di 42 KabupatenKota dan 5 Provinsi di Indonesia
20
3
an dar
ajo k  a
in a t  n
o P a  t
o K
eng ah
a a K
o ta
P a
d a
n g…
K o
ta G
o ro
n tal
o K
o ta
B lit
ar D
o m
p u
P P
o le
w aM
li M
a n
d ar
Lo m
b o
k T
e n
g ah
A ce
h B
ar at
K o
ta P
al a
n g
ka… B
o n
d o
w o
so B
o n
e
Lo m
b o
k T
im u
r
Lo m
b o
k B
ar a
t B
o yo
lal i
W W
aj o
A ce
h B
e sar
K o
ta P
e kal
o n
g a
n K
o ta
P al
u
S it
u b
o n
d o
A ce
h U
tar a
S le
m an
S e
rd a
n g
B e
d a
g ai
G a
ru t
P o
n ti
a n
ak K
o ta
B an
d a
r… M
al an
g
K o
ta P
e k
an b
a ru
K o
ta S
e m
ar an
g
K o
ta P
al e
m b
a n
g
N u
sa T
e n
g g
ar a…
S u
m b
a w
a B
ar at
C ilac
ap J
w T
T e
n g
ah Jaw
a T
im u
r
S u
m at
e ra
S e
lata n
42 dari keseluruhan APBD mereka. Sekitar setengah dari belanja Provinsi Jawa Barat dihabiskan untuk transfer bagi hasil dan bantuan keuangan, jauh lebih besar daripada empat provinsi lainnya yang belanja
transfernya hanya sekitar 25.
Jika  dibandingkan  dengan   Produk   Domestik   Regional   Bruto   PDRB   2007,   kontribusi   Belanja beberapa kabupatenkota luar Jawa relatif tinggi, sementara provinsi rendah. Kabupatenkota di luar
Jawa yang relatif kecil – seperti Kota Padang Panjang, Kota Gorontalo, Dompu dan Polewali Mandar – rata‐
rata  Belanja  daerahnya  dalam  periode  2007 ‐2010  berkontribusi  terhadap  PDRB  2007  lebih  dari  20.
Sementara  itu,  Kota  Blitar  merupakan  sat u‐satunya daerah yang berlokasi di Pulau Jawa yang kontribusi
anggaran  Belanja  terhadap PDRB‐nya tinggi,  hampir mencapai 30. Lombok Tengah yang  berpenduduk
jauh lebih banyak daripada beberapa kabupatenkota tersebut di atas anggaran Belanjanya juga mencapai 20  PDRB.  Hal  ini  menunjukkan  pentingnya  investasi  pemerintah  terhadap  pertumbuhan  ekonomi.
Sebaliknya, kontribusi anggaran Belanja Provinsi sangat kecil, hanya 1 PDRB di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sumatera Selatan. Kontribusi tertinggi diberikan oleh Provinsi Nusa Tenggara Barat, itupun hanya 3
PDRB.
40
Grafik 3.2 Kontribusi Rata ‐rata Belanja Daerah 200 ‐2010 terhadap PDRB 2007, Berdasarkan Harga Konstan 2007
37
35 30
25 20
15 10
5
35 29
25 23
20 19 19 16 16 16
14 13 13 12 12
11 9   9   8   8
7   7   6   6   5 4   3   3  3
2 1   1   1
Sumber: Realisasi APBD 2007 ‐2009 dan Rencana APBD 2010 dan Statisitik KabupatenKota Dalam Angka BPS, diolah oleh Tim LBS.
3.2  Analisis Komponen Anggaran Belanja
Belanja  pegawai  di  tingkat  kabupatenkota  cenderung  terus  meningkat.   Kecenderungan   naiknya belanja  pegawai  dan  menurunnya  belanja  modal  ini  merefleksikan  kondisi  secara  nasional.
12
Di  26 kabupaten  yang  dikaji,  rata
‐rata  biaya  yang  dikeluarkan  untuk  pegawai  negeri  belanja  tidak  langsung, BTL bahkan mencapai 55 dari keseluruhan belanja pada tahun 2010, yang jika ditambah dengan belanja
pegawai  yang  termasuk  belanja  langsung  BL  mencapai  60  dari  anggarannya.  Walau  sedikit  lebih rendah,  kondisi  yang  mirip  terjadi  di  16  kota  yang  diteliti,  belanja  pegawai  BTL  dan  BL  mencapai  56
pada  tahun  2010.  Rata ‐rata  belanja  pegawai  di  wilayah  kabupaten  dan  kota  yang  diteliti  menunjukkan
angka  yang  lebih  tinggi  daripada  rata ‐rata nasional yang mencapai 47 2009 realisasi dan 51 2010
rencanamurni.
12
Rata‐rata  nasional 2009  dalam  dokumen ini  bersumber pada  Analisis Realisasi APBD Tahun 2009,  sementara rata‐rata nasional 2010  bersumber  dari  Deskripsi dan Analisis APBD 2010.  Keduanya  diterbitkan  oleh  Direktorat  Evaluasi  Pendanaan  dan  Informasi
Keuangan Daerah, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan DJPK, Kementerian Keuangan Kemenkeu Republik Indonesia.
di 42 KabupatenKota dan 5 Provinsi di Indonesia
21
Sl ara
t om
p a ilac
2 K
B
2
a e
K
ara t
um
7
A ce
h U
tar a
K o
ta P
e ka
n b
ar u
K o
ta S
u ra
b a
y a
K o
ta S
e m
ar an
g
K o
ta S
u rak
ar ta
S le
m an
K o
ta P
ad a
n g
K o
ta B
an d
a r…
K o
ta P
al e
m b
a n
g B
o yo
lal i
Su m
e d
an g
A ce
h B
e sar
Lo m
b o
k T
im u
r Se
m ar
a n
g G
a ru
t P
e kal
o n
g an
L B
K e
n d
al A
ce h
B ar
at
Lo m
b o
k T
e n
g ah
W aj
o K
o ta
P al
u C
C ilac
ap B
o jo
n e
g o
ro D
o m
p u
B o
n e
K o
ta P
o n
ti a
n a
k B
o n
d o
w o
so
Ma lan
g S
id e
n re
n g
R ap
p a
n g
S e
rd an
g
B e
d a
g ai
P o
le w
al i
M an
d a
r K
o ta
G o
ro n
tal o
K o
ta B
lit ar
K o
ta Par
e‐ pa
re K
o ta
P al
an g
k a
R ay
a
S it
u b
o n
d o
K o
ta P
e kal
o n
g an
G o
ro n
tal o
U tar
a
S S
u m
b a
w Ba
K o
ta P
ad an
g P
an ja
n g
K o
ta B
a n
jar
6
Implikasi tingginya
belanja pegawai
Grafik 3.3  Proporsi Belanja Kabupaten, ota dan Provinsi
adalah   belanja   modal   dan   barangjasa
‐
yang dapat
secara langsung
menggerakkan perekonomian
daerah.
100
14    14
Kedua  jenis   belanja   mengalami  penurunan
90
24 22    20
15 6    23    22
19    18    16
yang  signifikan   dalam   empat  tahun   yang
80
13 18    20    20
dikaji. Rat
a‐rata  belanja  modal  dan
70
15 14    14
5 5
5 4
20 19    18
18    20 6
8
barangjasa  kabupaten  menurun  dari  39
60
7 4
4 7
7 1
8
2007  menjadi   hanya   28   total   belanja
50
4 6
6 5
8 1
6 6
1 5
27 33    31
2010.  Sedikit  lebih  tinggi,  di  wilayah  kota, kedua  jenis  belanja  ini  menurun  dari  46
40 30
5 55
28 16
2007  menjadi    36    2010.    Rata ‐rata
20
44 49    51
1    44 47    50
9 6
belanja    modal    dan    barang    dan    jasa    di kabupatenkota yang diteliti ini lebih rendah
10
17    18    19    20
daripada rata
‐rata  kabupatenkota  se‐ Indonesia  yang  besarnya  sekitar  43  2009
realisasi dan 38 2010 murni.
2007  008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2  09 2010 Pegawai K
BaTbLupaten Bansos daKnoH
taibah TransPfero
r vinsi
Di    tingkat    provinsi    kondisinya    sedikit
Lai ‐lain  TL Pegawai BL
Barang dan Jasa
berbeda, tingkat
kenaikan belanja
Modal
pegawai   dan   penurunan   belanja   modal dan    barangjasa  sedikit    lebih    rendah
daripada  di  kabupatenkota.  Rata
‐rata  belanja  pegawai  BTL  dan  BL  di  lima  provinsi  yang  diteliti meningkat   dari   24
‐   200 ‐2009  menjadi  28  2010,  sedikit  lebih  tinggi  daripada  rata‐rata nasional  sebesar  24  realisasi  2009  dan  26  rencana  2010.  Secara  keseluruhan  proporsi  belanja
pegawai di tingkat provinsi ini relatif rendah karena tingginya dana yang ditransfer belanja bagi hasil dan bantuan  keuangan  oleh  pemerintah  provinsi
–  sekitar  27‐   2 ‐ 010.  Penurunan  proporsi
belanja modal dan barangjasa juga tidak setinggi di tingkat kabupatenkota. Pada tahun 2007 kedua jenis belanja  ini  memakan  38  total  belanja  yang  menurun  menjadi  34  pada  tahun  2010.  Cukup  jauh  lebih
rendah  dibandingkan  dengan  rata ‐rata nasional yang mencapai 47 realisasi 2009 dan 48 rencana
2010.
Grafik 3.4 Proporsi Belanja Pegawai terhadap DAU 2007 dan 2010
200 180
160 140
120 100
80 60
40 20
2007 2010
Sumber: Realisasi APBD 2007 dan Rencana APBD 2010, diolah oleh Tim LBS.
di 42 KabupatenKota dan 5 Provinsi di Indonesia
22
Banjar Kota
onti ana
k ota
b P  l
K ondowoso
B L
P e
r K
a p
it a
R p
J u
ta O
ra n
g
K o
ta P
ad an
g P
an ja
n g
S u
m b
a w
a B
ar at
A ce
h B
ar at
K o
ta
B lit
ar K
o ta
P ar
e p
ar e
K o
ta B
an jar
K o
ta
P al
an g
k a
R ay
a A
ce h
U tar
a S
id e
n re
n g
R ap
p a
n g
K o
ta
G o
ro n
tal o
D o
m p
u K
o ta
P al
u
K o
ta P
e ka
n b
ar u
A ce
h B
e sar
W aj
o
K o
ta P
e kal
o n
g a
n
K K
o tPa
K o
ta S
u rak
ar ta
B o
n e
P o
le w
al i
M an
d a
r Se
rd an
g
B e
d a
g ai
L o
m b
o k
B ar
at K
o ta
P a
le m
b a
n g
K o
ta
S e
m ar
an g
K o
ta P
ad a
n g
S it
u b
o n
d o
K o
ta Su
rab ay
a
K o
ta B
an d
a r
Lam p
u n
g B
o yo
lal i
Se m
ar a
n g
C ilac
ap K
e n
d al
Lo m
b o
k T
e n
g ah
B B
o n
d o
w o
so Su
m e
d an
g B
o jo
n e
g o
ro Sl
e m
an Lo
m b
o k
T im
u r
P e
kal o
n g
an M
al an
g G
a ru
t
G o
ro n
tal o
U tar
a
Secara  rata-rata  di  42  kabupatenkota  yang  dikaji,  belanja  pegawai  negeri  mencapai  95  dari alokasi  DAU  yang  diterima  mereka pada  tahun  2010.  Pada  tahun  2007,  belanja  pegawai  BTL  hanya
menghabiskan  65  dari  DAU.  Proporsi  ini  terus  meningkat  secara  linier  dalam  tiga  tahun  berikutnya –
mencapai   76   2008,   85   2009   dan   95   2010.  Bahkan   belanja   pegawai  negeri   di   sepuluh kabupatenkota  lebih  besar  daripada  alokasinya  DA
U‐nya  pada  tahun  2010  lihat  Grafik  3.4,  dengan
kecenderungan proporsi yang meningkat pada periode 200 ‐ 010. Sebagian besar daerah ini merupakan
wilayah   kota,   berkarakteristik  urban   Sleman,   atau   kaya   sumberdaya   alam   Aceh   Utara.   Boyolali merupakan satu
‐satunya pengecualian.
3.3  Belanja Langsung Per Kapita