47
Syarifuddin 1996:140 mengemukakan bahwa, “Kalau atlit sering melakukan
kesalahan gerak, maka pada waktu memperbaiki kesalahan tersebut, pelatih harus menekankan pada penyebab terjadinya kesalahan. Pelatih harus berusaha untuk
secara cermat mencari dan menemukan sebab-sebab timbulnya kesalahan ”.
Peranan pembina atau pelatih dalam perbaikan kesalahan selama proses latihan cukup besar. Pembina atau pelatih perlu mengidentifikasi kesalahan-kesalahan yang
dilakukan pemain, dan selanjutnya diberikan pembetulan. Selama proses latihan menggiring bola, koreksi dan pembetulan gerakan yang dilakukan pemain perlu
diberikan secara terus-menerus agar hasilnya lebih optimal.
c. Tahapan Latihan Keterampilan
Penguasaan suatu keterampilan tidak dapat dicapai dengan mudah, tetapi diperlukan proses latihan yang cukup panjang. Pencapaian penguasaan suatu
keterampilan melalui proses yang terdiri dari tiga tahapan atau fase yaitu, 1 fase kognitif, 2 fase asosiatif, dan 3 Fase otonom Sugiyanto, 1998:315. Masing-
masing tahapan memiliki karakteristik yang berbeda. Fase kognitif merupakan fase awal dari proses belajar gerak. Perkembangan
yang menonjol dalam fase awal ini yaitu daya pikir siswa, dimana siswa mengetahui dan memahami mengenai konsep gerakan yang dipelajari. Dalam tahap awal belajar
keterampilan gerak pemain harus mengetahui dan memahami gerak yang benar dari
informasi verbal dan bayangan visual. Informasi tentang gerakan yang dipelajari
ditangkap melalui indera, kemudian diproses dalam mekanisme perseptual. Selanjutnya gerakan yang akan dilakukan terkonsep di dalam pikiran.
48
Fase asosiatif yaitu suatu fase menghubung-hubungkan bagian-bagian gerakan yang telah mampu dilakukan sebelumnya. Fase asosiatif merupakan bagian penting
dari proses belajar gerak, karena berkaitan dengan kemampuan merangkaikan gerakan yang dipelajari secara terpadu. Dalam tahap asosiatif pemain telah
menguasai gerak yang benar, tetapi belum menjadi gerak otomatis. Dengan praktek berulang-ulang suatu gerakan makin dapat dikuasai. Kesalahan-kesalahan yang
dilakukan semakin berkurang. Tahap akhir dalam proses belajar keterampilan gerak adalah tahap otonom.
Pada tahap outonom atau otomatis siswa telah dapat melakukan aktivitas secara terampil, karena siswa telah memasuki tahap gerakan otomatis. Siswa dapat
merespon secara cepat dan tepat terhadap apa yang ditugaskan oleh guru. Gerakan dapat dilakukan dengan lancar, tidak terputus-putus, akurat, penampilan terbaiknya
bisa dicapai secara ajeg. Tanda-tanda keterampilan gerak telah memasuki tahapan otomatis adalah bila siswa dapat mengerjakan tugas gerak tanpa berpikir lagi terhadap
apa yang akan dan sedang dilakukan dengan hasil yang baik dan benar. Otomatisasi gerakan ini dapat dicapai melalui latihan secara teratur dan berulang-ulang.
Penguasaan suatu pola gerak keterampilan diperlukan jangka waktu tertentu. Jangka waktu yang diperlukan itu tidak sama untuk setiap individu. Dalam hal ini
Sugiyanto 1998:289 mengemukakan bahwa, Jangka waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan proses belajar dan berlatih
untuktiap kategori gerakan keterampilan tidak sama. Semakin kompleks gerakan keterampilan yang dipelajari, akan memerlukan waktu yang lebih lama.
Lamanya waktu yang diperlukan bukan hanya tergantung pada tingkat kompleksnya gerakan, tetapi juga dipengaruhi oleh bakat si pelajar.
49
Penguasaan suatu keterampilan memerlukan proses latihan yang cukup kompleks. Lama waktu yang diperlukan untuk mempelajari suatu keterampilan sesuai
dengan jenis keterampilan yang dipelajari. Semakin kompleks jenis keterampilan gerak yang dipelajari, waktu yang diperlukan semakin lama.
d. Bentuk dan Model Latihan Menggiring Bola