BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Sistem Pendukung Keputusan SPK
Decision Support System atau Sistem Pendukung Keputusan SPK secara umum didefinisikan
sebagai sebuah sistem yang mampu memberikan kemampuan baik kemampuan pemecahan masalah maupun kemampuan pemgkomunikasian untuk masalah semi-terstruktur. Secara khusus,
SPK didefinisikan sebagai sebuah sistem yang mendukung kerja seorang manajer maupun sekelompok manajer dalam memecahkan masalah semi-terstruktur dengan cara memberikan
informasi ataupun usulan menuju pada keputusan tertentu.
Keputusan yang diambil untuk menyelesaikan suatu masalah dilihat dari keterstrukturannya yang bisa dibagi menjadi :
1. Keputusan terstuktur structured decision Keputusan terstruktur adalah keputusan yang dilakukan secara berulang-ulang dan bersifat
rutin. 2. Keputusan semiterstruktur semistructured decision
Keputusan semiterstruktur adalah keputusan yang memiliki dua sifat. Sebagian keputusan bisa ditangani oleh komputer dan yang lain tetap harus dilakukan oleh pengambil keputusan.
3. Keputusan tak terstruktur unstructured decision Keputusan tak terstruktur adalah keputusan yang penanganannya rumit karena tidak terjadi
berulang-ulang atau tidak selalu terjadi.
2.2. Sistem Informasi Geografis
Sistem Informasi Georafis atau Georaphic Information Sistem GIS merupakan suatu sistem informasi yang berbasis komputer, dirancang untuk bekerja dengan menggunakan data yang
memiliki informasi spasial bereferensi keruangan. Sistem ini mengcapture, mengecek,
Universitas Sumatera Utara
mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisa, dan menampilkan data yang secara spasial mereferensikan kepada kondisi bumi. Teknologi SIG mengintegrasikan operasi-operasi umum
database, seperti query dan analisa statistik, dengan kemampuan visualisasi dan analisa yang unik yang dimiliki oleh pemetaan. Kemampuan inilah yang membedakan SIG dengan Sistem Informasi
lainya yang membuatnya menjadi berguna berbagai kalangan untuk menjelaskan kejadian, merencanakan strategi, dan memprediksi apa yang terjadi. Sistem ini pertama kali diperkenalkan
di Indonesia pada tahun 1972 dengan nama Data Banks for Development. Munculnya istilah Sistem Informasi Geografis seperti sekarang ini setelah dicetuskan oleh General Assembly dari
International Geographical Union di Ottawa Kanada pada tahun 1967.
Ada tiga tipe data vector titik, garis, dan polygon yang bisa digunakan untuk menampilkan informasi pada peta. Titik bisa digunakan sebagai lokasi lokasi sebuah kota atau posisi tower
sebuah radio. Garis bisa digunakan untuk menunjukkan rute suatu perjalanan atau menggambarkan boundary
. Poligon bisa digunakan untuk menggambarkan sebuah danau atau sebuah Negara pada peta dunia. Setiap bagian dari data vector dapat saja mempunyai informasi-informasi yang
bersosiasi satu dengan lainnya seperti penggunaan sebuah label untuk menggambarkan informasi pada suatu lokasi.
2.3. Teori Metode AHP
Teori Analytic Hierarchy Process AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty seorang ahli ilmu pasti dari University of Pennsylvania pada tahun 1971-1975. AHP memungkinkan menyelesaikan
masalah-masalah yang berkaitan dengan faktor nyata dan tidak nyata. Data, gagasan, dan intuisi dapat diatur dengan menggunakan struktur hirarki secara logis. Hirarki adalah susunan dari faktor
elemen permasalahan yang ada yang dapat diatur dikendalikan. AHP memungkinkan untuk melihat elemen-elemen permasalahan secara terpisah-pisah. Satu elemen kemudian dibandingkan
dengan lainnya berdasarkan kriteria tunggal yang merupakan proses keputusan dari perbandingan berpasangan, serta membantu penyusunan permasalahan, mendorong melakukan pertimbangan
penilaian, dan mengumpulkan atau menggabungkan semua pertimbangan kedalam alternatif- alternatif yang diprioritaskan dari yang paling baik sampai yang paling buruk. Prosedur hitungan
AHP adalah dalam menyelesaikan persoalan dengan AHP ada beberapa tahapan, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
penguraian decomposition, perbandingan berpasangan pair comparisons, sintesa prioritas synthesis of priority, dan konsistensi logis logical consistency.
2.3.1. Prinsip-Prinsip Dasar Analytical Hierarchy Process AHP
Skala ukuran panjang meter, emperatur derajat, waktu detik dan uang rupiah telah digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk mengukur bermacam-macam kejadian yang sifatnya
fisik. Kita tahu bahwa penerapan seperti itu dapar diterima secara umum. Pertanyaan adalah apakah kita dapat memperluas dan membenakan penggunaan sekala tersebut secara beralasan dan
mudah dipahami untuk mencerminkan perasaaan-perasaan kita pada bermacam-macam persoalan sosial, ekonomi, dan politik? Sulit dibayangkan, sebab disini lebih cocok bila digunakan suatu
ukuran lain yang telah Sederhana, misalnya persentase. Namun, variabel-variabel sosial, ekonoo, an politik tidak jaang
yang sulit diukur, seperti misalnya bagaimana mengukur produk yang berupa rasa aman karena tidak adanya serangan dari neara lain yang dihasilkan karena pengeluaran pemerintah dibidang
pertahanan, bagaimana mengukur kerugian yang diderita masyarakat karena bermacam-macam polusi dan kerusakan leingkungan akibat industrialisasi, bagaimana mengkuantifikasi kesenangan
karena dapat menikmati waktu senggang, dan sebagainya Mulyono,1996.
Dalam menyelesaikan persoalan dengan AHP ada prinsip-prinsip yang harus dipahami, diantaranya adalah: decomposition, comparative judgement, synthesis of priority, dan logical
consistency .
Decomposition merupakan suatu proses memecahkan persoalan yang utuh menjadi unsur-
unsurnya. Ika ingin mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan juga dilakukan terhadap unsur- unsur sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan beberapa
tingkatan dari persoalan tadi. Karena alasan ini maka proses analisis ini dinamakan hirarki. Ada dua jenis hirarki yaitu lengkap dan tak lengkap. Dalam hirarki lengkap, semua elemen pada suatu
tingkat memiliki semua elemen tang ada pada tingkat berikutnya. Jika tidak demikian, dinamakan hirarkin tak lengkap.
Universitas Sumatera Utara
Comporative judgement berarti membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen
pada suatu tingkat tertentu yang dalam kaitannya dengan tingkat diatasnya. Penilaian ini merupakan ini dari AHP, karena ia akan berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen. Hasil dari
penilaian ini akan tampak lebih enak bila disajikan dalam bentuk matriks yang dinamakan pairwise comparison
. Agar diperoleh skala yang bermanfaat ketika membandingkan dua elemen, seseorang yang akan memberikan jawaban perlu pengertian menyeluruh tentang elemen-elemen
yang dibandingkan oleh relevansinya erhadap kriteria atau tujuan yang dipelajari.
Synthesis of priority dihasilkan dari setiap matriks pairwise comparison kemudian dicari
eigenvectornya untuk mendapatkan local priority. Karena matriks pairwise comparison terhadap pada settiap tingkat, maka untk mendapatkan global priority harus dilakukan sintesa di antara
local priority , prosedur melakukan sintes berbeda menurut bentuk hirarki. Pengurutan elemen-
elemen menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesa dinamakan priority setting.
Local consistency merupakan proses penghasilan konsistensi dimanan makna konsistendi
yaitu bahwa objek-objek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi.
2.4. Algoritma Dijkstra
Pencarian rute terpendek termasuk kedalam materi teori graf. Algoritma yang sangat terkenal untuk menyelesaikan persoalan ini adalah algoritma Dijkstra. Algoritma ini ditemukan oleh
seorang ilmuwan komputer berkebangsaan belanda yang bernama Edsger Dijkstra. Algoritma dijkstra digunakan untuk menetukan jarak terpendek pada sebuah graf berarah. Contoh penerapan
algoritma dijkstra adalah lintasan terpendek yang menghubungkan dua lokasi,tempat berlainan tertentu single-source single-destination shortest path problem. Algoritma dijkstra membutuhkan
parameter tempat asal dan tempat tujuan. Hasil akhir algoritma ini adalah jarak terpendek dari tempat asal ke tempat tujuan beserta rutenya.
Jika menggunakan algoritma Djikstra untuk menentukan jalur terpendek dari suatu graph, maka akan menemukan jalur yang terbaik karena pada waktu penentuan jalur yang akan dipilih
Universitas Sumatera Utara
akan dianalisis bobot dari node yang belum terpilih, lalu dipilih node dengan bobot terkecil. Algoritma Djikstra mencari jarak terpendek dari node asal ke vertex terdekatnya, kemudian ke
vertex kedua, dan seterusnya.
Ada beberapa cara pencarian rute terpendek yang diselesaikan menggunakan algoritma Dijkstra, yaitu:
1. Pencarian rute terpendek antara dua buah simpul tertentu a pair shortest path 2. Pencarian rute terpendek dari simpul tertentu ke semua simpul yang lain single source
shortest path 3. Pencarian lintasan terpendek antara dua buah simpul yang melalui beberapa simpul tertentu
intermediate shortest path
2.5. Google Maps