmu-ilmu-Nya. Amiin.

Surakarta, Januari 2011 Penulis


(13)

commit to user

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

DAFTAR ABSTRAK ... v

HALAMAN MOTTO ... ix

HALAMAN PERSEMBAHAN ... x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pemilihan Masalah... 7

D. Pembatasan Masalah... 7

E. Perumusan Masalah ... 7

F. Tujuan Penelitian ... 9

G. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II LANDASAN TEORI ... 11

A. Tinjauan Pustaka ... 11

1. Pengertian Belajar Mengajar ... 11

2. Prestasi Belajar Matematika ... 13

3. Pendekatan Pembelajaran ... 14

4. Model Pembelajaran ... 18

5. Minat Belajar Matematika ... 26

6. Tinjauan Materi Pokok Bahasan Statistika ... 28

B. Kerangka Pemikiran ... 30


(14)

commit to user

xiv

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN... 36

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36

1. Tempat Penelitian ... 36

2. Waktu Penelitian ... 36

B. Jenis Penelitian ... 36

C. Populasi dan Sampel ... 38

1. Populasi ... 38

2. Sampel ... 38

D. Teknik Pengumpulan Data ... 38

1. Variabel Penelitian ... 38

2. Metode Pengumpulan Data ... 40

E. Teknik Analisis Data ... 46

1. Uji Keseimbangan ... 46

2. Uji Prasyarat Analisis Variansi ... 47

3. Pengujian Hipotesis ... 49

4. Uji Komparasi Ganda ... 53

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 55

A. Deskripsi Data ... 55

1. Data Hasil Uji Coba Instrumen ... 55

2. Data Skor Prestasi Belajar Matematika ... 57

3. Data Skor Minat Belajar Matematika Siswa ... 58

B. Pengujian Prasyarat Analisis ... 59

1. Uji Keseimbangan... 59

2. Uji Normalitas ... 59

2. Uji Homogenitas ... 60

C. Hasil Pengujian Hipotesis ... 61

1. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama ... 61

2. Uji Komparasi Ganda ... 62

D. Pembahasan Hasil Analis Data ... 63

1. Hipotesis Pertama ... 63


(15)

commit to user

xv

3. Hipotesis Ketiga ... 65

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 66

A. Kesimpulan ... 66

B. Implikasi ... 67

1. Implikasi Teoritis ... 67

2. Implikasi Praktis ... 68

C. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69 LAMPIRAN


(16)

commit to user

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Skor Perkembangan Individu ... 22

Tabel 2.2 Penghargaan Kelompok ... 22

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian ... 37

Tabel 3.2 Contoh Distribusi Jawaban Pada Fungsi Pengecoh ... 45

Tabel 3.3 Rataan dan Jumlah Rataan ... 50

Tabel 3.4 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama ... 53

Tabel 4.1 Deskripsi Data Skor Prestasi Belajar Matematika Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 58

Tabel 4.2 Deskripsi Data Skor Minat Belajar Matematika Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 58

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Awal ... 59

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Skor Prestasi Belajar ... 60

Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas ... 60

Tabel 4.6 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama 61 Tabel 4.7 Rataan dan Rataan Marginal ... 62


(17)

commit to user

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 72

Lampiran 2 Lembar Kerja Siswa ... 113

Lampiran 3 Kisi-kisi Tes Uji Coba ... 125

Lampiran 4 Soal Tes Uji Coba ... 127

Lampiran 5 Kunci Jawaban Tes Uji Coba ... 135

Lampiran 6 Pembahasan Soal Tes Uji Coba ... 136

Lampiran 7 Kisi-kisi Angket Uji Coba ... 146

Lampiran 8 Soal Angket Uji Coba ... 148

Lampiran 9 Sebaran Skor Angket Uji Coba ... 155

Lampiran 10 Kisi-kisi Soal Tes Penelitian ... 156

Lampiran 11 Soal Tes Penelitian ... 158

Lampiran 12 Kunci Jawaban Tes Penelitian ... 166

Lampiran 13 Pembahasan Soal Tes Penelitian ... 167

Lampiran 14 Kisi-kisi Angket Penelitian ... 176

Lampiran 15 Angket Penelitian ... 178

Lampiran 16 Sebaran Skor Angket Penelitian ... 184

Lampiran 17 Penghargaan Kelompok ... 185

Lampiran 18 Lembar Validasi Instrumen Tes ... 192

Lampiran 19 Daya Pembeda ... 198

Lampiran 20 Tingkat Kesukaran ... 200

Lampiran 21 Fungsi Pengecoh ... 202

Lampiran 22 Uji Reliabilitas Instrumen Tes ... 203

Lampiran 23 Lembar Validasi Angket... 205

Lampiran 24 Uji Konsistensi Internal Angket... 214

Lampiran 25 Uji Reliabilitas Angket ... 216

Lampiran 26 Data Induk Penelitian ... 218

Lampiran 27 Uji Normalitas Kelas Eksperimen (Sebelum Penelitian) .... 220

Lampiran 28 Uji Normalitas Kelas Kontrol (Sebelum Penelitian) ... 222


(18)

commit to user

xviii

Lampiran 30 Uji Normalitas Kelas Eksperimen... 226

Lampiran 31 Uji Normalitas Kelas Kontrol ... 228

Lampiran 32 Uji Normalitas Kelompok Siswa Minat Tinggi ... 230

Lampiran 33 Uji Normalitas Kelompok Siswa Minat Sedang ... 232

Lampiran 34 Uji Normalitas Kelompok Siswa Minat Rendah ... 235

Lampiran 35 Uji Homogenitas (Model Pembelajaran) ... 237

Lampiran 36 Uji Homogenitas (Minat Belajar) ... 240

Lampiran 37 Uji Hipotesis (Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama) ... 244

Lampiran 38 Komparasi Ganda Antar Kolom (Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama) ... 251

Lampiran 39 Tabel Distribusi Normal Baku ... 254

Lampiran 40 Tabel Nilai Kritik Uji Lilliefors ... 255

Lampiran 41 Tabel Nilai �2α;r ... 256

Lampiran 42 Tabel Nilai F0.05;v1,v2 ... 257


(19)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Usaha peningkatan kualitas sumber daya manusia sampai saat ini terus dilakukan pemerintah dalam rangka menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat. Salah satunya yaitu dalam bidang pendidikan.

Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini ditunjukkan dengan semakin merendahnya peringkat pendidikan Indonesia di mata internasional. Laporan badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk bidang pendidikan, Educationals, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) 2007 menunjukkan, peringkat Indonesia dalam hal pendidikan turun dari 58 menjadi 62 dari 130 negara di dunia. (http://groups.yahoo.com/group/puskur/message/1741 diakses tanggal 20 Mei 2010 pukul 13.30 WIB)

Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam. Data yang dilaporkan The World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di dunia. Dan masih menurut survai dari lembaga yang sama Indonesia hanya berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di dunia. (http://meilanikasim.wordpress.com/2009/03/08/makalah-masalah-pendidikan-di-indonesia/ diakses tanggal 1 Maret 2010 pukul 15.00 WIB).

Kualitas pendidikan Indonesia yang rendah itu juga ditunjukkan data Balitbang (2003) bahwa dari 146.052 SD di Indonesia ternyata hanya delapan sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Primary Years Program (PYP). Dari 20.918 SMP di Indonesia ternyata juga hanya delapan sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Middle


(20)

commit to user

Years Program (MYP) dan dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Diploma Program (DP).

(http://meilanikasim.wordpress.com/2009/03/08/makalah-masalah-pendidikan-di-indonesia/ diakses tanggal 1 Maret 2010 pukul 15.00 WIB). Sedangkan kualitas pendidikan di dalam negeri sendiri belakangan inipun juga cukup mengecewakan. Sebagaimana yang disampaikan Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Mohammad Nuh saat memberikan keterangan pers di Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas), Jakarta, Jumat (23/4/2010). Nuh menyampaikan bahwa tingkat kelulusan UN SMA/ MA 2010 mencapai 89,88%,turun 4% dibanding tahun sebelumnya,93,74%. Dari total 1.522.162 peserta UN tingkat SMA/MA, sebanyak 1.362.696 siswa dinyatakan lulus, sedangkan 154.079 (10,12%) tidak lulus. (http://ujiannasional.org/hasil-ujian-nasional-2010.htm diakses tanggal 20 Mei 2010 pukul 13.30 WIB)

Banyak faktor yang mungkin menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia. Beberapa diantaranya yaitu kekurangseriusan pemerintah menangani hal yang berkaitan dengan pendidikan, masih minimnya tenaga pengajar yang benar-benar mempunyai kualitas dalam mengajar, masih rendahnya anggaran untuk pendidikan, kurangnya sarana dan prasarana dalam pendidikan, maupun faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri, semisal kurangnya motivasi, aktivitas, dan minat untuk belajar.

Setiap negara di seluruh dunia begitu menekankan pentingnya kualitas pendidikan. Salah satu langkah konkret untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan menetapkan anggaran pendidikan yang lebih besar dibandingkan anggaran lainnya. China dan Korea Selatan menjadi dua negara yang begitu menekankan pentingnya pendidikan bagi rakyatnya. Anggaran pendidikan di China mencapai 13,1% dari anggaran negara, sedangkan di Korea Selatan anggaran pendidikan negara mencapai 18,9%. Bandingkan dengan Indonesia yang memang menganggarkan anggaran pendidikan sebesar 20%, namun pada prakteknya masih jauh dari kenyataan.


(21)

commit to user

( http://edukasi.kompasiana.com/2010/02/18/peningkatan-kualitas-pendidikan-di-indonesia/ diakses tanggal 1 Maret 2010 pukul 15.00 WIB).

Selain itu proporsi waktu untuk belajar bagi kebanyakan masyarakat di Indonesia masih sangat kurang. Sebagaimana yang disampaikan oleh Gamawan Fauzi yang kala itu menjabat sebagai gubernur Sumatera Barat saat meresmikan pencanangan Program Wajib Belajar Gratis 12 Tahun untuk Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel) di GOR Zaini Zein (Juni 2009) mengatakan, di Indonesia, secara umum masyarakat menghabiskan waktu mengisi ilmu (pendidikan) sekitar tujuh tahun, sedang di luar negeri mencapai 18,5 tahun. (http://samanui.wordpress.com/2009/06/19/mutu-pendidikan-di-indonesia-masih-rendah/ diakses tanggal 1 Maret 2010 pukul 15.00 WIB).

Pendidikan matematika memegang peran penting dalam perkembangan pendidikan. Dengan belajar matematika, siswa akan diajarkan banyak hal, diantaranya tentang cara berhitung, menggunakan rumus-rumus hitung, menerapkan suatu teorema untuk membuktikan teorema yang lain, dan lain-lain. Selain itu siswa juga diajarkan cara berpikir yang logis, sistematis dan rasional dalam menyelesaikan suatu masalah. Sehingga perkembangan pendidikan matematika adalah salah satu hal yang memegang peran penting dalam perkembangan pendidikan.

Kebanyakan siswa dalam belajar matematika hanya mendengarkan dan mengikuti apa yang disampaikan oleh guru. Padahal kebanyakan guru hanya memakai model konvensional dalam mengajar yaitu hanya menyampaikan materi pelajaran dengan ekspositori ataupun berceramah. Sehingga berkesan monoton dan kurang menarik bagi siswa. Selain itu, kebanyakan guru hanya mengajar saja tanpa memperhatikan suasana pembelajaran, apakah pembelajaran yang telah dilakukan telah dapat diterima oleh siswa dengan baik atau belum. Tak dapat dipungkiri, hal ini akan menyebabkan ketidaknyamanan para siswa dalam belajar dan akhirnya pikiran siswa menjadi tegang dan tertekan dalam mengikuti pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Sehingga dimungkinkan hal ini merupakan salah satu yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar para siswa tersebut.


(22)

commit to user

Statistika merupakan salah satu pokok bahasan dalam pelajaran matematika. Pokok bahasan statistika sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Statistika mempunyai peranan penting dalam banyak hal. Misalnya dalam menghitung jumlah penduduk suatu negara, peningkatan jumlah penduduk tersebut, penelitian-penelitian ilmiah dan sebagainya. Semuanya tidak terlepas dari peran statistika. Misalnya saja akan dilakukan penelitian mengenai usia wanita ketika menikah di seluruh propinsi di Indonesia. Adalah tidak mungkin pemerintah akan melibatkan semua wanita di Indonesia yang telah menikah. Selain biaya yang terlalu besar, waktu yang dibutuhkan untuk penelitian pun semakin lama. Untuk menghindari hal tersebut, digunakan statistika. Namun, kebanyakan siswa masih mengalami kesulitan dalam mempelajari statistika. Hal ini mungkin disebabkan karena statistika memakai perhitungan yang banyak dan rumit sehingga siswa merasa malas. Selain itu statistika sangat membutuhkan ketelitian yang tinggi. (Sartono, 2007: 2).

Sedangkan dalam usaha meningkatkan mutu dari pendidikan ataupun kualitas hasil belajar, banyak faktor yang mempengaruhi. Diantaranya terdapat faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi minat, bakat, kecerdasan dan lain-lain yang berkenaan dengan kondisi jasmani dan rohani siswa. Sedang faktor eksternal yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa, diantaranya metode pembelajaran, sarana dan prasarana maupun fasilitas belajar.

Model pembelajaran merupakan salah satu hal yang sangat berpengaruh dalam suatu pembelajaran. Dengan menerapkan model yang lebih bervariasi dan tepat, seorang guru akan mampu meningkatkan kualitas hasil belajar siswa. Dan sebaliknya, apabila model yang digunakan kurang baik maka kualitas hasil belajar yang diperoleh siswapun kurang maksimal. Pada saat ini kebanyakan guru menggunakan model konvensional yaitu menggunakan model pembelajaran dengan metode ceramah. Sehingga apabila menerapkan model konvensional ini, keaktifan siswa sangat kurang dan terbatas. Selain itu, penggunaan model konvensional ini terkesan umum dan


(23)

commit to user

biasa sehingga kurang menarik bagi siswa. Padahal pemilihan model pembelajaran yang menarik dan bervariasi diharapkan dapat menarik minat belajar siswa sehingga siswa terdorong untuk berperan lebih aktif dalam proses belajar. Sehingga dibutuhkan suatu model pembelajran baru yang menuntut siswa agar lebih aktif. Model pembelajaran kooperatif dengan tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) merupakan salah satu metode pembelajaran yang menuntut siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran di dalam kelompok-kelompok tertentu. Selanjutnya diharapkan siswa lebih giat lagi belajar dan berlatih mengerjakan soal-soal untuk memperdalam konsep yang dimiliki dalam kelompok-kelompok tersebut.

Selain itu, lingkungan belajar terutama suasana pembelajaran di dalam kelas sangatlah berpengaruh terhadap hasil belajar. Siswa yang belajar dalam suasana yang gaduh dan tertekan tentunya akan mempunyai prestasi belajar yang berbeda dengan siswa yang belajar dalam suasana yang nyaman dan menyenangkan. Dalam hal ini, suasana yang nyaman dan menyenangkan akan membuat pikiran siswa cenderung rileks dan tidak jenuh sehingga dapat dengan mudah menangkap apa yang sedang dipelajarinya. Terlebih lagi, matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit dan menakutkan bagi banyak siswa. Sehingga tak jarang pikiran siswapun akan tertekan dalam pembelajaran matematika ini. Pendekatan quantum learning merupakan salah satu pendekatan yang dalam proses pembelajarannya memperhatikan suasana belajar dalam kelas. Pendekatan ini senantiasa berusaha menciptakan suasana yang menyenangkan dan senyaman mungkin bagi para siswa. Salah satu langkah dalam pendekatan quantum learning adalah dengan mengiringi pembelajaran dengan musik yang dapat membuat pikiran siswa rileks dan nyaman. Dengan menciptakan suasana yang nyaman dan menyenangkan ini hasil dari pembelajaranpun akan meningkat.

Selain model pembelajaran, minat merupakan salah satu faktor yang mungkin mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa. Minat merupakan rasa ingin dalam diri seseorang terhadap sesuatu. Minat untuk belajar akan timbul pada diri siswa apabila pada dirinya terdapat sikap


(24)

commit to user

menaruh perhatian lebih terhadap pelajaran tertentu tanpa ada unsur paksaan. Adanya minat belajar yang optimal kemungkinan dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar yang optimal pula pada diri siswa.

B.Identifikasi Masalah

Dari latar belakang tersebut maka dapat diidentifikasi permaslahan sebagai berikut :

1. Dalam belajar matematika banyak faktor yang mempengaruhi kualitas hasil belajar. Diantaranya faktor intern meliputi minat, bakat, kecerdasan, dan lain-lain serta faktor eksternal meliputi kondisi lingkungan di sekitar siswa diantaranya metode, sarana maupun fasilitas pembelajaran. Karena kurangnya kualitas dari masing-masing faktor inilah yang mungkin menyebabkan rendahnya prestasi belajar matenatika siswa.

2. Penggunaan model pembelajaran yang bervariasi dengan metode-metode yang sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran akan membuat siswa lebih mudah menerima materi yang diajarkan. Tetapi masih banyak guru yang menggunakan model konvensional yang memakai metode konvensional di semua materi yang diajarkan, padahal tidak semua materi cocok disampaikan dengan metode konvensional. Banyak siswa yang kurang memahami materi pada pokok bahasan statistika yang diajarkan oleh guru dimungkinkan karena pemilihan model yang kurang tepat dalam pembelajaran tersebut.

3. Dalam pembelajaran matematika, guru umumnya kurang memperhatikan suasana pembelajaran, apakah para siswa dapat merasa nyaman mengikuti pembelajaran tersebut atau tidak. Karena pembelajaran yang tanpa diperhatikan suasana pembelajarannya dimungkinkan menyebabkan ketidaknyamanan bagi para siswa dalam belajar dan akhirnya pikiran siswa menjadi tegang dan tertekan. Dimungkinkan hal ini yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar para siswa tersebut.

4. Minat belajar sangat diperlukan oleh siswa dalam suatu pembelajaran matematika. Tetapi kebanyakan siswa beranggapan bahwa matematika itu


(25)

commit to user

pelajaran yang sulit dan menakutkan. Minat yang kurang terhadap matematika inilah yang mungkin mempengaruhi rendahnya prestasi belajar matematika siswa.

C.Pemilihan Masalah

Adalah tidak mungkin untuk melakukan penelitian dengan banyak pertanyaan dalam waktu yang bersamaan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini hanya akan dicoba menyelesaikan masalah penelitian yang kedua, ketiga dan keempat dari keempat masalah yang telah diidentifikasi di atas.

D.Pembatasan Masalah

Mengingat berbagai keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti, maka penelitian ini hanya akan dibatasi dalam :

1. Model yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan quantum learning untuk kelas eksperimen dan model konvensional untuk kelas kontrol. 2. Minat belajar siswa merupakan suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan

siswa untuk belajar. Minat belajar siswa dalam penelitian ini dibatasi pada minat belajar matematika siswa dengan minat belajar tinggi, sedang, dan siswa dengan minat belajar rendah untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol.

3. Prestasi belajar siswa dibatasi pada prestasi belajar matematika pada materi statistika, yaitu pada pokok bahasan tabel distribusi frekuensi dan menentukan ukuran pemusatan data berupa menentukan rataan, median, dan modus. Prestasi belajar ini adalah dari tes prestasi belajar yang dilakukan pada akhir penelitian terhadap siswa kelas XI semester ganjil tahun pelajaran 2010/2011 SMA Negeri 7 Surakarta.

E.Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah tersebut maka dapat disusun perumusan masalah sebagai berikut :


(26)

commit to user

1. Apakah siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan quantum learning menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang diberi pembelajaran dengan model konvensional?

2. Apakah siswa yang mempunyai minat belajar tinggi mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai minat belajar sedang, apakah siswa yang mempunyai minat belajar sedang mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai minat belajar rendah, dan apakah siswa yang mempunyai minat belajar tinggi mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai minat belajar rendah?

3. Pada siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan quantum learning, apakah prestasi siswa yang mempunyai minat belajar tinggi lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai minat belajar sedang maupun rendah dan apakah prestasi siswa yang mempunyai minat belajar sedang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai minat belajar rendah?

4. Pada siswa yang diberi pembelajaran dengan model konvensional, apakah prestasi siswa yang mempunyai minat belajar tinggi lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai minat belajar sedang maupun rendah dan apakah prestasi siswa yang mempunyai minat belajar sedang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai minat belajar rendah?

5. Pada siswa yang mempunyai minat belajar tinggi, apakah prestasi siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan quantum learning lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan model konvensional?

6. Pada siswa yang mempunyai minat belajar sedang, apakah prestasi siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model konvensional lebih


(27)

commit to user

baik dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan quantum learning?

7. Pada siswa yang mempunyai minat belajar rendah, apakah prestasi siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan quantum learning lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan model konvensional?

F.Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui apakah siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan quantum learning menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang diberi pembelajaran dengan model konvensional. 2. Mengetahui apakah siswa yang mempunyai minat belajar tinggi

mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai minat belajar sedang, apakah siswa yang mempunyai minat belajar sedang mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai minat belajar rendah, dan apakah siswa yang mempunyai minat belajar tinggi mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai minat belajar rendah.

3. Mengetahui apakah pada siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan quantum learning, prestasi siswa yang mempunyai minat belajar tinggi lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai minat belajar sedang maupun rendah dan prestasi siswa yang mempunyai minat belajar sedang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai minat belajar rendah.


(28)

commit to user

4. Mengetahui apakah pada siswa yang diberi pembelajaran dengan model konvensional, prestasi siswa yang mempunyai minat belajar tinggi lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai minat belajar sedang maupun rendah dan prestasi siswa yang mempunyai minat belajar sedang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai minat belajar rendah.

5. Mengetahui apakah pada siswa yang mempunyai minat belajar tinggi, prestasi siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan quantum learning lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan model konvensional.

6. Mengetahui apakah pada siswa yang mempunyai minat belajar sedang, prestasi siswa yang diberi pembelajaran dengan model konvensional lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan quantum learning.

7. Mengetahui apakah pada siswa yang mempunyai minat belajar rendah, prestasi siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan quantum learning lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan model konvensional.

G.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Memberi masukan kepada tenaga pengajar atau guru tentang penggunaan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan.

2. Memberi masukan kepada tenaga pengajar agar mampu menyampaikan pembelajaran dengan menarik sehingga siswa lebih tertarik dalam belajar. 3. Sebagai bahan pertimbangan, referensi dan bahan masukan pada materi


(29)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Belajar Mengajar

a. Pengertian Belajar

Menurut Tim Penyusun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999:14), “Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”. Sehingga belajar tidak bisa lepas dari usaha atau proses pembelajaran itu sendiri. Proses ini merupakan suatu proses dari yang tidak tahu sampai seseorang memperoleh pengetahuan tertentu.

Selain itu belajar bukan hanya sekedar menghafal dan mengingat. Menurut Nana Sudjana (2000:28), “Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang”. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu.

Sedangkan menurut Witherington dalam Ngalim Purwanto (1995:84), “Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian”.

Menurut Chaplin dalam Muhibbin Syah (2004:90), belajar dibatasi dalam dua rumusan yaitu, “Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman”. Sedangkan rumusan yang kedua yakni, “Belajar ialah proses memperoleh respons-respons sebagai akibat adanya latihan khusus”.

Sedang menurut Reber dalam Muhibbin Syah (2004:91), ia membatasi definisi belajar dalam dua macam yakni, “Belajar adalah proses memperoleh pengetahuan”, dan “Belajar adalah suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat”.


(30)

commit to user

Sehingga dari beberapa pengertian belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses memperoleh pengetahuan yang ditandai dengan perubahan yang terjadi dalam diri seseorang dari hal yang tidak tahu menjadi tahu yang mana perubahan tersebut bersifat menetap yang diperoleh dari akibat latihan dan pengalaman.

b. Pengertian Mengajar

Persoalan yang sering muncul adalah bagaimana cara guru mengembangkan dan menciptakan serta mengatur situasi yang memungkinkan siswa melakukan proses belajar sehingga bisa berubah tingkah lakunya dalam proses belajar. Persoalan ini menyangkut masalah mengajar, yakni kegiatan dan pekerjaan yang harus dilakukan guru dalam proses pembelajaran.

Sehingga mengajar bukan hanya menyampaikan sesuatu hal, melainkan melibatkan kognitif siswa atau peserta didik. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Mulyani Sumantri dan H. Johar Permana (2001:54), mereka menerangkan bahwa, “Mengajar adalah penciptaan lingkungan dimana struktur kognitif siswa dapat terbentuk dan berubah”. Tujuan mengajar adalah menyediakan pernyataan belajar yang memungkinkan siswa untuk mempraktekkan operasi tertentu. Dalam pengalaman belajar ini siswa harus berperan aktif menemukan sendiri secara induktif. Kepada anak harus diberikan kesempatan yang ekspensif untuk memanipulasikan lingkungan.

Sedangkan menurut Nana Sudjana (2000:28), “Mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses, yakni suatu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar”.

Selanjutnya Oemar Hamalik (1992:58) juga menyatakan bahwa, “Mengajar adalah menyampaikan proses menyampaikan pengetahuan dan kecakapan kepada siswa”.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa mengajar merupakan suatu proses menyampaikan pengetahuan dan kecakapan kepada siswa dengan cara mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitarn


(31)

commit to user

siswa sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar.

2. Prestasi Belajar Matematika

a. Pengertian Prestasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999:787) kata prestasi mempunyai pengertian, “Prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan/dikerjakan dan sebagainya)”.

Sehingga dapat dikatakan bahwa prestasi merupakan hasil yang telah dicapai dari apa yang telah dilakukan sebaik-baiknya dalam suatu hal tertentu. b. Pengertian Prestasi Belajar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999:787) dikatakan bahwa, “Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru”.

Berdasarkan dari uraian di atas, prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil usaha yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses belajar, yaitu adanya suatu perubahan pada diri siswa berupa perkembangan pengetahuan baru yang ditunjukkan dengan hasil berupa nilai.

c. Pengertian Matematika

Matematika merupakan salah satu bidang dalam ilmu pengetahuan. Matematika timbul dari pemikiran manusia yang berhubungan dengan penalaran seseorang. Menurut Tim Penyusun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999:637) menyatakan bahwa, “Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaiaan masalah mengenai bilangan”.

Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten.


(32)

commit to user

Namun demikian, pembelajaran dan pemahaman konsep dapat diawali secara induktif melalui pengalaman peristiwa nyata atau intuisi. Proses induktif-deduktif dapat digunakan untuk mempelajari konsep matematika.

Dari penegertian di atas, dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dan memakai penalaran dalam menyelesaikan suatu permasalahan.

d. Pengertian Prestasi Belajar Matematika

Berdasarkan pengertian prestasi belajar dan matematika yang telah diuraikan di atas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar matematika adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam mengikuti pelajaran matematika yang mengakibatkan perubahan pada diri seseorang berupa penguasaan dan kecakapan baru yang ditunjukkan dengan hasil berupa nilai dari suatu tes.

3. Pendekatan Pembelajaran

a. Pendekatan Quantum Learning

Quantum Learning adalah seperangkat metode dan falsafah belajar yang mengkombinasikan penumbuhan rasa percaya diri, ketrampilan belajar, dan kemampuan berkomunikasi dalam suatu lingkungan yang menyenangkan (DePorter, Bobbi & Hernacki, Mike, 1999: 15).

Quantum learning menemukan bentuknya di SuperCamp yang

dikembangkan DePorter bersama kawan-kawannya sejak awal tahun 1980-an. Dalam SuperCamp tersebut, kurikulum dikembangkan secara harmonis dan berisi kombinasi dari tiga unsur yaitu keterampilan akademis, prestasi atau tantangan fisik, dan keterampilan dalam hidup. Pembelajaran berdasarkan pada landasan konteks yang menyenangkan dan situasi penuh kegembiraan.

Pencetus quantum learning adalah seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria Georgi Lozanov, yang melakukan uji coba tentang sugesti dan pengaruhnya terhadap hasil belajar, teorinya yang terkenal disebut suggestology. Prinsipnya bahwa sugesti dapat mempengaruhi hasil belajar dan setiap detail apapun memberikan sugesti positif ataupun negatif (Udin Saefudin, 2008: 125).


(33)

commit to user

Menurut Lozanov dalam DePorter (1999:14) menyatakan bahwa beberapa teknik yang digunakan untuk memberikan sugesti positif dalam belajar diantaranya yaitu mendudukan siswa secara nyaman, memasang musik latar di dalam kelas, meningkatkan partisipasi individu, menggunakan poster-poster umtuk memberikan kesan besar sambil menonjolkan informasi, menyediakan guru-guru terlatih baik dalam seni pengajaran sugestif.

Istilah lain yang hampir dapat dipertukaran dengan suggestology adalah pemercepatan belajar (accelerated learning). Pemercepatan belajar didefinisikan sebagai memugkinkan siswa untuk belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal, dan dibarengi kegembiraan. Cara ini menyatukan unsur-unsur yang secara sekilas tampak tidak mempunyai persamaan: hiburan, permainan, warna, cara berpikir positif, kebugaran fisik, dan kesehatan emosional. Namun semua unsur ini bekerja sama untuk mengasilkan pengalaman belajar yang efektif.

1) Lingkungan Belajar yang Tepat

Belajar di lingkungan yang ditata dengan baik akan lebih mudah untuk mengembangkan dan mempertahankan sikap juara. Sedang sikap juara akan menghasilkan pelajar yang lebih berhasil dalam hal ini adalah prestasi belajar.

Selain itu dengan penataan lingkungan yang baik maka akan menjadi sarana yang bernilai dalam membangun dan mempertahankan sikap positif yang merupakan aset berharga dalam belajar.

Salah satu alasan keberhasilan program yang dilakukan DePorter adalah penciptaan lingkungan yang optimal, baik secara fisik maupun mental.

Dalam usaha menciptakan lingkungan yang optimal, DePorter melakukan hal-hal yang membuat suasana menyenangkan dan nyaman.

Sebelum suatu program dimulai, staf masuk ke dalam masing-masing kelas dan mengubahnya menjadi suatu tempat dimana siswa-siswi akan merasa nyaman, terdorong, dan mendapat dukungan. Kami memasukkan tanaman dan music, dan jika diperlukan, kami menyesuaikan temperature dan memperbaiki pencahayaan. Kursi-kursi bantalan (jok) supaya lebih nyaman,


(34)

commit to user

jendela-jendela dilap dan dinding-dinding dihiasi dengan poster-poster indah dan tulisan-tulisan yang bermakna positif (DePorter, 1999: 66).

Dengan berada pada lingkungan yang nyaman, maka akan membuat para siswa membuka diri untuk memperluas wilayah kenyamanan mereka dan mencoba hal-hal baru. Dan itulah keadaan pikiran yang ideal untuk belajar secara optimal.

2) Iringan Musik

Iringan musik merupakan kunci menuju quantum learning. DePorter (1999: 72) mengatakan bahwa alasan mengapa musik sangat penting untuk lingkungan quantum learning adalah musik sebenarnya berhubungan dan mempengaruhi kondisi fisiologis seseorang. Selama melakukan pekerjaan mental yang berat, tekanan darah dan denyut jantung akan cenderung meningkat. Gelombang-gelombang otak meningkat, dan otot-otot menjadi tegang. Selama relaksasi dan meditasi, denyut jantung dan tekanan darah menurun, dan otot-otot mengendur.

Georgi Lonazov, yang teknik-teknik pemercepatan belajarnya menjadi fondasi bagi SuperCamp, mencari cara untuk mengombinasikan pekerjaan mental yang menekan dengan fisiologi relaks agar melahhirkan pelajar-pelajar yang istimewa. Setelsh percobaan intensif dengan para siswa, ia mendapatkan bahwa musik adalah kuncinya. Relaksasi yang diiringi dengan musik membuat pikiran selalu siap dan mampu berkonsentrasi (DePorter, 1999: 72).

Menurut Lonazov dalam DePorter (1999: 72) menyatakan bahwa musik yang paling membantu adalah musik barok seperti Bach, Handel, Pachelbel, dan Vivaldi. Para komposer ini menggunakan ketukan yang sangat khas dan pola-pola yang secara otomatis menyinkronkan tubuh dan pikiran seseorang.

Pengaruh musik barok tidak terbatas pada manusia. Dalam eksperimen, tanaman mempunyai daun-daun yang subur dan akar yang besar jika musik barok ini dimainkan untuk tanaman-tanaman tersebut,


(35)

commit to user

dan tanaman ini bahkan cenderung mengarah ke musik, seolah-olah mengarah ke matahari. Akan tetapi, ketika diperdengarkana musik rock yang kacau, tanaman yang sama ini akan layu dan mati.

Selanjutnya, DePorter (1999: 74) juga menyebutkan bahwa dalam situasi otak kiri sedang bekerja, seperti mempelajari materi baru, musik akan membangkitkan reaksi otak kanan yang intuitif dan kreatif sehingga masukannya dapat dipadukan dengan keseluruhan proses. Otak kanan cenderung terganggu selama rapat, kuliah dan semacamnya, yang merupakan penyebab seseorang melamun saat berniat berkonsentrasi. Dengan memasang musik maka akan menyibukkan otak kanan ketika sedang berkonsentrasi pada aktivitas-aktivitas otak kiri.

3) Ikuti Tanda-Tanda Positif

DePorter (1999: 76) menyatakan bahwa, “Bila saya mengatakan tanda-tanda positif, saya sedang berbicara mengenai rangsangan visual yang mengingatkan Anda bahwa Anda mampu untuk menjadi orang yang istimewa”. Selanjutnya ia menyarankan beberapa hal yang dapat dimanfaatkan dalam tempat kerja, antara lain pemacu semangat, seperti slogan atau kata-kata mutiara, sertifikat dan penghargaan-penghargaan yang telah diterima, bentuk-bentuk dukungan berupa foto-foto saat seseorang berada di puncak prestasi, serta catatan, hadiah, atau kartu penghargaan dari teman-teman dan kolega.

Hal-hal di atas dapat memacu kerja dan memberi semangat kepada seseorang bahwa dia dapat melakukan hal-hal yang membanggakan dalam hidup.

4) Konsilidasi

Konsilidasi merupakan waktu untuk berhenti. DePorter (1999: 84) mengatakan, “Di SuperCamp, jeda merupakan persyaratan untuk setiap jenis sesi belajar”. Jadi di dalam suau pembelajaran ini akan selalu terdapat jeda ataupun waktu berhenti untuk beristirahat sejenak.


(36)

commit to user

Selanjutnya DePorter (1999: 84) menjelaskan bahwa jeda merupakan sesuatu yang sangat penting hingga kadang-kadang membiarkan para siswa menentukan sendiri kapan waktu jeda tersebut.

Selanjutnya DePorter menjelaskan alasan mengapa jeda ini sangat penting.

Ada beberapa alasan untuk ini; saya akan menyebutkan beberapa. Pertama, dalam setiap masa belajar, yang paling Anda ingat dengan baik adalah informasi yang Anda pelajari pada saat pertama dan terakhir. Karena itu, jika Anda sering meminta jeda, Anda akan mengingat lebih banyak dari seluruh informasi. Banyaknya jeda pendek ini berarti akan memperbanyak pertama dan terakhir. Kedua, ketika pikiran Anda menjadi letih, perubahan keadaan mental yang terjadi selama jeda akan menyegarkan kembali sel-sel otak Anda untuk langkah berikutnya (DePorter, 1999: 86).

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa quantum leaning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dalam pembelajarannya berupaya menciptakan suasana yang nyaman, santai, dan menyenangkan dengan cara menjadikan lingkungan belajar menjadi lingkungan belajar yang optimal, melaksanakan pembelajaran dengan iringan musik, memperhatikan tanda-tanda positif serta mempergunakan jeda dalam pembelajarannya.

4. Model Pembelajaran

a. Model Pembelajaran

Istilah model pembelajaran meliputi pendekatan suatu model pengajaran yang luas dan menyeluruh. Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yaitu: rasional teoritik, tujuan pembelajaran, tingkah laku pembelajaran, dan lingkungan yang diperlukan. Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas (http://smacepiring.wordpress.com).

Jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas.


(37)

commit to user

b. Model Pembelajaran Konvensional

Menurut Tim penyusun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999: 523), “Konvensional adalah tradisional”, sedangkan “ Tradisional diartikan sebagai sikap dan cara berfikir dan bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaa yang ada secara turun menurun”.

Dalam pembelajarannya, model konvensional menggunakan metode konvensional. Sedangkan metode konvensional yang biasa dipakai oleh guru dalam mengajar adalah metode ceramah ataupun metode ekspositori.

Langkah-langkah dalam model konvensional: 1) Pembukaan

Kegiatan pembukaan dalam proses pembelajaran dengan model konvensional adalah guru memberi salam dan menerangkan tentang materi yang akan dipelajari.

2) Kegiatan Inti

Kegiatan inti pembelajaran dalam model konvensional adalah berupa penjelasan materi yang terkait dari guru. Penyampaian materi ini dilakukan guru dengan berceramah atupun ekspositori. Umumnya pertama guru menuliskan materi di papan tulis dan selanjutnya menjelaskan materi tersebut dengan cara berceramah. Dapat pula selanjutnya guru memberi latihan soal-soal sekadarnya.

3) Penutup

Guru menutup pembelajaran di dalam kelas tersebut.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang biasa dipakai guru pada umumnya yaitu melalui metode ceramah atupun ekspositori. c. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan pembalajaran yang menekankan kegiatan belajar siswa secara bersama dalam suatu kelompok sehingga terjadi interaksi dalam kelompoknya dalam menyelesaikan masalah belajar.

Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Robert E. Slavin (2008:4), bahwa “Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam


(38)

commit to user

metode pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran”.

Sedangkan dalam pelaksanaan pembelajarannya, pembelajaran kooperatif dibedakan dalam beberapa tipe diantaranya yaitu tipe Pembelajaran Tim Siswa (PTS), tipe Student Team-Achievement Divisions (STAD), tipe Teams Games-Tournament (TGT), tipe Jigsaw II, dan tipe Team Accelerated Instruction (TAI).

Selanjutnya Slavin (2008:26) menjelaskan bahwa terdapat enam karakteristik prinsipil dalam pembelajaran kooperatif, antara lain :

1) Tujuan Kelompok.

Kebanyakan pembelajaran kooperatif menggunakan beberapa bentuk tujuan kelompok. Dalam tipe PTS, ini bisa berupa sertifikat atau rekognisi lainnya yang diberikan kepada tim yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.

2) Tanggung jawab individual

Ini dilaksanakan dalam dua cara. Yang pertama adalah dengan menjumlah skor kelompok atau nilai rata-rata kuis individual atau penilaian lainnya, seperti dalam model Pembelajaran Siswa. Yang kedua adalah spesialisasi tugas, di mana tiap siswa diberikan tanggung jawab khusus untuk sebagian tugas kelompok.

3) Kesempatan Sukses yang Sama

Karakteristik unik dari tipe PTS adalah penggunaan metode skor yang memastikan semua siswa mendapat kesempatan yang sama untuk berkontribusi dalam timnya. Metode tersebut terdiri atas poin kemajuan (STAD), kompetisi dengan yang setara (TGT), atau adaptasi tugas terhadap tingkat kinerja individual (TAI dan CIRC ).

4) Kompetisi Tim

Studi tahap awal dari STAD dan TGT adalah menggunakan kompetensi antar tim sebagai sarana untuk memotivasi siswa untuk bekerja sama dengan anggota lainnya.


(39)

commit to user

5) Spesialisasi Tugas

Unsur utama dari Jigsaw, GI, dan spesialis tugas yang lainnya adalah tugas untuk melaksanakan subtugas terhadap masing-masing anggota kelompok.

6) Adaptasi terhadap Kebutuhan Pokok

Kebanyakan tipe pembelajaran kooperatif menggunakan pengajaran yang mempercepat langkah kelompok, tetapi ada dua –TAI dan CIRC- mengadaptasi pengajaran terhadap kebutuhan individual.

d. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement Divisions)

Tipe pembelajaran STAD merupakan salah satu jenis dari berbagai tipe dalam pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran ini, siswa dikelompokkan dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari empat atau lima siswa per kelompok. Dalam hal ini guru hanya berperan sebagai fasilisator belajar dan bertugas menciptakan situasi belajar yang kondusif, sedangkan siswa bekerja sama dalam kelompoknya dalam memecahkan masalah-masalah belajar yang berkaitan dengan materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.

1) Komponen-Komponen Model Pembelajaran tipe STAD

Robert Slavin (2008:4) menjelaskan bahwa STAD terdiri dari lima komponen utama yaitu : presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, rekognisi tim.

a) Presentasi Kelas

Materi STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Presentasi kelas ini seperti dalam presentasi-presentasi biasa tetapi yang membedakan, presentasi kelas ini haruslah benar-benar fokus pada unit STAD.

b) Tim

Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras, dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua


(40)

commit to user

anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik.

c) Kuis

Setelah satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktik tim, para siswa akan mengerjakan kuis individual. Para siswa tidak dibolehkan saling membantu dalam mengerjakan kuis sehingga siswa bertanggung jawab secara individual memahami materinya.

d) Skor Kemajuan Individual

Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada setiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya.

Tabel 2.1 Skor Perkembangan Individu

Skor Kuis Skor Perkembangan

Individu

Turun lebih dari 10 0

Turun sampai dengan 10 10

Naik sampai dengan 10 20

Naik lebih dari 10 30

Tetap berada di puncak 30

e) Rekognisi Tim

Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai criteria tertentu. Skor tim siswa juga dapat digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka.


(41)

commit to user

Tabel 2.2 Penghargaan Kelompok

Kriteria Rata-rata Kelompok Penghargaan X ≤ 20

20 < X ≤ 25 X > 25

TIM BAIK TIM HEBAT TIM SUPER

2) Pelaksanaan Pembelajaran dengan Model Kooperatif tipe STAD a) Tahap Pengajaran

Tiap pelajaran dalam STAD dimulai dengan presentasi pelajaran di dalam kelas. Presentasi tersebut haruslah mencakup pembukaan, pengembangan, dan pengarahan-praktis tiap komponen dari keseluruhan pelajaran.

Menurut Slavin (2008:153) yang diadaptasi dari Good, Grouws, dan Ebmeir (1983), menyatakan bahwa penekanan yang dilakukan dalam pembelajaran diantaranya :

i. Pembukaan

Dalam pembukaan guru menekankan pada apa yang akan dipelajari siswa dan mengapa itu penting. Hal ini dilaksanakan untuk memotivasi siswa dalam mempelajari konsep yang diajarkan.

ii. Pengembangan

Hal-hal yang harus dilakukan guru dalam tahap pengembangan yaitu : (a) Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. (b) Pembelajaran kooperatif menekankan bahwa belajar adalah

memahami makna dan bukan hafalan.

(c) Mengontrol pemahaman peserta didik seseringmungkin.

(d) Memberi penjelasan mengapa jawaban pertanyaan tersebut benar atau salah.

(e) Beralih pada konsep yang lain jika siswa telah menguasai pokok masalahnya.


(42)

commit to user

Sedangkan yang dilakukan guru dalam pedoman pelaksanaan yaitu : (a) Menyuruh siswa mengerjakan soal atau menjawab pertanyaan yang

diberikan.

(b) Memanggil siswa secara acak untuk menjawab pertanyaan. b) Tahap Belajar Tim

Selama masa belajar tim, tugas para anggota tim adalah menguasai materi yang guru sampaikan di dalam kelas dan membantu teman sekelasnya untuk menguasai materi tersebut. Guru memberikan tugas atau lembar kegiatan beserta kunci jawabannya untuk didiskusikan oleh siswa. Apabila ada siswa mempunyai suatu permaslahan atau pertanyaan, sebaiknya ditanyakan terlebih dahulu pada anggota kelompoknya untuk didiskusikan bersama. Dalam berdiskusi untuk memecahkan masalah tersebut jika siswa masih mengalami kesulitan dapat ditanyakan kepada guru.

d. Model Kooperatif Tipe STAD dengan Pendekatan Quantum Learning Model kooperatif tipe STAD dengan pendekatan quantum learning merupakan suatu model pembelajaran baru yang memakai model kooperatif tipe STAD dan pendekatan quantum learning sekaligus dalam pembelajarannya. Dalam model kooperatif tipe STAD dengan pendekatan quantum learning ini, pembelajaran diatur sedemikian rupa sehingga siswa dapat melakukan diskusi dalam kelompok-kelompok yang heterogen tentang materi tertentu dalam suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan.

1) Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran Model Kooperatif Tipe STAD dengan Pendekatan Quantum Learning

Proses pembelajaran model kooperatif tipe STAD dengan pendekatan quantum learning antara lain meliputi tahap:

a) Persiapan Pembelajaran

i. Mempersiapkan bahan ajar dan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang akan dipakai dalam pembelajaran.


(43)

commit to user

ii. Mempersiapkan ruang atau tempat yang akan dipakai dalam pembelajaran. Ruangan dipersiapkan sedemikian rupa sehingga siswa merasa nyaman di dalamnya dan tidak merasa jenuh dengan kondisi ruangan yang akan dipakai dalam pembelajaran.

iii. Mempersiapkan perangkat audio yang akan digunakan untuk mengiringi selama proses pembelajaran berlangsung.

b) Pelaksanaan Pembelajaran 1) Pembukaan

Kegiatan pembukaan dalam proses pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD dengan pendekatan quantum learning dimulai dengan pengakraban antara guru dengan siswa dalam suasana yang santai dan rileks, pemberian motivasi dan semangat belajar pada siswa. Selanjutnya guru juga menjelaskan tentang jalannya pembelajaran yang akan dilakukan pada pembelajaran tersebut.

2) Kegiatan Inti

Hal-hal yang perlu dilakukan dalam kegiatan ini antara lain: i. Membentuk kelompok yang anggotanya terdiri dari 4 orang

secara heterogen.

ii. Guru menyajikan pelajaran atau presentasi kelas.

iii. Guru memberikan tugas berupa LKS kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompoknya.

iv. Semua anggota dalam kelompok berdiskusi untuk mengerjakan tugas dari guru. Selama berdiskusi ini, pembelajaran diiringi musik instrumen agar suasana terkesan lebih nyaman, santai dan menyenangkan yang dapat mendorong siswa untuk berkonsentrasi dan mengurangi ketegangan sehingga kinerja otak dapat optimal. Anggota dalam kelompok yang sudah mengerti


(44)

commit to user

dapat menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.

v. Melakukan jeda bila diperlukan. Dalam jeda ini, guru dapat memberi penyegaran baru berupa siswa disuruh berdiri dan melakukan relaksasi sertamemberi motivasi baru ataupun beberapa pengarahan tentang jalannya pembelajaran. vi. Menyerahkan atau mempresentasikan hasil kerja kelompok. vii. Guru memberikan kuis individual. Pada saat menjawab

tidak boleh saling membantu. Dan selama menjawab soal-soal masih diiringi musik instrumen.

viii. Memberikan penghargaan kelompok 3) Penutup

Guru menutup pembelajaran dengan menyimpulkan materi dengan menekankan pada hal-hal yang penting.

5. Minat Belajar Siswa

Minat merupakan suatu landasan yang paling meyakinkan demi keberhasilan suatu proses belajar. Jika seorang siswa memiliki rasa ingin belajar, ia akan cepat dapat mengerti dan mengingatnya. Sebaliknya belajar akan menjadi siksaan dan tidak memberi manfaat jika tidak disertai sifat terbuka bagi bahan-bahan pelajaran.

Minat dapat dimiliki dan dikembangkan dalam diri seseorang. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Kurt Singer (1987:78) bahwa “Minat bukanlah sesuatu yang begitu saja, melainkan sesuatu yang dapat dipelajari”.

Ada atau tidaknya minat dalam diri seseorang dapat berasal dari pengalaman-pengalaman yang diperoleh sebelumnya. Pengalaman-pengalaman ini sangat menentukan bagi proses belajarnya kelak. Sebagai contoh, psikoanalisis menunjukkan bahwa penolakan minat seksual dapat menghambat kegiatan berpikir dan melakukan penelitian, seorang anak yang tidak diperbolehkan bertanya dan melihat secara bebas dan wajar akan


(45)

commit to user

mengalami kesukaran dalam mengembangkan minat belajarnya karena rasa ingin tahu yang tak dapat tumbuh itu pasti akan menghambat proses belajar.

Minat merupakan salah satu unsur pribadi yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar individu. Tanpa adanya minat terhadap materi belajar maka individu tidak akan dapat belajar dengan sungguh-sungguh, akibatnya hasil belajar tidak akan sesuai dengan apa yang diharapkan. Menurut Winkel (1987: 105), “Minat diartikan sebagai kecenderungan subyek yang menetap, untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu”. Apabila seseorang anak masih juga ingin melanjutkan suatu aktivitas setelah ia menghabiskan banyak waktu untuk aktivitas itu, hal ini menandakan adanya minat. Dalam hal ini, siswa yang mempunyai minat yang tinggi terhadap matematika akan merasa senang mempelajari matematika dan akan menghabiskan banyak waktu dalam belajar matematika dibandingkan dengan siswa yang tidak begitu mempunyai minat terhadap matematika. Dengan adanya rasa senang terhadap matematika, siswa juga tidak mudah merasa bosan dalam belajar dan tertarik menyelesaikan permasalahan-permasalahan maupun soal-soal yang berhubungan dengan matematika.

Muhibbin Syah (2004: 67) berpendapat bahwa minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang besar terhadap sesuatu. Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut. Sedangkan menurut Slameto (1995: 180) bahwa minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat

Sedangkan Sadirman (1990:93) menjelaskan bahwa minat dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai berikut :


(46)

commit to user

a. Membangkitkan adanya suatu kebutuhan

b. Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau c. Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik d. Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.

Minat merupakan salah satu unsur pribadi yang berpengaruh terhadap keberhasilan belajar individu. Tanpa adanya minat terhadap materi belajar, individu tidak akan dapat belajar sungguh-sungguh, dan dampaknya hasil belajar tidak akan sesuai dengan yang diharapkan. Jika seseorang anak mempunyai minat belajar tinggi maka aktivitas belajar yang dilakukan dalam hal ini aktivitas belajar matematika akan tinggi pula dan lebih bermutu, baik kuantitas maupun kualitasnya sehingga akan mempengaruhi prestasi belajarnya. Sebaliknya, belajar yang tidak dilandasi oleh adanya minat maka anak akan merasa terpaksa dan belajar dengan keterpaksaan tidak akan memperoleh hasil yang baik

Dari berbagai pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa minat belajar matematika siswa adalah suatu rasa senang dan ketertarikan untuk mempelajari matematika tanpa paksaan yang mana siswa akan berkonsentrasi dan memberikan perhatian yang lebih terhadap matematika.

6. Tinjauan Materi Pokok Bahasan Statistika

a) Tabel Distribusi Frekuensi b) Ukuran Pemusatan Data

Rataan, median, dan modus memberikan gambaran pemusatan nilai-nilai dari suatu kumpulan data yang telah diamati. Oleh karena itu, rataan, median, dan modus disebut sebagai ukuran pemusatan data atau ukuran tendensi sentral.

1) Menentukan Rataan  Data Tunggal


(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

µ.2 = rataan siswa yang mempunyai minat belajar sedang µ.3 = rataan siswa yang mempunyai minat belajar rendah

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Ada perbedaan rataan yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada kelompok siswa dengan minat belajar matematika tinggi dan prestasi belajar matematika pada kelompok siswa dengan minat belajar sedang.

b. Ada perbedaan rataan yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada kelompok siswa dengan minat belajar matematika tinggi dan prestasi belajar matematika pada kelompok siswa dengan minat belajar rendah.

c. Tidak ada perbedaan rataan yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada kelompok siswa dengan minat belajar matematika sedang dan prestasi belajar matematika pada kelompok siswa dengan minat belajar rendah.

D. Pembahasan Hasil Analisis 1. Hipotesis Pertama

Berdasarkan uji anava dua jalan sel tak sama yang dilakukan diperoleh Fobs= 4,4787 > 4.00 = Ftab, sehingga Fobs merupakan anggota Daerah Kritik.

Karena Fobs merupakan anggota Daerah Kritik maka H0A ditolak, ini berarti bahwa

terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi perlakuan pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD dengan pendekatan Quantum

Learning dan model konvensional. Berdasarkan rataan marginal (model

kooperatif tipe STAD dengan pendekatan Quantum Learning adalah 84,6781 sedangkan pada siswa-siswa yang diberi model konvensional adalah 78,2971) sehingga dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa-siswa yang diberi pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD dengan pendekatan Quantum

Learning memiliki prestasi yang lebih baik daripada siswa-siswa yang diberi

model konvensional. Hal ini disebabkan karena model kooperatif tipe STAD dengan pendekatan Quantum Learning memiliki beberapa kelebihan, diantaranya adanya interaksi antara siswa melalui diskusi untuk menyelesaikan masalah yang akan meningkatkan keterampilan siswa dan juga baik siswa yang pandai maupun


(2)

commit to user

siswa yang kurang pandai sama-sama memperoleh manfaat melalui pembelajaran tersebut. Selain itu, model kooperatif tipe STAD dengan pendekatan Quantum

Learning dalam pembelajarannya menggunakan suasana kelas yang nyaman dan

menyenangkan, diantaranya dengan mengiringi musik dalam proses pembelajaran sehingga pikiran siswa akan rileks atau tidak tertekan sehingga hasil dari belajarpun akan maksimal.

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan Quantum Learning menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik daripada model konvensional pada materi statistika pokok bahasan tabel distribusi frekuensi dan ukuran pemusatan data.

2. Hipotesis Kedua

Berdasarkan uji anava dua jalan sel tak sama diperoleh Fobs = 3,4391 >

3,150 = Ftab, sehingga Fobs anggota Daerah Kritik. Karena Fobs merupakan anggota

Daerah Kritik maka H0B ditolak, ini berarti terdapat perbedaan pengaruh minat

belajar terhadap prestasi belajar matematika siswa.

Selanjutnya dari uji lanjut pasca anava diperoleh DK= {F│F > 6.3} dan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

a. F.1- .2 = 6,9140  DK

Hal ini berarti, ada perbedaan rataan yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada kelompok siswa dengan minat belajar matematika tinggi (rataan marginal = 88,5733) dan prestasi belajar matematika pada kelompok siswa dengan minat belajar sedang (rataan marginal = 79,8750). Dengan melihat rataan marginalnya maka disimpulkan bahwa siswa dengan minat belajar matematika tinggi mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik dibanding siswa dengan minat belajar sedang pada materi statistika pokok bahasan tabel distribusi frekuensi dan ukuran pemusatan data.

b. F.1- .3 = 6,6344  DK

Hal ini berarti, ada perbedaan rataan yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada kelompok siswa dengan minat belajar matematika tinggi (rataan marginal = 88,5733) dan prestasi belajar matematika pada kelompok


(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

siswa dengan minat belajar rendah (rataan marginal = 75,5286). Dengan melihat rataan marginalnya maka disimpulkan bahwa siswa dengan minat belajar matematika tinggi mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik dibanding siswa dengan minat belajar rendah pada materi statistika pokok bahasan tabel distribusi frekuensi dan ukuran pemusatan data.

c. F.2- .3 = 0.9320  DK

Hal ini berarti tidak ada perbedaan rataan yang signifikan antara prestasi belajar matematika pada kelompok siswa dengan minat belajar matematika sedang dan prestasi belajar matematika pada kelompok siswa dengan minat belajar rendah. Dengan demikian disimpulkan bahwa siswa dengan minat belajar matematika sedang mempunyai prestasi belajar matematika sama baiknya dibanding siswa dengan minat belajar rendah pada materi statistika pokok bahasan tabel distribusi frekuensi dan ukuran pemusatan data.

3. Hipotesis Ketiga

Berdasarkan uji anava dua jalan sel tak sama yang dilakukan diperoleh Fobs = 0,3615 < 3,150 = Ftab, sehingga Fobs bukan merupakan anggota

Daerah Kritik. Karena Fobs bukan merupakan anggota Daerah Kritik maka H0AB

tidak ditolak, ini berarti tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan minat belajar matematika siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi statistika pokok bahasan tabel distribusi frekuensi dan ukuran pemusatan data. Hal ini berarti bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan

Quantum Learning menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik

daripada model konvensional pada pokok bahasan tabel distribusi frekuensi dan ukuran pemusatan data baik secara umum maupun jika ditinjau dari masing-masing minat belajar siswa. Sedangkan prestasi belajar matematika siswa dengan minat belajar tinggi lebih baik dibandingkan minat belajar sedang maupun rendah, minat belajar sedang sama baiknya jika dibandingkan dengan minat belajar rendah baik secara umum maupun kalau ditinjau dari masing-masing model pembelajaran.


(4)

commit to user BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan kajian teori dan hasil analisis serta mengacu pada perumusan masalah yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Terdapat perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran melalui model kooperatif tipe STAD dengan pendekatan

quantum learning dengan siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan

model konvensional. Pembelajaran model kooperatif tipe STAD dengan pendekatan quantum learning menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik jika dibandingkan dengan model konvensional pada materi statistika siswa kelas XI SMA Negeri 7 Surakarta tahun ajaran 2010/2011. 2. Terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa dengan minat belajar

matematika tinggi, sedang, dan rendah pada materi statistika siswa kelas XI SMA Negeri 7 Surakarta tahun ajaran 2010/2011. Siswa yang memiliki minat belajar tinggi mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai minat belajar sedang maupun rendah. Siswa yang memiliki minat belajar sedang mempunyai prestasi belajar yang sama baiknya dibandingkan dengan siswa yang mempunyai minat belajar rendah. 3. Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan minat belajar

matematika siswa pada materi statistika siswa kelas XI SMA Negeri 7 Surakarta tahun ajaran 2010/2011. Hal ini berarti bahwa pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD dengan pendekatan quantum learning menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada model konvensional pada materi statistika baik untuk siswa yang mempunyai minat belajar matematika tinggi, sedang, maupun rendah. Siswa dengan minat belajar tinggi mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik dibandingkan siswa dengan minat belajar sedang maupun rendah dan siswa dengan minat belajar sedang mempunyai prestasi belajar sama baiknya


(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dengan siswa dengan minat belajar rendah jika ditinjau dari masing-masing model pembelajaran.

B. Implikasi 1. Implikasi Teoritis

Berdasarkan hasil penelitian, ternyata pembelajaran matematika dengan model kooperatif tipe STAD dengan pendekatan quantum learning lebih baik daripada pembelajaran matematika dengan model konvensional pada materi statistika. Hal tersebut berkenaan dengan beberapa hal yaitu:

a. Model kooperatif tipe STAD dengan pendekatan quantum learning memiliki kelebihan yaitu adanya interaksi antara siswa melalui diskusi kelompok untuk menyelesaikan masalah yang akan meningkatkan keterampilan siswa sehingga siswa yang pandai maupun siswa yang kurang pandai sama-sama memperoleh manfaat malalui aktivitas belajar tersebut. Disamping itu, dengan pendekatan quantum learning siswa akan mengalami pembelajaran dalam suasana yang nyaman sehingga hasil yang diperolehpun lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan model konvensional.

b. Berdasarkan hasil penelitian juga, diperoleh hasil bahwa siswa yang memiliki minat belajar matematika tinggi memiliki prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa dengan minat belajar sedang maupun rendah. Hal ini disebabkan karena siswa yang memiliki minat belajar tinggi memiliki ketertarikan dan kemauan yang tinggi untuk mempelajari matematika. Sedangkan siswa dengan minat belajar sedang maupun rendah kurang tertarik untuk belajar matematika sehingga berkesan kurang semangat belajar matematika.

c. Selain kedua hal di atas, berdasarkan penelitian juga diperoleh hasil bahwa model kooperatif tipe STAD dengan pendekatan quantum learning menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada model konvensional pada materi statistika baik untuk siswa yang mempunyai minat belajar tinggi, sedang, maupun rendah.


(6)

commit to user 2. Implikasi Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi pendidik dalam upaya peningkatan kualitas proses belajar mengajar dan prestasi belajar yang dicapai siswa pada materi statistika. Pembelajran dengan model kooperatif tipe STAD dengan pendekatan quantum learning dapat dijadikan suatu pertimbangan bagi guru sebagai alternatif untuk menyampaikan materi pelajaran kepada siswa khususnya pada materi statistika. Selain itu, guru juga harus memperhatikan minat belajar matematika siswa dalam rangka meningkatkan prestasi belajar matematika karena minat belajar matematika merupakan faktor yang berpengaruh terhadap prstasi belajar matematika siswa.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas, beberapa saran yang peneliti dapat sampaikan yaitu:

1. Kepada guru matematika penulis menyarankan agar pada materi statistika, pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD dengan pendekatan

quantum learning dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam

meningkatkan prestasi belajar siswa.

2. Seorang guru hendaknya memperhatikan dan dapat membangkitkan minat belajar matematika pada siswa sehingga prestasi belajarpun dapat ditingkatkan. Hal ini karena dengan minat belajar yang tinggi maka siswa akan lebih merasa tertarik dan senang dalam belajar serta memberikan perhatian yang lebih terhadap pelajaran tersebut sehingga dengan begitu prestasi belajar siswapun dapat meningkat.

3. Dalam penelitian ini model pembelajaran ditinjau dari minat belajar matematika siswa. Bagi para calon peneliti yang lain mungkin dapat melakukan tinjauan yang lain, misalnya motivasi, gaya belajar, karakteristik cara berpikir, kreativitas, aktivitas, dan lain-lain.

4. Hasil penelitian ini hanya terbatas pada materi statistika di SMA, sehingga mungkin bisa dicoba diterapkan pada materi yang lain dengan mempertimbangkan kesesuaiannya.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe (Student Team Achievement Divisions) STAD Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SD

1 6 165

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN TIPE STAD YANG DIMODIFIKASI PADA MATERI LOGIKA MATEMATIKA TERHADAP HASIL PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

0 7 113

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN QUANTUM LEARNING MIND MAPPING TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KESIAPAN BELAJAR SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI DI KABUPATEN

0 3 95

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE Eksperimentasi Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Tems and Division (STAD) dan Think Pair Share (TPS) terhada

0 2 17

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION(STAD) YANG DIMODIFIKASI PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA

0 5 109

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PROBLEM BASED LEARNING DAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA

0 1 118

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF MOOD UNDERSTAND RECALL DETECT ELABORATE REVIEW (MURDER) DENGAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) DAN MURDER PADA MATERI STATISTIKA DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI SMA

0 0 19

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING DITINJAU DARI GAYA BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SEMESTER GASAL SMP NEGERI 16 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/ 2014.

0 1 19

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING PADA POKOK BAHASAN STATISTIKA DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA KELAS XII SMK KELOMPOK TEKNOLOGI SE-KABUPATEN KEBUMEN TAHUN PELAJARAN 2012/2013.

0 0 12

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF MURDER RME DAN MURDER PADA MATERI STATISTIKA DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI SMA | Wahyuningtyas | 9348 19883 1 SM

0 1 11