Fisika-Kimia Air untuk Pendederan Ikan Gurame

2.3 Fisika-Kimia Air untuk Pendederan Ikan Gurame

Air sebagai media pemeliharaan ikan memiliki peranan yang sangat penting baik kuantitas maupun kualitasnya. Padat penebaran dapat mempengaruhi fisika kimia air media pemeliharaan seperti meningkatnya sisa hasil metabolisme ikan dan konsumsi oksigen. Adanya suatu peningkatan padat penebaran dalam suatu wadah terbatas mengakibatkan perubahan fisika, kimia dan biologi media pemeliharaan. Menurut Stickney 1979 pada kondisi padat penebaran yang semakin tinggi maka konsumsi oksigen dan akumulasi bahan buangan metabolik ikan akan semakin tinggi. Suhu merupakan faktor yang mempengaruhi laju metabolisme dan kelarutan gas dalam air Zonneveld et al., 1991. Padat penebaran akan meningkatkan suhu media apabila di ruang tertutup packing, tidak ada pergantian air, tidak ada difusi oksigen dengan atmosfer dan dan tidak ada aerasi Stickney, 1979. Suhu yang semakin tinggi meningkatkan laju metabolisme ikan dan respirasi yang terjadi semakin cepat sehingga mengurangi konsentrasi oksigen di air. Pengaruh suhu dan konsentrasi oksigen tersebut dapat menyebabkan stres bahkan kematian pada ikan. Perubahan suhu melebihi 3-4 C akan menyebabkan perubahan metabolisme yang mengakibatkan kejutan suhu, meningkatkan toksinitas kontaminan yang terlarut, menurunkan DO dan kematian pada ikan Effendi, 2003. Benih ikan gurame dapat hidup baik pada suhu 25-30 C BSN, 2000. Tabel 2 memperlihatkan pengaruh padat penebaran dapat menurunkan fisika kimia air pemeliharaan benih ikan gurame. Peningkatan padat penebaran dapat menurunkan nilai oksigen terlarut, meningkatkan kandungan amoniak dan nilai pH air sehingga kualitas air menurun. Stickney 1979 menyatakan, bahwa suplai oksigen di perairan sebaiknya berbanding lurus dengan kepadatan ikan dan jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ikan. Oksigen terlarut dibutuhkan oleh biota akuatik termasuk ikan untuk respirasi dan pembakaran bahan makanan dalam tubuh dan bagi lingkungan media untuk proses oksidasi amoniak dan laju oksidasi nitrit. Keterbatasan oksigen dalam media menyebabkan kompetisi antara ikan dengan makhluk hidup air lainnya di dalam media tersebut. Kelarutan oksigen yang rendah juga dapat mengakibatkan proses dekomposisi bahan organik, sisa pakan dan hasil metabolisme menjadi terhambat, sehingga menyebabkan amoniak meningkat dan pH semakin basa. Kandungan oksigen terlarut dalam air dan untuk kehidupan ikan minimal tersedia sebanyak 5 ppm dan jika kurang dari 3 mgliter dapat mengakibatkan kematian pada ikan Boyd, 1979. Tabel 2. Fisika-kimia air media pemeliharaan ikan gurame Osphronemus gouramy Lac. sistem resirkulasi dan stagnan Padat Penebaran ekorliter Media Ukuran cm DO mgl NH 3 mgl pH Suhu Ket 2,5 stagnan 0,55 3,14-7,78 TD-0,005 6,52-7,08 30,0-34,3 a 5 stagnan 0,55 2,19-6,73 TD-0,005 6,61-6,93 30,2-33,2 7,5 stagnan 0,55 2,10-6,60 TD-0,005 6,53-6,94 30,0-33 10 stagnan 0,55 1,52-6,51 TD-0,005 6,21-6,90 30,0-33,6 6 stagnan 1,5 3,02-5,04 0,01-0,16 7,22-7,60 28,0-29,0 b 8 stagnan 1,5 2,15-4,67 0,02-0,19 7,19-7,57 28,0-29,0 10 stagnan 1,5 1,21-5,19 0,01-0,17 7,12-7,51 28,0-29,0 6 resirkulasi 1,3 4,88-5,39 0,01-0,025 7,37-7,84 27,0 c 9 resirkulasi 1,3 4,54-5,39 0,008-0,025 7,36-7,84 27,0 12 resirkulasi 1,3 4,63-5,39 0,007-0,025 7,43-7,84 27,0 Keterangan : a Sarah, 2002; b Bugri, 2006; c Rahmadani, 2007 Kisaran pH bagi kehidupan ikan dan proses laju nitrifikasi oleh bakteri Nitrosomonas sp. dan Nitrobacter sp. adalah sebesar 7-8,5 Boyd, 1979. Kisaran pH air yang baik bagi ikan gurame berkisar antara 6,5-8,5 BSN, 2000. Tinggi rendahnya pH dalam suatu perairan dipengaruhi oleh jumlah kotoran dalam lingkungan perairan, khususnya sisa pakan dan hasil metabolisme. Semakin tinggi padat penebaran dalam wadah budidaya, maka bahan organik dan sisa metabolisme juga semakin tinggi. Amoniak dieksresikan ikan sebagai hasil akhir metabolisme protein dan dalam bentuknya yang tidak terionisasi. Amoniak juga merupakan racun bagi ikan sekalipun pada konsentrasi yang sangat rendah. Konsentrasi amoniak dalam media pemeliharaan dapat meningkat seiring meningkatnya padat penebaran dan ukuran ikan, karena semakin tinggi padat tebar, semakin tinggi biomassa ikan sehingga semakin banyak amoniak yang dieksresikan. Tingkat toleransi amoniak bagi biota akuatik adalah tidak lebih dari 0,2 mgl Effendi, 2003. Alkalinitas adalah gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam atau biasa juga diartikan sebagai kapasitas penyangga buffer capacity terhadap perubahan pH. Effendi 2003 menyatakan, bahwa perairan yang mengandung alkalinitas ≥20 mgl CaCO 3 relatif stabil terhadap perubahan asam dan basa sehingga kapasitas buffer atau basa lebih stabil. Nilai alkalinitas yang baik untuk budidaya ikan yaitu 50-200 mgl Saparinto, 2008.

2.4 Sistem Resirkulasi