1.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peningkatan kesejahteraan hidup rakyat melalui pembangunan di bidang industri, nampak memberikan dampak terhadap perubahan lingkungan perairan
pesisir dan laut karena buangan limbah yang dihasilkan. Salah satu limbah berbahaya dan beracun bagi organisme adalah logam berat tembaga. Limbah
tersebut berpotensi menurunkan fungsi dan daya guna air termasuk mengganggu kehidupan organisme akuatik. Gangguan tersebut dapat berupa
gangguan fungsi fisiologis, pertumbuhan, reproduksi, bahkan mengakibatkan kematian.
Tembaga merupakan salah satu logam berat yang paling sering digunakan dalam sektor industri dan menghasilkan limbah sebanyak 35x10
3
hingga 90x10
3
ton per tahun di permukaan perairan seluruh dunia Perales-Vela et al., 2007. Fenomena tersebut secara signifikan terjadi pada daerah pesisir yang
merupakan tempat bermuaranya limbah perkotaan, run off dari kegiatan industri, pertambangan, dan pertanian. Limbah ini akan terus meningkat dari waktu ke
waktu seiring berkembangnya perkotaan dan kegiatan industri. Tembaga digolongkan ke dalam logam berat essensial dan berfungsi
sebagai mikronutrien dalam proses pertumbuhan makroalga, membantu kerja enzim kofaktor enzim, pembawa carrier elektron dalam proses fotosintesis
dan respirasi Perales-Vela et al., 2007. Makroalga adalah komponen essensial sebagai produsen pada ekosistem akuatik yang memproduksi oksigen dan
substansi organik melalui proses fotosintesis yang sangat dibutuhkan bagi organisme lainnya antara lain ikan dan invertebrata Eklund dan Kautsky, 2003.
Pertumbuhan makroalga seperti Gracilaria edulis sangat dipengaruhi oleh kualitas lingkungan perairan. Tingginya konsentrasi logam berat di perairan
dapat bersifat toksik dan pada akhirnya mampu menghambat pertumbuhan makrolaga tersebut. Penelitian fitotoksikologi logam berat tembaga pada
makroalga khususnya Gracilaria edulis di Indonesia masih sangat sedikit. Sejauh ini mikroalga dan tumbuhan tingkat tinggi masih mendominasi dalam uji toksisitas
logam berat dan hanya 82 artikel yang ditemukan dari tahun 1959-2000 yang membahas mengenai respon toksisitas logam berat pada makroalga Eklund dan
Kautsky, 2003; Melville dan Pulkownik, 2006. Berdasarkan laporan tersebut makroalga yang sering diuji adalah kelompok makroalga coklat dan hijau yang
hidup pada daerah subtropik dengan jenis Fucus spp dan Enteromorpha spp dan respon fisiologis makroalga akibat cemaran logam berat Cu berbeda-beda
sensitifitasnya antara jenis yang satu dengan jenis lainnya tergantung daerah atau habitat dari masing-masing organisme tersebut. Melihat kondisi tersebut
perlu dilakukan studi fitotoksikologi pertumbuhan, klorofil-a, dan struktur talus pada Gracilis edulis yang hidup pada daerah tropis akibat cemaran logam berat
Cu.
1.2 Kerangka Pemikiran