3.4.1 Persiapan Bahan Baku
Persiapan bahan baku utama penelitian yang berupa ubi kayu diawali dengan membuang bagian pangkal tanaman yang masih melekat dengan umbi
karena umbi yang dipakai dalam penelitian ini dibeli dari petani dalam keadaan masih melekat utuh dengan batang bawah untuk menjaga kesegaran umbi ketika
dibawa dari tempat panen ke laboratorium. Ubi kayu kemudian diproses lebih lanjut di Laboratorium SBRC IPB Baranangsiang untuk membersihkan kotoran
dan tanah yang masih menempel di umbi dengan cara pencucian. Umbi ubi kayu yang telah bersih kemudian dikupas lapisan kulit arinya yang berwarna cokelat
menggunakan pisau. Proses pengupasan selain untuk membersihkan kulit ari sekaligus juga berfungsi untuk menyortir umbi yang jelek, membuang bagian
pangkal umbi yang mengandung kayu dan bagian akar yang masih menempel di umbi. Ubi kayu yang telah bersih kemudian dicuci dengan air untuk
menghilangkan tanah dan kotoran yang masih menempel pada umbi. Ubi kayu yang telah bersih kemudian digiling hingga halus menggunakan
mesin parut hingga menjadi bubur. Bubur ubi kayu kemudian dikarakterisasi sifat kimia antara lain komponen proksimat air, abu, lemak, protein, serat kasar dan
karbohidrat by difference menurut metode AOAC 1995, pati dan komponen serat ADF, NDF, selulosa dan lignin menurut metode Van Soest 1963.
Prosedur analisis secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 1.
3.4.2 Hidrolisis Asam
Metode hidrolisis yang digunakan merupakan hasil modifikasi metode hidrolisis yang dipergunakan oleh Susmiati 2010. Hasil hidrolisis tepung ubi
kayu dengan total padatan substrat 30 dengan konsentrasi H
2
SO
4
0,4 M akan menjadi patokan bagi hasil hidrolisis bubur ubi kayu. Bubur ubi kayu dihidrolisis
menggunakan larutan H
4
SO
4
0,4 M dengan total padatan substrat 30, 35, 20, 18 dan 15. Hasil hidrolisat kemudian diamati tingkat kesempurnaan
proses hidrolisis berdasarkan warna hidrolisat yang merata dan tidak adanya gumpalan ubi kayu. Hasil hidrolisis bubur ubi kayu dengan total padatan substrat
18 dipilih karena menghasilkan total padatan terlarut hidrolisat tertinggi dan tidak adanya gumpalan ubi kayu yang di dalam hidrolisat. Bubur ubi kayu dengan
total padatan substrat 18 kemudian dihidrolisis dengan konsentrasi H
2
SO
4
0,4 M dan 1 M yang kemudian diukur nilai total padatan terlarut hidrolisatnya. Nilai
total padatan terlarut hidrolisat yang didapatkan kemudian dibandingkan dengan nilai total padatan terlarut hidrolisat hasil hidrolisis tepung ubi kayu. Nilai hasil
total padatan terlarut hidrolisat yang mendekati nilai total padatan terlarut tepung ubi kayu yang akan digunakan di dalam penelitian ini, yaitu kadar padatan bubur
ubi kayu 18 dengan konsentrasi H
2
SO
4
1 M. Hidrolisis asam dalam penelitian ini dilakukan dalam satu tahap
menggunakan otoklaf sederhana dimana suhu dan waktu hidrolisis diatur secara manual. Waktu hidrolisis dihitung ketika kondisi suhu telah tercapai. Bubur ubi
kayu dihidrolisis dengan volume total 500 ml dalam erlenmeyer 1000 ml yang diberi sumbat kapas dan alumunium foil untuk mencegah larutan meluap keluar
ketika dilakukan proses hidrolisis. Hidrolisis dilakukan dengan menambahkan asam H
2
SO
4
pekat teknis sebanyak 23 ml ke dalam 270,68 g bubur ubi kayu dan ditambahkan aquadest sebanyak 206,32 ml. Perbandingan yang dipakai tersebut
untuk mencapai kondisi proses hidrolisis yang diinginkan yaitu kadar padatan 18 dan konsentrasi H
2
SO
4
sebesar 1 M. Campuran kemudian dihidrolisis menggunakan otoklaf pada suhu 121
o
C selama 15 menit sehingga diperoleh hidrolisat asam yang berwarna merah tua. Proses hidrolisis ini ditujukan untuk
memecah komponen pati dan serat yang ada di dalam bahan menjadi glukosa. Selanjutnya dilakukan pengukuran total gula dan gula pereduksi untuk melihat
tingkat hidrolisis.
3.4.3 Fermentasi Etanol
A. Persiapan Media Fermentasi Hidrolisat asam sebelum digunakan sebagai media fermentasi harus melalui
proses netralisasi, penyaringan dan sentrifugasi. Proses netralisasi hidrolisat menggunakan NH
4
OH teknis 21 hingga pH 4,5. Tahap persiapan hidrolisat selanjutnya adalah proses pemisahan padatan dengan cairan hidrolisat yang terdiri
dari dua tahapan proses yaitu penyaringan dan sentrifugasi. Proses penyaringan dilakukan menggunakan kain saring yang berfungsi untuk memisahkan ampas
yang berukuran besar. Ampas yang didapatkan dilakukan karakterisasi yang