13
kemudian ditutup dengan kaca penutup. Pertama kali dilihat di bawah mikroskop dengan lapangan pandang kecil LPK, kemudian dengan
lapangan pandang besar LPB. Penilaian dilakukan dengan melihat beberapa kali dalam beberapa Lapangan Pandang Besar LPB. Laporan
didasarkan pada sedikitnya 3 LPB yang dianggap dapat mewakili sediaan. Piuria terjadi bila dijumpai lebih dari 5 lekosit LPB
12,13
.
2.5.3. Tehnik pemeriksaan lain.
Teknik pemeriksaan baru dengan teknik penyaring cepat yaitu Uricult dipslide paddle Orion Diagnostica, Helsinki, Finland, Cult- Dip
Plus Merck, Gemany, Uristat test Shields Diagnostics Ltd, Scotland dan Bioluminescence assay. Walaupun dengan cepat dapat mendiagnosis
bakteriuria, namum masih ada kekurangan dan tidak memenuhi tes penyaring yang baik. Tes lain yaitu Uriscreen Diatech Diagnostics Ltd,
Kiryat Weizmann, Ness Ziona, Israel, dengan enzymatic rapid screening test ini dalam beberapa menit hasilnya dapat dibaca. Hasilnya
dibandingkan dengan biakan positif. Ternyata Uriscreen mempunyai sensitivitas 100 dan spesifisitas 81, Cara ini baik untuk screening
sampel dalam jumlah yang besar
4
.
2.6. Pengobatan
Pengobatan bakteriuria asimtomatik pada kehamilan perlu diberikan, sebab menurut penelitian Elder dkk
4
, dengan memberikan pengobatan ASB pada kehamilan dapat menurunkan insiden bakteriuria
Universitas Sumatera Utara
14
dari 86 menjadi 11. Komplikasi pielonefritis akuta dapat berkurang hingga 80 setelah diberikan pengobatan pada ASB. Juga dapat
menurunkan angka lahir berat badan rendah.
Penelitian yang membandingkan pengobatan dengan sulfonamida, cephalosporin, dan nitrofurantoin dengan spectrum luas antibiotika
penisilin menunjukkan bahwa obat-obatan tersebut sama-sama efektif dalam eradikasi bakteriuria. Pengobatan dengan ampisilin perlu hati-hati
karena penyebab utama bakteriuria adalah E.coli yang resistensinya mencapai 30 di Amerika
4
.
Tabel 1: Antibiotika yang dipakai untuk ASB dan sistitis pada kehamilan
4
Pengobatan 3-7 hari: nitrofurantoin 100 mg 4 x sehari
sulfisoxazole 500 mg 4 x sehari cephalexin
250-500 mg 4 x sehari
Pengobatan tunggal: nitrofurantoin 200mg kalihari
amoxillin 3 gram kalihari
cephalexin 2 gram kalihari
sulfisoxazole 2 gram kalihari
Universitas Sumatera Utara
15
Pencegahan: macrodantin 100 mg
Pengobatan dengan dosis tunggal dapat mendukung pengobatan ASB dan menghemat biaya pengobatan. Dalam pemilihan obat perlu
diperhatikan efek samping dari obat-obat tersebut. Misalnya penisilin dan sefalosporin dapat menyebabkan reaksi anafilaktik, sulfonamida dapat
menyebabkan fetal hyperbilirubinemia, nitrofurantoin dapat menyebabkan defisiensi glucose-6-phosphate dehydrogenase, trimethoprim adalah
kontraindikasi relatif untuk kehamilan trimester pertama dan dapat bersifat teratogenik.
2.7. Komplikasi 2.7.1. Sistitis
Komplikasi bakteriuria pada kehamilan berupa sistitis, yang berkisar antara 0,35-1,3
4
. Laporan mengenai sistitis pada kehamilan sangat kurang. Lokalisasi infeksi bakterial pada sistitis adalah tractus urinarius
bagian bawah. Belum jelas kapan sistitis dapat berlanjut dengan meningkatnya lahir prematur, lahir berat badan rendah atau pielonefritis.
Diagnosis pada penderita sistitis dapat ditegakkan dengan adanya keluhan disuria, hematuria, sering miksi atau merasa tidak enak pada
daerah suprapubik. Sistitis sering berulang timbul pada kehamilan namun tanpa adanya gejala infeksi. Pemeriksan urine sering positif dengan piuria
Universitas Sumatera Utara
16
dan bakteriuria. Yang terbaik adalah biakan urine, sebab 10 sampai 15 piuria pada kehamilan terjadi tanpa gejala infeksi.
Pengobatan sistitis sama dengan pengobatan ASB. Lihat Tabel 1 Umumnya pengobatan selama 5-7 hari. Pengobatan dengan jangka
pendek lebih diminati, misalnya 1, 3 atau 4 hari, karena lebih murah, dan efek samping juga dapat berkurang dari pada pemberian antibiotika
jangka panjang. Biakan urine perlu dilakukan berulang secara teratur pada kehamilan sebab diperkirakan 18 dari penderita dengan sistitis akuta
didapatkan biakan urine positif pada akhir kehamilan.
2.7.2. Pielonefritis akut
Pada kehamilan terdapat sebanyak 1-2 pielonefritis akut. Insiden pada populasi bervariasi dan tergantung pada prevalensi ASB dalam
komunitas dan penderita secara rutin diberi pengobatan pada ASB. Wanita dengan riwayat pielonefritis, malformasi saluran kemih atau batu
ginjal meningkatkan risiko terjadinya pielonefritis. Penelitian prospective pada 656 wanita dengan pielonefritis, di antaranya 73 terjadi pada
antepartum, 8 pada intrapartum dan 19 terjadi pada postpartum. .Pada antepartum 9 terjadi pada trimester pertama, 46 terdapat pada
trimester kedua dan 45 terdapat pada trimester ketiga. Menurut Harris
4
dengan pemeriksaan penyaring rutin dan pengobatan pada ASB dapat menekan pielonefrits dari 4 menjadi 0,8.
Universitas Sumatera Utara
17
Gejala dan tanda klinis pada pielonefritis akut, temasuk demam, menggigil, sakit, mual dan muntah, sepsis, insufisiensi pernafasan dan
gejala yang konsisten dengan sistitis. Diagnosis perlu dikonfirmasikan dengan biakan urine. Biakan urine setelah pengobatan dengan antibiotika,
hasilnya menjadi negatif. Ditemukannya 1, 2 bakteri per lapangan pandang besar pada urine dari kateterisasi, 20 bakteri dari penampungan
urine atau 100,000 cfu ml dari biakan urine adalah bermakna.
Komplikasi pielonefritis pada kehamilan terutama disebabkan endotoksin yang menyebabkan kerusakan jaringan. Seringkali secara
bersamaan terjadi kerusakan pada beberapa organ. Sejumlah 10-15 pielonefritis pada kehamilan dengan bakteriemia, manifestasi ke septic
shock
4
. Kehamilan dengan sepsis dan demam tinggi menyebabkan cardiac output turun.
Insufisiensi pernafasan terdapat 2-8 pada pielonefritis pada kehamilan, hal ini disebabkan oleh karena. toksin dari bakteri dapat
mengubah permeabilitas membrane alveoli-kapiler dan menyebabkan edema paru. Gejala klinis berupa sesak nafas, nafas cepat, kekurangan
oksigen, edema paru atau respiratory distress syndrome, denyut nadi meningkat 110x menit atau lebih, suhu badan meningkat lebih dari 39
o
C, nafas cepat lebih 28x menit.
Universitas Sumatera Utara
18
Disfungsi ginjal terdapat pada 25 kehamilan. Disfungsi ini dapat dilihat dari creatinine clearence kurang dari 80 ml menit, setelah beberapa
hari dapat normal kembali.
Anemia, ditemukan pada 25-66 kehamilan dengan pielonefritis. Anemia hemolitik timbul karena lipopolisakharida kuman yang dapat
merusak membran sel darah merah.
Pielonefritis antepartum pada kehamilan perlu diberi antibiotika yang mempunyai khasiat terhadap bakteri yang menyebabkan infeksi
saluran kemih. Pemberian antibiotika yang dapat diterima untuk pengobatan pielonefritis seperti terlihat pada Tabel 2
4
,
Tabel 2. Antimikroba yang
digunakan untuk
pengobatan pielonefritis pada kehamilan
4
ampisilin 2 g IV 6jam + gentamycin 3-4mgKghari IV dibagi 3 x sehari
cefazolin 1 g IV tiap 8 jam ceftriaxone 1- 2 g IV atau IM tiap 24 jam
mezlocillin 1- 3g IV tiap 6 jam piperacillin 4 g IV tiap 8 jam
Universitas Sumatera Utara
19
Kombinasi ampisilin dengan aminoglikosida sudah digunakan sebagai pengobatan yang umum diberikan pada kehamilan dengan
pielonephrits. Penggunaan
gentamisin pada
kehamilan sering
dipertanyakan karena toksisitasnya. Seperti nefrotoksik dan ototoksik, namun tidak ditemukan nefropathy pada wanita hamil dan janinnya.
Khususnya pada neonatal dan infants setelah pengobatan dengan gentamisin. dapat mengakibatkan gangguan ginjal
4
. Pengobatan dengan mezlocillin dan piperacillin, dapat menurunkan demam dalam waktu 96
jam. Pengobatan dengan cefazolin dan ceftriaxon menurunkan febris, dalam 1 dan 1-3 hari. Resistensi terhadap generasi pertama
cephalosporin mencapai 12. Penderita yang gagal dengan cefazolin dapat diobati dengan penambahan aminoglikosida.
Kehamilan dengan pielonefritis perlu dirawat di rumah sakit untuk observasi dan deteksi komplikasi pielonefritis, termasuk insufisiensi ginjal,
insufisiensi pernafasan dan sepsis, gejalanya seperti demam tinggi, dehidrasi dan muntah-muntah. Pemeriksaan laboratorium yang penting
adalah hitung jumlah sel darah, serum elektrolit, kreatinin dan biakan urine. Angel
4
membandingkan pengobatan cephalexin oral dengan cephalothin IV pada penderita nonbakteriemia, ternyata antibiotika oral
aman dan efektif diberikan pada kehamilan. Respon klinis dengan pengobatan antibiotika adalah cepat. Bila setelah 72 jam gagal atau tidak
ada respon klinis perlu dilakukan renal sonografi untuk memeriksa adanya obstruksi karena nephrolithiasis. Pengobatan intravena diteruskan sampai
setelah 1 - 2 hari tidak demam. Umumnya pengobatan dengan antibiotika
Universitas Sumatera Utara
20
diberikan selama 2 minggu. Biakan urine dan antibiotika profilaksis perlu diberikan pada wanita hamil dengan riwayat pielonefritis untuk
menurunkan risiko infeksi rekuren.
2.8. Kerangka Konsep
Variabel Confounding Umur
Paritas Usia Kehamilan
Pendidikan Variabel Bebas
Ibu hamil dan Ibu yang tidak hamil
Variabel Tergantung Bakteriuria sebagai penyebab
terjadinya Infeksi Saluran kemih
Universitas Sumatera Utara
21
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan “cross-sectional” dengan
metode pendekatan observasional analitik. Peneliti akan menguji data pada satu titik waktu. Data dikumpulkan hanya pada satu kesempatan dari
dua kelompok subyek penelitian yaitu kelompok subyek ibu hamil dan kelompok ibu yang tidak hamil.
3.2. Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan di Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUP. H. Adam Malik Medan. Waktu penelitian dimulai pada bulan Maret 2014
sampai jumlah sampel terpenuhi.
3.3. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah ibu hamil yang berkunjung ke poli ibu hamil di RSUP. H. Adam Malik. Kelompok kontrol adalah ibu yang tidak
hamil yang merupakan paramedis yang bekerja di RSUP. H. Adam Malik Medan.
3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
1. Kriteria Inklusi : - Ibu hamil Kelompok Subjek.
Universitas Sumatera Utara