Gambar 10 Pola kematian ikan nila setelah di infeksi produk ekstraseluler
Streptococcus agalactiae isolat 5
Tabel 4 Persentase kematian dan nilai LD
50
Dosis µgKg Streptococcus agalactiae
isolat 5 Jumlah ikan
Persentase kematian
LD
50
mati hidup
total 1021
11 4
15 73,33
685,4 µgKg 817
9 6
15 60
613 6
9 15
40 408
2 13
15 13,33
Berdasarkan hasil pengamatan persentase dan pola kematian ikan setelah infeksi dengan ECP pada konsentrasi tertentu terlihat bahwa kematian ikan terjadi
secara bertahap. Kematian akut tidak terjadi selama penelitian, sedangkan persentase kematian yang paling tinggi terjadi pada konsentrasi tertinggi protein
ECP yaitu 14,19 µ gekor untuk isolat 3 dan 20,44 µgekor untuk isolat 5. Nilai LD
50
yang dihitung dengan menggunakan metode Reed dan Muench 1938 untuk isolat 3 adalah 633,9 µgKg dan isolat 5 adalah 685,4 µ gKg.
4.1.3 Imunogenisitas produk ekstraseluler Streptococcus agalactiae
Pengujian imunogenisitas produk ekstraseluler Streptococcus agalactiae dilakukan secara in vitro dan in vivo. Berdasarkan pengujian secara in vitro yang
dianalisa dengan metode imunodifusi, terlihat bahwa ECP S. agalactiae bersifat
10 20
30 40
50 60
70 80
1 3
5 7
9 11
13 15
Mo rt
al it
y r at
e
Waktu pemeliharaan hari ke-
1021 µgKg 817 µgKg
613 µgKg 408 µgKg
kontrol
imunogenik. Sifat imunogenisitas ECP hanya berlaku untuk isolat yang sama dan tidak berlaku untuk isolat yang berbeda. Gambar 11.
Gambar 11 Analisa immunodifusi produk ekstraselular Streptococcus agalactiae. a anti serum ikan nila dari S. agalactiae isolat 3, b produk
ekstraseluler S. agalactiae isolat 3, c produk ekstraseluler S. agalactiae
isolat 5 , d PBS dan e anti serum ikan nila dari S. agalactiae
isolate 5. Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa produk ekstraseluler S. agalactiae
bersifat imunogenik dan spesifik. Endapan putih antara sumur yang terbentuk pada gel merupakan ekspresi dari kompleks antigen-antibodi yang menunjukkan
bahwa ECP bersifat imunogenik. Sifat spesifik dari ECP terlihat dari tidak terbentuknya endapan putih antara antiserum yang berasal dari isolat 3 dengan
ECP yang berasal dari isolat 5, begitu juga sebaliknya tidak terbentuk endapan putih antara antiserum yang berasal dari isolat 5 dengan ECP yang berasal dari
isolat 3. Berdasarkan pengujian secara in vivo diperoleh nilai perlindungan relatif
relative percent survivalRPS yang berbeda untuk isolat 3 dan isolat 5 Tabel 5. Uji tantang yang dilakukan pada perlakuan menggunakan bakteri sejenis dengan
kepadatan 2 x 10
5
CFUml. Nilai RPS untuk isolat 3 adalah 60 dan isolat 5 adalah 68. Sebagai data pendukung terhadap perubahan status kesehatan ikan
sebelum dan setelah divaksin, maka dilakukan analisa gambaran darah yang disajikan pada Gambar 12.
a b
b b
b b
a c
a b c
d d
Tabel 5 Nilai RPS ikan yang divaksin dengan Streptococcus agalactiae Jumlah ikan
total Jumlah ikan
yang mati Persentase
kematian RPS
Isolat 3 32
9 28
60 Isolat 5
33 8
24 68
Kontrol isolat 3 33
23 70
Kontrol isolat 5 33
25 76
Gambar 12 Gambaran darah ikan nila.
Berdasarkan Gambar 12, perubahan jumlah total eritrosit terjadi setelah 7 hari infeksi. Untuk ikan yang telah divaksin maupun ikan kontrol baik isolat 3 dan
isolat 5 secara umum mengalami penurunan jumlah eritrosit. Pada hari ke 14 setelah infeksi ikan yang telah divaksin mengalami peningkatan jumlah eritrosit
dibandingkan pada pengamatan hari ke7, sedangkan ikan kontrol + sebaliknya dimana jumlah eritrosit tetap lebih kecil dari pada hari ke-7. Perubahan jumlah
total leukosit juga terjadi secara fluktuatif dimana trend yang ditunjukkan merupakan kebalikan dari jumlah total eritrosit. Pada hari ke-7 setelah infeksi,
terjadi peningkatan jumlah total leukosit secara keseluruhan dibandingkan pada hari ke-0. Perbedaan terjadi setalah 14 hari infeksi, dimana total leukosit pada
ikan yang divaksin mengalami penurunan sedangkan pada ikan kontrol + jumlah total leukosit masih tinggi dibandingkan dengan hari ke-7. Kadar hemoglobin dan
kadar hematokrit juga memiliki trend yang berkebalikan untuk ikan kontrol +, penurunan kadar hemoglobin dan hematokrit pada hari ke-7 dan peningkatan
kembali nilai keduanya setelah hari ke-14 pada ikan yang telah divaksin tidak diikuti oleh ikan kontrol +. Pada ikan kontrol +, terus terjadi penurunan nilai
hemoglobin dan kenaikan hematokrit pada hari ke-14 setelah uji tantang.
4.2 Pembahasan