17
7,0 7,5
8,0 8,5
9,0 9,5
10,0 10,5
11,0 11,5
12,0
3 6
9 12
15 18
21
B obot
May aca
fl uvi
at il
is gram
Waktu pengamatan hari ke-
Perlakuan A Perlakuan B
Perlakuan C
4.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Pertambahan bobot basah Mayaca fluviatilis
Mayaca  fluviatilis  adalah  salah  satu  tumbuhan  air  yang  mampu  beradaptasi pada perairan yang mengandung bahan organik tinggi Philipps 2010.  Berdasarkan
kemampuan adaptasi tersebut, M. fluviatilis mampu meningkatkan pertumbuhannya sebagai hasil penyerapan unsur hara yang terdapat dalam perairan.  Pada penelitian
ini,  pertumbuhan  M.  fluviatilis  dihitung  berdasarkan  perubahan  bobot  basah  total
selama pengamatan sebagaimana yang disajikan pada Gambar 6 dan Lampiran 3a.
Gambar 6. Pertambahan bobot Mayaca fluviatilis pada ketiga perlakuan Berdasarkan  Gambar  6,  pertambahan  bobot  M.  fluviatilis  selama  pengamatan
cenderung  fluktuatif.    Pada  tiga  hari  pertama,  seluruh  M.  fluviatilis  pada  setiap perlakuan  mengalami  peningkatan  dengan  pertambahan  bobot  paling  tinggi  pada
perlakuan  C,  sedangkan  pada  hari  selanjutnya  sampai  hari  terakhir  pengamatan, terjadi  fluktuasi  penurunan  dan  pertambahan  bobot  yang  bervariasi.    Pada  akhir
pengamatan  diperoleh  bobot  basah  total  paling  tinggi  pada  perlakuan  C  sebesar 11,19 gram dengan doubling time selama 57 hari, disusul oleh perlakuan B dengan
bobot  basah  total  sebesar  10,47  gram  dengan  doubling  time  selama  83  hari,  dan pertambahan bobot yang paling rendah adalah perlakuan A dengan bobot basah total
di akhir pengamatan sebesar 10 gram dengan doubling time selama 119 hari.
18
15 16
17 18
19 20
21 22
23 24
25 26
27
3 6
9 12
15 18
21
Su hu
°C
Waktu pengamatan hari ke-
Perlakuan A Perlakuan B
Perlakuan C
4.1.2. Suhu
Suhu  merupakan  salah  satu  faktor  yang  sangat  berperan  dalam  pengendalian kondisi  perairan.    Metabolisme  biota  akan  meningkat  jika  terjadi  kenaikan  suhu
hingga batas tertentu.  Variasi suhu untuk masing-masing perlakuan cenderung sama setiap  pengamatan.    Hal  ini  dipengaruhi  oleh  pengaturan  suhu  yang  terkontrol  di
tempat penelitian karena menggunakan air conditioner.  Pengukuran parameter suhu dilakukan setiap tiga hari.  Suhu yang tercatat berkisar antara 23-26
o
C, seperti yang terlihat pada Gambar 7 dan Lampiran 4a.
Gambar 7. Nilai suhu pada ketiga perlakuan Penurunan  suhu  terjadi  dari  pengamatan  hari  ke-0  sampai  hari  ke-9,  dan
setelah  hari  ke-9  sampai  hari  ke-21  suhu  cenderung  konstan.    Nilai  suhu  rata-rata selama  pengamatan  dari  perlakuan  A,  B,  dan  C  masing-masing  adalah  23,97
o
C, 24,23
o
C,  dan  24,52
o
C,  sehingga  masih  berada  pada  kisaran  suhu  yang  baik  untuk pertumbuhan M. fluviatilis 20-30
o
C DEEDI 2010. 4.1.3.
pH
Nilai  pH  menggambarkan  konsentrasi  ion  hidrogen  dalam  suatu  perairan. Nilai  pH  pada  suatu  lingkungan  berkaitan  erat  dengan  kandungan  karbondioksida
dalam  lingkungan  tersebut.    Semakin  tinggi  nilai  pH,    semakin  rendah  kadar karbondioksida  dalam  air.    M.  fluviatilis  tumbuh  optimal  pada  kisaran  pH  6.8-8.5.
Pengukuran pH dilakukan tiga hari sekali Gambar 8 dan Lampiran 4b.
19
5,0 5,5
6,0 6,5
7,0 7,5
8,0 8,5
9,0 9,5
10,0
3 6
9 12
15 18
21
pH
Waktu pengamatan hari ke-
MF-150 MF-300
MF-700
4 4,5
5 5,5
6 6,5
7 7,5
8 8,5
9
3 6
9 12
15 18
21
D O
m g
L
Waktu pengamatan hari ke-
Perlakuan A Perlakuan B
Perlakuan C
Gambar 8. Nilai pH pada ketiga perlakuan Selama  pengamatan  nilai  pH  cenderung  fluktuatif  dengan  kisaran  rata-rata
antara 7,5-8,1.  Nilai pH terendah tercatat pada hari ke-9, sedangkan  nilai tertinggi tercatat pada hari ke-15.  Nilai pH rata-rata selama pengamatan dari perlakuan A, B,
dan  C  masing-masing  adalah  7,52,  7,67,  dan  7,64.    Berdasarkan  variasi  nilai  pH yang masih berada pada kisaran 6,8-8,5, maka kriteria perairan masih termasuk ideal
bagi pertumbuhan organisme akuatik termasuk tumbuhan air Pescod 1973.
4.1.4. DO