1 Santri mukim, yaitu santri yang datang dari tempat yang jauh, dimana tidak memungkinkan untuk pulang ke rumahnya, maka dia mondok tinggal di pesantren.
Santri mukim memiliki kewajiban-kewajiban tertentu yang ditetapkan oleh pondok pesantren, antara lain: salat wajib berjamaah, jam wajib belajar, membersihkan pondok,
dan lain sebagainya.
58
2 Santri kalong, yaitu santri-santri yang berasal dari daerah sekitar pesantren, yang memungkinkan mereka pulang ke tempat tinggal masing-masing. Santri kalong ini
mengikuti pelajaran dengan cara pulang-pergi antara rumahnya dengan pesantren. Di dunia pesantren biasa juga dilakukan seorang santri pindah dari suatu pesantren ke
pesantren lain, setelah merasa cukup mendalami ilmu di suatu pesantren. Biasanya kepindahannya itu untuk menambah dan mendalami suatu ilmu yang menjadi keahlian dari
seorang kyai yang akan didatanginya itu. Pada pesantren yang masih tergolong tradisional, lamanya santri bermukim diukur dari kitab yang dibacanya.
59
c. Masjid
Masjid pada hakekatnya merupakan sentral kegiatan umat Islam, baik dalam dimensi ukhrawi tempat beribadah kepada Allah Swt maupun duniawi tempat dilaksanakannya pendidikan agama Islam. Suatu pesantren mutlak
memiliki masjid, sebab di masjid-lah tempat dilaksanakan proses belajar mengajar agama Islam, sebelum pesantren mengenal sistem klasikal. Kendati saat sekarang kebanyakan pesantren telah melaksanakan proses belajar mengajar di
dalam kelas, namun masjid tetap difungsikan sebagai tempat belajar-mengajar. Kyai sering mempergunakan masjid sebagai tempat membaca kitab-kitab klasik, dengan metode wetonan dan sorogan.
60
d. Pondok
Setiap pesantren pada umumnya memiliki pondokan, sebagai tempat bermukim kyai dan para santri. Keberadaan pondok bagi para santri sangatlah esensial, sebab di dalamnya santri tinggal, belajar, dan ditempa pribadinya dengan
kontrol seorang ketua asrama atau kyai yang memimpin pesantren tersebut. Selain itu, santri juga dapat saling mengenal dan terbina kesatuan mereka untuk saling mengisi dan melengkapi diri dengan ilmu pengetahuan. Eksitensi
pondok juga erat hubungannya dengan kepentingan santri dalam menimba ilmu secara mendalam kepada seorang kyai.
61
58
Wawancara dengan Ibnu Hasan Murod, 5 April 2006.
59
Haidar Putra Daulay, op. cit., halaman 12.
60
Ibid, halaman 15-17.
61
Ada tiga alasan utama kenapa pesantren harus menyediakan asrama bagi para santri. Pertama, kemasyuran seorang kyai dan kedalaman pengetahuannya tentang Islam, menarik santri
untuk menggali ilmu dari kyai tersebut dan rela meninggalkan kampung halamannya untuk menetap di dekat kediaman kyai. Kedua, hampir semua pesantren berada di desa-desa, dimana
tidak tersedia perumahan akomodasi yang cukup untuk dapat menampung para santri. Ketiga, adanya sikap timbal balik antara kyai dan santri, dimana para santri menganggap kyai sebgai
bapaknya sedangkan kyai menganggap santrinya sebagai titipan Tuhan yang harus dilindungi. Sikap timbal balik ini menimbulkan keakraban dan kebutuhan untuk saling berdekatan terus-
menerus. Zamarkhsyari Dhofier. op. cit., halaman 46-47.
e. Pengajaran Ilmu-ilmu Agama Islam
1 Pengajian Kitab Kuning Klasik
Kitab-kitab Islam klasik biasanya dikenal dengan istilah Kitab Kuning, yang terpengaruh oleh warna kertas. Kitab- kitab tersebut ditulis oleh ulama-ulama Islam pada zaman pertengahan, yang berisikan tentang ilmu ke-Islaman
seperti: fiqih, hadist, tafsir maupun tentang akhlak. Ada dua esensinya seorang santri belajar kitab-kitab tersebut, disamping mendalami isi kitab maka secara tidak langsung juga mempelajari bahasa Arab sebagai bahasa kitab
tersebut. Oleh karena itu seorang santri yang telah menyelesaikan studinya di pondok pesantren, telah mampu memahami isi kitab dan sekaligus juga memiliki pengetahuan bahasa Arab.
Pesantren biasanya membuat jadwal pengajian kitab-kitab klasik tersebut lengkap dengan jadwal waktu, tempat, kyai yang mengajar, serta nama kitab yang di baca. Kitab-kitab klasik yang diajarkan di pesantren dapat
digolongkan menjadi delapan kelompok, meliputi: nahwu sorof, fiqh, hadits, tafsir, tauhid, tasawuf, dan etika, serta cabang-cabang ilmu lainnya seperti tarikh dan balaghah.
62
2 Pengajian Kitab Klasikal Bagi pesantren yang tergolong pesantren tradisional, pengajian kitab-kitab Islam klasik mutlak
dilaksanakan, namun tidak demikian dengan pesantren yang tergolong modern. Pesantren yang tergolong modern, pengajian ilmu-ilmu agama diambil dari kitab-kitab berbahasa Arab yang disusun oleh ulama-ulama yang
tergolong mutakhir. Misal Pondok Pesantren Darus Salam Gontor, yang tergolong pesantren modern. Di pesantren tersebut
pelajaran agama tidak berdasarkan kepada kitab-kitab klasik, tetapi kebanyakan bersumber dari kitab-kitab karangan ulama-ulama abad XX. Ulama-ulama tersebut antara lain: Mahmud Yunus, KH. Imam Zarkasyi, Abdul
Hamid Hakim, Umar Bakri, dan lain-lain. Terlepas dari pembicaraan kelebihan dan kekurangan dari kedua macam bentuk kitab-kitab diatas, jelaslah salah satu unsur yang pokok dalam suatu pondok pesantren adalah unsur
pengajaran ilmu-ilmu agama Islam.
63
3. Sistem Pendidikan dan Pengajaran Pondok Pesantren