di 42 KabupatenKota dan 5 Provinsi di Indonesia
1
1. Pendahuluan
1.1 Pengantar
Keberpihakan pemerintah terhadap kelompok miskin dan perempuan terefleksikan salah satunya melalui kebijakan anggaran yang dikeluarkan. Melalui alokasi anggaran yang ditetapkan, masyarakat
akan merasakan apakah kebijakan pemerintah tersebut telah memberikan perlindungan dan pelayanan dasar yang memadai, serta mendorong pertumbuhan ekonomi atau tidak. Karenanya, sebagai keputusan
politik, anggaran daerah akan menentukan ke arah mana kesejahteraan rakyatnya akan dituju.
Sebagai tindak lanjut dari penelitian tahun sebelumnya, 28 organisasi masyarakat sipil kembali melakukan kajian tentang anggaran daerah Local Budget Study atau LBS yang dilakukan pada
tahun 2010-2011. Penelitian yang dikoordinasikan oleh Sekretariat Nasional – Forum Indonesia Untuk
Transparansi Anggaran Seknas FITRA dan The Asia Foundation ini dilakukan terhadap 42 kabupatenkota dan lima provinsi di Indonesia. LBS mencakup dua aspek:
i Penilaian atas kinerja pemerintah daerah pemda dalam pengelolaan keseluruhan siklus anggaran. Penilaian kinerja pemda ini diukur dengan melihat sejauhmana proses pengelolaan
keuangan di daerah dilakukan dengan mengikuti prinsip‐prinsip tata kelola pemerintahan yang
baik good governance – transparan, pastisipatif, akuntabel dan responsif gender. Studi ini
disebut Kinerja Pengelolaan Anggaran Daerah KIPAD. ii Analisis terhadap anggaran daerah untuk melihat sejauhmana anggaran yang disediakan oleh
pemda direncanakan dan digunakan secara optimal untuk menjawab kebutuhan masyarakat, khususnya bagi kelompok miskin dan perempuan. Studi yang kedua ini disebut dengan studi
Analisis Anggaran Daerah AAD.
Laporan penelitian ini hanya mencakup hasil AAD, sementara KIPAD dibahas dalam laporan tersendiri.
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian AAD ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan dan perbandingan antar daerah mengenai pengelolaan keuangan daerah provinsi dan kabupatenkota. Analisis pola pendapatan,
belanja dan pembiayaan merupakan fokus utama kajian ini. Selain itu, penelitian ini juga mencermati seberapa jauh pemda yang diteliti berpihak kepada kelompok miskin melalui program
‐program dan alokasi belanja di tiga sektor yakni Pekerjaan Umum, Pendidikan, dan Kesehatan. Selain itu, bagaimana
pemda berupaya untuk mengarusutamakan gender juga dianalisis.
Penelitian ini merupakan salah satu upaya masyarakat sipil untuk memberikan masukan kepada pemerintah. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemda kabupatenkota dan provinsi
agar dapat mengalokasikan anggaran yang lebih bermanfaat bagi kelompok miskin dan perempuan, khususnya bagi upaya penurunan kondisi kemiskinan daerah dan pelayanan publik yang lebih baik. Bagi
pemerintah provinsi dan pusat, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai alat pemantau kinerja pemda, selain menjadi acuan bagi pengembangan kebijakan anggaran dan bantuan teknis yang dapat
diberikan kepada pemda. Diharapkan bahwa laporan ini dapat mendorong perbaikan kebijakan
di 42 KabupatenKota dan 5 Provinsi di Indonesia
2
pengelolaan anggaran, baik oleh pemerintah pusat, provinsi, maupun kabupatenkota. Selain itu, khususnya bbagi pemerintah provinsi dan pusat, penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan
masukan dalam memperkuat perannya dalam mengevaluasi, mensupervisi, dan memberikan bantuan teknis kepada pemda kabupatenkota.
Perbandingan antar kabupatenkota dan antar provinsi diharapkan dapat menciptakan iklim kompetisi yang kondusif. Penelitian ini dilakukan terhadap 42 kabupatenkota dan 5 provinsi di
Indonesia yang menunjukkan perbedaan antara satu daerah dengan yang lainnya. Dengan membandingkan beberapa daerah sekaligus, diharapkan bahwa daerah yang satu dapat belajar dari yang
lainnya. Selain itu, benchmarking dengan sesama pemda ini dapat menunjukkan bahwa apa yang dilakukan satu daerah mungkin juga dicapai oleh yang lainnya. Hal ini tentunya berbeda dengan membandingkan
anggaran di suatu daerah dengan praktik terbaik best practices di luar negeri, misalnya.
Bagi masyarakat sipil sendiri, diharapkan bahwa penelitian ini dapat berkontribusi untuk meningkatkan kualitas advokasi dan dialog dengan pemerintah. Proses penelitian ini yang melibatkan
jejaring masyarakat sipil di berbagai daerah diharapkan dapat meningkatkan kapasitas mereka dalam melakukan penelitan dan mengadvokasikan anggaran dan kebijakan publik pada umumnya untuk lebih
berpihak kepada kelompok miskin dan perempuan. Advokasi yang berbasis bukti evidence diharapkan dapat meningkatkan kualitas dialog antar pemangku kepentingan stakeholders dan memperbesar
kemungkinan diterimanya apa yang diperjuangkan masyarakat sipil.
1.3 Metodologi