Pada kuartal III September 2014, belanja negara sudah mencapai

Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 9 tahun depan. Anggaran tersebut nantinya dapat dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan APBN-P 2015. Konsekuensi dari penurunan subsidi BBM adalah penetapan harga baru bahan bakar minyak BBM bersubsidi yang lebih tinggi. Terhitung 18 November 2014 pemerintah mengumumkan kenaikan harga BBM pada solar dan premium masing-masing naik sebesar IDR 2000. Dalam APBN-P 2014 telah disepakati besaran subsidi BBM yang besar hingga mencapai IDR 284,7 triliun namun bila dibandingkan dengan subsidi BBM 2015 sudah relatif lebih rendah yaitu sebesar IDR 276 triliun. Pengurangan subsidi yang dilakukan nantinya akan dialihkan pada sektor yang lebih produktif seperti pertanian dan infrastruktur. Namun angka besaran subsidi yang dialihkan ke sektor tersebut belum ada nominal yang jelas dan masih dibicarakan oleh pemerintah. Proporsi penyerapan APBN-P per September kuartal III-2014 tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan APBN-P per September kuartal III-

2013. Pada kuartal III September 2014, belanja negara sudah mencapai

65,8 bila dibandingkan dengan periode yang sama dengan tahun sebelumnya hanya mencapai 65,4. Secara nominal, realisasi belanja di tahun 2014 juga lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Peningkatan ini dikarenakan persentase realisasi belanja pemerintah pusat pada tahun ini lebih tinggi 3,6, meskipun realisasi transfer daerah lebih rendah 0,5 dibandingkan persentase realisasi tahun lalu. Subsidi energi mengalami penurunan pada APBN 2015 Sumber: Kementerian Keuangan 2014 Indonesian Economic Review and Outlook 10 Selain itu, pencapaian realisasi penerimaan APBN-P per September kuartal III-2014 juga lebih tinggi dibandingkan dengan APBN-P per September kuartal III-2013. Realisasi p negara dan hibah enerimaan hinggal kuartal III-2014 mencapai 66,1 dari total target penerimaan n egara dalam APBN-P 2014. Angka ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan realisasi penerimaan negara dan hibah dalam yang hanya APBN-P 2013 mencapai dari pagu APBN-P 2013. Peningkatan ini disebabkan karena 63,3 persentase realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak PNBP lebih tinggi 4,9 meskipun realisasi penerimaan perpajakan lebih rendah 0,7 dibandingkan persentase realisasi tahun lalu. Realisasi penerimaan perpajakan hingga November 2014 masih rendah, tercatat sebesar 75,73 dari target penerimaan pajak. Berdasarkan laporan Direktorat Jenderal Pajak – Kementrian Keuangan, realisasi pajak dari hingga penerimaan Januari 14 November 2014 hanya mencapai IDR 812 triliun, atau sekitar 75,73 dari target APBN-P 2014 sebesar IDR 1072,4 triliun. Sehingga penerimaan perpajakan masih rendah jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2013 tercatat sebesar IDR 795,5 triliun atau sekitar 80. Secara terperinci, penerimaan pajak ini berasal dari PPh Non Migas sebesar IDR 389,16 meningkat dari periode sebelumnya IDR 359,11 triliun; PPN dan PPnBM dari IDR 309,29 triliun meningkat menjadi IDR 328,49 triliun. Selanjutnya dari PPh migas tercatat IDR 74,50 triliun meningkat dari periode sebelumnya IDR 71,69; Pajak lainnya juga mengalami kenaikan dari Rp4,28 triliun menjadi IDR 5,05 triliun dan PBB mengalami penurunan menjadi IDR 14,91 triliun dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya IDR 17,36 triliun. ondisi Melihat k ini, pemenuhan masih sulit tercapai target penerimaan pajak APBN-P 2014 . Saat ini APBN 2015 telah disahkan dan sejumlah asumsi makro mengalami perubahan. dalam Beberapa asumsi indikator makroekonomi APBN 2015 yang dibandingkan RAPBN 2015 adalah mengalami perubahan September 2014:Q3 Proporsi realisasi belanja dan pencapaian penerimaan APBN-P 2014:Q3 meningkat Sumber: Kementerian Keuangan, I-account 2014, diolah Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 11 pertumbuhan ekonomi 5,6 menjadi 5,8, ingkat yang meningkat dari t bunga SPN 3 bulan menurun dari 6,2 menjadi 6,0 dan ifting minyak bumi l mengalami kenaikan dari 845 ribu barel per hari menjadi 900 ribu barel per hari. Pendapatan negara dan belanja pemerintah dalam APBN 2015 naik dari target RAPBN 2015. Pendapatan negara dalam APBN 2015 disepakati sebesar IDR 1.762,3 triliun, naik IDR 31,3 triliun dari RAPBN 2015. Pendapatan negara tersebut sebagian besar berasal dari pendapatan dalam negeri IDR 1.790,3 triliun terdiri dari perpajakan IDR 1.380 triliun sebesar , dan Penerimaan Negara Bukan Pajak PNBP IDR 410,3 triliun dan Hibah IDR 3,3 triliun. Sementara itu, belanja negara juga mengalami dalam APBN 2015 kenaikan menjadi Rp2.039,5 triliun arget tersebut IDR . T meningkat sebesar 19,6 triliun dari RAPBN 2015. Kenaikan belanja terjadi karena dalam APBN 2015 terdapat kenaikan belanja kementrian dan lembaga KL menjadi IDR 647,3 triliun, IDR 46,7 triliun meningkat sebesar dibandingkan asumsi RAPBN 2015. Adapun rincian belanja negara yang lain diantaranya non kementerianlembaga IDR 745,1 triliun dan transfer ke daerah IDR 647,0 triliun. Sementara itu, dalam APBN 2015 defisit anggaran disepakati turun menjadi 2,21 dari PDB. Pemerintah dan Badan anggaran DPR telah menyepakati besaran defisit dalam APBN 2015 diturunkan menjadi IDR 2 5, triliun IDR 257,4 triliun 4 9 dari usulan dalam RAPBN 2015 sebesar 2,32 dari PDB . Penurunan defisit anggaran terjadi dikarenakan pembiayaan anggaran dalam negeri turun dari IDR 281,4 triliun menjadi IDR 269,7 triliun. Adanya penurunan defisit anggaran ini dapat mengurangi rencana penambahan utang yang signifikan dan membantu mengatasi kebijakan tingkat suku bunga di perekonomian secara global terhadap sumber pembiayaan pemerintah. dan APBN 2015 Penyesuaian asumsi makro setelah disahkannya APBN 2015 Sumber: Kementerian Keuangan 2014 Perkembangan Ekonomi Makro dan Fiskal Indonesian Economic Review and Outlook 12 Masyarakat dan market player sedang menunggu rancangan dan implementasi dari visi misi Presiden Joko Widodo. Khususnya bagi para pemegang kepentingan untuk melihat kondisi Indonesia di masa mendatang dan melihat kesesuain visi misi melalui program rencana kerja pemerintah yang sudah direncanakan. Berbagai kebijakan Presiden Joko Widodo telah dilakukan setelah beliau dilantik tanggal 20 Oktober 2014 seperti diantaranya menaikan harga BBM. Sehingga perlu adanya penyesuaian pada rencana anggaran untuk APBN-P 2015 mendatang. Selain itu rancangan dan implementasi visi dan misi tersebut juga akan dituangkan ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional atau RPJMN 2014 2019. Namun – hingga saat ini 2014–2019 . S RPJMN masih dalam pembahasan ejauh ini pembahasan RPJMN tersebut telah masuk dalam tahapan Musrembang Regional setelah itu penyusunan dan selanjutnya akan dibawa ke tingkat Musrembang Nasional dipaparkan pada sidang kabinet untuk kemudian pada akhir tahun. Sehingga RPJMN 2014-2019 dan APBN-2015 diharapkan sudah bisa ditetapkan pada awal Januari mendatang. 2015 IDR Triliun Revisi target defisit anggaran RAPBN 2015 turun 2,21 Sumber: Kementerian Keuangan 2014 Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada 13

1. Rupiah masih tertekan