Kritik Teks Kajian Fililogi

xlvi 5 Pupuh V Gambuh terdiri dari 48 bait. Terdapat sasmita tembang ‘gambuh’ . Dapat dilihat pada Pupuh V Bait 1 Baris 1: gambuh dènya andulu ……………………… 6 Pupuh VI Sinom terdiri dari 11 bait. Terdapat sasmita tembang ‘sinom’. Dapat dilihat pada Pupuh V Bait terakhir Baris terakhir: ………………………… maning omong kasbut sinom Pada halaman 1 terdapat cap Sasana Pustaka Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dengan tinta berwana biru. Hal ini dapat dilihat pada uplikan teks berikut ini: Grafik 14. Cap Sasana Pustaka Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat Sumber: naskah SSU halaman 1.

2. Kritik Teks

Kritik teks menurut Paul Mass dalam Darusuprapta dan Hartini adalah menempatkan teks pada tempat yang sewajarnya, memberi evaluasi terhadap teks, meneliti atau mengkaji lembaran naskah dan lembaran bacaan yang mengandung kalimat-kalimat atau rangkaian kata-kata tertentu Paul Mass dalam Darusuprapta dan Hartini , 1989: 20. Darusuprapta menyatakan bahwa tujuan utama kritik teks adalah untuk mendapatkan bentuk teks yang mendekati aslinya, teks yang otentik yang ditulis oleh pengarang tertutup kemungkinan ketika proses penyalinan terjadi kesalahan xlvii atau kelainan. Dalam kritik teks, seorang filolog dituntut untuk mempunyai alasan kuat serta didukung data yang relevan dalam menentukan bacaan yang benar, agar tidak terjadi penyimpangan. Naskah yang telah melewati proses ini telah dapat dipertanggungjawabkan secara filologis Darusuprapta, 1984: 20. Dalam kritik teks peneliti haruslah mempunyai alasan yang ilmiah sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Kritik teks akan menghasilkan suntingan teks. Varian-varian yang ditemukan dalam evaluasi teks ditempatkan di bawah teks footnote sebagai bagian dari aparat kritik. Dalam penelitian ini kritik teks, suntingan teks dan aparat kritik dilakukan secara bersamaan, sehingga suntingan teks yang dihasilkan sudah melalui tahapan kritik teks. Dalam mengkritik sebuah teks biasanya ditemukan varian-varian, dalam SSU varian-varian tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu: 1. hipercorect : perubahan ejaan karena pergeseran lafal. 2. perubahankesalahan penyalinan yang mengakibatkan perubahan makna. Berikut merupakan tabel kesalahan-kesalahan yang ditemukan dalam SSU: Tabel 1. Hipercorect No P Bb Naskah Edisi 1 I 510 Ngat Ngad 2 I 1010 sagsana saksana 3 II 37 lagsi laksi 4 II 185 lokamantala lokamandhala 5 III 151 rinombag rinombak 6 III 234 Guprênur Génral Gupêrnur Jéndral 7 IV 79 mracima pracima xlviii 8 IV 152 règ rèk 9 IV 153 murup murub Sumber: naskah SSU Tabel 2. Kesalahan penyalinan yang menyebabkan terjadinya perubahan makna No P Bb Naskah Edisi 1 IV 117 sawosa sawusa 2 VI 63 nudyat dudyat Sumber: naskah SSU Keterangan: No : Nomor urut P : Pupuh Bb : Bait baris naskah Naskah : Kesalahan bacaan pada naskah Edisi : Bacaan yang betul : Pembetulan berdasarkan pertimbangan linguistik : Pembetulan berdasarkan konteks kalimat

3. Suntingan Teks disertai Aparat Kritik