KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
III-3 Pencapaian
indikator kinerja
sasaran  tersebut  dengan  uraian sebagai berikut :
1.  Predikat LAKIP SKPD
Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi  Pemerintah    LAKIP  dan
persentase temuan
hasil pemeriksaan  yang  ditindaklanjuti
merupakan  indikator  kinerja  sasaran  baru  yang  didasarkan  pada  Rencana Strategis  Dinas  Pertanian,  Perikanan  dan  Kehutanan  2016
–  2021.  Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah  merupakan wujud pertanggungjawaban
pejabat  publik  kepada  masyarakat  tentang  kinerja  lembaga  pemerintah  selama satu  tahu  anggaran.  Nilai  LAKIP  Dinas  Pertanian,  Perikanan  dan  Kehutanan
merupakan  nilai  hasil  evaluasi  atas  laporan  kinerja  instansi  pemerintah  pada Dinas  Pertanian,  Perikanan  dan  Kehutanan  yang  dilakukan  oleh  Inspektorat
Kabupaten Sleman. Nilai LAKIP tahun 2016 belum keluar karena belum dilakukan evaluasi  terhadap  hasil  LAKIP.    Capaian  tahun  2015,  berdasarkan  laporan  hasil
Evaluasi  Akuntabilitas  Kinerja  Instansi  pemerintah  pada  Dinas  Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Sleman dari Inspektorat Kabupaten Sleman
nomor  700.04E.642016  tanggal  4  Oktober  2016  berhasil  memperoleh  nilai LAKIP sebesar 95,60  atau disebut dengan predikat AA. Nilai tersebut merupakan
akumulasi  penilaian  terhadap  seluruh  komponen  manajemen  kinerja  yang meliputi  perencanaan  kinerja,  pengukuran  kinerja,  pelaporan  kinerja,  evaluasi
kinerja  dan  pencapaian  kinerja.  Bila  dibandingkan  dengan  capaian  LAKIP Kabupaten Sleman tahun 2015 mendapat predikat BB dengan nilai 76,90, maka
Dinas  Pertanian,  Perikanan  dan  Kehutanan  telah  memberikan  kontribusi  positif terhadap pencapaian LAKIP kabupaten.
2.Persentase Temuan Hasil Pemeriksaan yang Ditindaklanjuti
Persentase  temuan  hasil  pemeriksaan  yang  ditindaklanjuti  merupakan pemeriksanaan  yang  dilakukan  oleh  BPK,  BPKP,  Inspektorat  Propinsi  maupun
Inspektorat  Kabupaten.  Tahun  2016  ini  mencapai  100  dihitung  dengan  cara mencari persentase temuan hasil pemeriksaan yang telah ditindaklanjuti di tahun
2016  dibagi  seluruh  temuan  hasil  pemeriksaan.    Pencapaian  ini    belum  bisa dibandingkan tahun 2015, karena merupakan indikator baru, namun berdasarkan
KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
III-4 data  tahun  2015,  seluruh  temuan  hasil  pemeriksaaan  yang  ada  di  tahun  2015
telah di tindaklanjuti sebesar 100.
Untuk  indikator  kinerja  sasaran  tersebut,  target  yang  ditetapkan  berdasarkan Rencana  Strategis  Dinas  Pertanian,  Perikanan  dan  Kehutanan  Kabupaten
Sleman tahun 2016 – 2021 adalah sebagai berikut :
Tabel 3.3. Target Indikator Kinerja Sasaran pada Sasaran Satu Misi Satu tahun 2016 –
2021 dan Realisasi Tahun 2016
No Indikator
Kinerja Sasaran
Realisasi 2016
Target 2017
Target 2018
Target 2019
Target 2020
Target 2021
1.
LAKIP SKPD predikat
Belum diketahui
A A
A A
A
2. Persentase
temuan hasil pemeriksaaan
yang ditindaklanjuti
100 100
100 100
100 100
Pencapaian  target  untuk  LAKIP  Dinas  Pertanian,  Perikanan  dan Kehutanan  Kabupaten  Sleman  pada  tahun  2021  dengan  predikat  A  dan
Persentase temuan yang ditindaklanjuti dengan target 100  akan dapat tercapai dengan ketentuan bahwa seluruh komponen bekerjasama dalam pencaian target
kinerja sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Sasaran  tersebut dicapai dari program kegiatan sebagai berikut :
1.  Program Perencanaan Pembangunan Daerah 2.  Program  Peningkatan  Sistem  Pengawasan  Internal  dan  Pengendalian
Pelaksanaan Kebijakan KDH 3.  Program Peningkatan pengelolaan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan
Keuangan
4.  Program Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan keuangan dan kekayaan Daerah
Realisasi dana yang digunakan untuk mencapai sasaran tersebut  sebesar Rp  196.843.400,00  dari  anggaran  sebesar  Rp  199.408.500,00  atau  98,71  dari
target.  Realisasi  output  sebesar  100.    Realisasi  keuangan  sebesar  98,71 dibandingkan  dengan  rata-rata  capaian  kinerja  sasaran  sebesar  100,  maka
terjadi efisiensi penggunaan sumber daya dalam mencapai sasaran tersebut
KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
III-5
Faktor yang  mempengaruhi keberhasilan adalah kerja sama yang baik
dari  aparatur  pemerintah  Dinas  Pertanian,  Perikanan  dan  Kehutanan  dengan mayarakat. Kinerja aparatur pemerintah dalam mengemban amanah masyarakat
tersebut  harus  optimal,  sehingga  komitmen  pimpinan  mempunyai  peranan  yang sangat  besar  untuk  memotivasi,  mengevaluasi,  dan  menumbuhkan  inovasi  dari
seluruh jajaran di Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Sleman. Bentuk  komitmen  pimpinan  tersebut  antara  lain  adanya  kegiatan  Rapat
Koordinasi  Pimpinan  yang  dilakukan  setiap  hari  senin  setelah  apel  pagi dilaksanakan di ruang kepala Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan maupun
Rapat  Koordinasi  Pengendalian  Dinas  yang  diadakan  setiap  bulan  sekali  yang dihadiri  oleh  seluruh  pejabat  struktural  di  Dinas  Pertanian,  Perikanan  dan
Kehutanan diselenggarakan setiap hari Rabu setelah tanggal 10 setiap bulannya. Forum  tersebut  dikoordinasi  oleh  Sekretariat  Dinas.  Koordinasi  dimulai  pukul
07.30 WIB.  Materi  yang  dibahas  terutama  tentang  kinerja  organisasi  agar  dapat teraksana sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
Hambatan  atau  kendala  yang  dihadapi  dalam  pencapaian  target  relatif
tidak  ada  karena  sudah  menjadi  komitmen  bersama  bagi  seluruh  pejabat    di Dinas  Pertanian,  Perikanan  dan  Kehutanan  untuk  dapat  menyelesaikan  semua
permasalahan  secara  baik  dan  sesuai  prosedur.  Permasalahan  yang  bersifat mendadak dan membutuhkan koordinasi secara cepat harus segera dilaksanakan
tanpa menunggu forum koordinasi secara resmi.
Strategi  pemecahan  masalah  pemanfaatan  media  sosial  dengan
pembuatan  grup  yang  beranggotakan  seluruh  pejabat  strukturat  dan  fungsional dapat  digunakan  sebagai  sarana  untuk  dapat    mempercepat  komunikasi,
sehingga  permasalahan  yang  bersifat  mendadak  dan  membutuhkan  koordinasi secara  cepat  segera  dilaksanakan  tanpa  menunggu  forum  koordinasi  secara
resmi.
Sasaran Dua:
“Meningkatnya Kualitas Pelayanan Publik oleh SKPD” Hasil  evaluasi  capaian  kinerja  sasaran  Meningkatnya  Kualitas  Pelayanan  Publik
dengan  1  satu  indikator  kinerja  mendapatkan  angka  capaian  kinerja  sasaran sebesar 101,74
dengan predikat
“Sangat Berhasil ”.
Hasil pengukuran capaian kinerja sasaran  Meningkatnya Pelayanan Masyarakat disajikan dalam tabel berikut ini:
KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
III-6
Tabel 3.4. Perhitungan Capaian Sasaran Dua yang Mendukung Misi Satu
No Indikator Kinerja
Sasaran Realisasi
2015 Tahun 2016
Target Realisasi
Capaian 1.
Nilai Indeks Kepuasan IKM nilai
81,87 78,67
80,24 101,74
Indeks  Kepuasan  Masyarakat  adalah  hasil  survey  kepuasan  masyarakat  yang merupakan predikat kualitas dan kinerja pelayanan publik pada Dinas Pertanian,
Perikanan  dan  Kehutanan  berdasarkan  nilai  IKM  yang  diperoleh.  IKM  ini merupakan  indikator  baru  Indeks  kepuasan  masyarakat  pada  tahun  2016
terealisasi 80,24 angka indeks dari target sebesar 78,67 angka indeks, sehingga capaiannya  adalah  sebesar  101,74.  Nilai  IKM  ini  lebih  rendah  dari  realisasi
tahun  2015  yaitu  sebesar  81,26  yang  disebabkan  karena  adanya  peraturan tentang  pemberian  hibah  dan  bansos  yang  mensyaratkan  kelompok  penerima
harus  memiliki  badan  hukum,  menyebabkan  terhambatnya  penerimaan  hibah kepada  masyarakat.  Hal  ini  menyebabkan  tingkat  kepuasan  masyarakat  akan
kinerja Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan menjadi menurun. Dengan  melihat  kondisi  pelayanan  kepada  masyarakat  tersebut,  maka
perlu  diperhatikan  prinsip-prinsip  pelayanan  yang  harus  dikembangkan. Berdasarkan prinsip  pelayanan  yang  kemudian  dikembangkan  menjadi  14  unsur
yang  relevan,  valid,  dan  reliable,  sebagai  unsur  minimal  yang  harus   ada  untuk dasar pengukuran indeks kepuasan masyarakat adalah sebagai berikut :
1.  Prosedur  pelayanan,  yaitu  kemudahan  tahapan  pelayanan  yang  diberikan kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan;
2.  Persyaratan  pelayanan,  yaitu  persyaratan  teknis  dan  administratif   yang diperlukan
untuk mendapatkan
pelayanan sesuai
dengan jenis
pelayanannya; 3.  Kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaan dan kepastian petugas yang
memberikan  pelayanan  nama,  jabatan  serta  kewenangan  dan  tanggung jawabnya;
4.  Kedisiplinan  petugas  pelayanan,  yaitu  kesungguhan  petugas  dalam memberikan  pelayanan  terutama  terhadap  konsistensi  waktu  kerja  sesuai
ketentuan yang berlaku; 5.  Tanggungjawab petugas pelayanan, yaitu kejelasan wewenang dan tanggung
jawab petugas dalam penyelenggaraan dan penyelesaian pelayanan;
KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
III-7 6.  Kemampuan  petugas  pelayanan,  yaitu  tingkat  keahlian  dan  keterampilan
yang  dimiliki  petugas  dalam  memberikanmenyelesaikan  pelayanan  kepada mayarakat;
7.  Kecepatan  pelayanan,  yaitu  target  waktu  pelayanan  dapat  diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan;
8.  Keadilan  mendapatkan  pelayanan,  yaitu  pelaksanaan  pelayanan  dengan tidak membedakan golonganstatus masyarakat yang dilayani;
9.  Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku petugas dalam memberikan  pelayanan  kepada  masyarakat  secara  sopan  dan  ramah  serta
saling menghargai dan menghormati; 10. Kewajaran  biaya  pelayanan,  yaitu  keterjangkauan  masyarakat  terhadap
besarnya biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan; 11. Kepastian  biaya  pelayanan,  yaitu  kesesuaian  antara  biaya  yang  dibayarkan
dengan biaya yang telah ditetapkan; 12. Kepastian  jadwal  pelayanan,  yaitu  pelaksanaan  waktu  pelayanan,  sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan; 13. Kenyamanan  lingkungan,  yaitu  kondisi  sarana  dan  prasarana  pelayanan
yang  bersih,  rapi,  dan  teratur  sehingga  dapat  memberikan  rasa  nyaman kepada penerima pelayanan;
14. Keamanan  pelayanan,  yaitu  terjaminnya  tingkat  keamanan  lingkungan  unit penyelenggara  pelayanan  ataupun  sarana  yang  digunakan,  sehingga
masyarakat  merasa  tenang  untuk  mendapatkan  pelayanan  terhadap  resiko- resiko yang diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan.
Pemeriksaan kesehatan hewan pada masyarakat
KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
III-8 Pada  tahun  2016,  untuk  ketiga  kalinya  Dinas  Pertanian,  Perikanan  dan
Kehutanan Kabupaten Sleman menyelenggarakan Survey Kepuasan Masyarakat dengan  melakukan  survey  pada  semua  bidang,  sekretariat    dan  Unit  Pelaksana
Teknis  lingkup  Dinas  Pertanian,  Perikanan  dan  Kehutanan.  Kegiatan  tersebut dilaksanakan  dalam  rangka  penyusunan  Indeks  Kepuasan  Masyarakat  IKM,
sebagai  salah  satu  parameter  kualitas  penyelenggaraan  pemerintahan,  khusus pada  aspek  kualitas  pelayanan  publik.  Dinas  Pertanian,  Perikanan  dan
Kehutanan    telah  melaksanakan  Survey  Kepuasan  Masyarakat  dengan responden  para  pengguna  jasalayanan  baik  pada  bidang,  sekretariat  maupun
unit  pelaksana  teknis  .  Hasil  survey  berupa  nilai  IKM  dengan  rentang  yang berbeda,  sehingga  perlu  diperhatikan  untuk  perbaikan  pada  komponen  yang
memiliki  nilai  rendah  dan  mempertahankan  pada  komponen  yang  meiliki  nilai yang tinggi.
Meskipun  Nilai  IKM  telah  memenuhi  target,  namun  Dinas  Pertanian, Perikanan  dan  Kehutanan  harus  terus    mencermati  nilai  pada  masing-masing
unsur  pelayanan    dan  harus  berfokus  dan  memberikan  perhatian  lebih  terhadap unsur-unsur pelayanan dengan nilai rendahtertendah. Hal ini perlu ditindaklanjuti
dengan menyusun langkah dan strategi untuk meningkatkan capaian ke depan.
Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan  Kabupaten Sleman pada tahun 2016 terus  berupaya  membangun  dan  meningkatkan  kualitas  pelayanan  menuju
pelayanan prima antara lain dengan menyediakan sarana pengaduan masyarakat melalui :
a  Kotak Saran di semua Unit Pelayanan Publik. b  Portal pengaduan pada website
Realisasi indikator kinerja sasaran  tahun 2016 dan target  pertahun hingga tahun 2021 terhadap disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 3.5. Target Indikator Kinerja Sasaran pada Sasaran Dua Misi Satu tahun 2016 –
2021 dan Realisasi Tahun 2016
No Indikator
Kinerja Sasaran
Realisasi 2016
Target 2017
Target 2018
Target 2019
Target 2020
Target 2021
1. Nilai Indeks
Kepuasan IKM nilai
80,24 78,74
78,80 78,87
78,90 79,00
KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
III-9 Sasaran  Meningkatnya  Kualitas  Pelayanan  Publik    tersebut  dicapai  melalui
program sebagai berikut: a.  Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
b.  Program Pelayanan Pembinaan dan Pengembangan Aparatur c.  Program Peningkatan Pengembangan datainformasistatistik daerah
d.  Program Peningkatan Penyelamatan dan Pelestarian DokumenArsip Daerah e.  Program pengambangan Komunikasi, Informasi dan Media Massa
f. Program  Pelayanan Administrasi Perkantoran
g.  Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur h.  Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur
Realisasi  dana  yang  digunakan  untuk  mencapai  sasaran  tersebut  sebesar 3.717.166.662,00  dari  anggaran  sebesar  Rp 3.986.282.625,00  atau  93,25  dari
target.  Realisasi  output  rata-  rata  sebesar  100.    Realisasi  keuangan  sebesar 93,25  dibandingkan  dengan  rata-rata  capaian  kinerja  sasaran  sebesar  100,
maka  terjadi  efisiensi  penggunaan  sumber  daya  dalam  mencapai  sasaran tersebut.
Faktor  yang  mempengaruhi  keberhasilan  pencapaian  sasaran  tersebut
adalah: a. Telah  ditetapkannya  Peraturan  Bupati  Sleman  tentang  Pedoman  Penyusunan
Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Publik di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Sleman.
b. Adanya komitmen semua pihak terkait untuk melaksanakan Survey Kepuasan Masyarakat di Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Sleman
Hambatan  atau  kendala  yang  dihadapi  dalam  pencapaian  target  adalah
penetapan  responden    survey  IKM  mengingat  heterogenitas  pengguna  layanan pada  Dinas  Pertanian,  Perikanan  dan  Kehutanan  sangat  tinggi.  Baik  dari  petani
yang mayoritas berusia tua dengan tingkat pendidikan yang masih cukup rendah hingga  para  pengusaha  dan  akademika  yang  memiliki  tingkat  pendidikan  yang
tinggi.  Penetapan  sampel  responden  diharapkan  akan  mampu  mewakili masyarakat pengguna layanan.
Srategi  pemecahan  masalah  adalah  dengan  menetapkan  sample
responden  secara  proporsional  baik  pada  setiap  bidang,  sekretariat  maupun UPT.   Pengukuran  kepuasan  merupakan  elemen  penting  dalam  proses  evaluasi
kinerja dimana tujuan akhir yang hendak dicapai adalah menyediakan pelayanan yang  lebih  baik,  lebih  efisien,  dan  lebih  efektif  berbasis  dari  kebutuhan
KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
III-10 masyarakat.  Suatu  pelayanan  dinilai  memuaskan  bila  pelayanan  tersebut  dapat
memenuhi  kebutuhan  dan  harapan  pengguna  layanan.  Kepuasan  masyarakat dapat  juga  dijadikan  acuan  bagi  berhasil   atau  tidaknya  pelaksanaan  program
yang dilaksanakan pada suatu lembaga layanan publik.
A.2.2.  Misi  Tiga,  Meningkatkan  Penguatan  Sistem  Ekonomi  Kerakyatan, Aksesibilitas  dan  Kemampuan  Ekonomi  Rakyat  Serta  Penanggulangan
Kemiskinan Tujuan  : Meningkatnya Daya Saing Sektor Pertanian
Sasaran :
“Meningkatnya Kesejahteraan Petani” Hasil  evaluasi  capaian  kinerja  sasaran  Meningkatnya  Kesejahteraan  Petani
dengan 3 tiga indikator kinerja yaitu Nilai Tukar Petani, persentase  peningkatan produksi  komoditas  pertanian  dan  perikanan  serta  jumlah  kelompok  penerima
penguatan  modal.    Angka  capaian  kinerja  sasaran  sebesar  84,25 dengan
predikat
“Berhasil” diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut :
Tabel 3.6. Perhitungan Capaian Sasaran yang Mendukung Misi Tiga
No Indikator Kinerja
Sasaran Realisasi
2015 Tahun 2016
Target Realisasi
Capaian
1. Nilai Tukar Petani
Nilai 111,54
111,65 108,87
96,97 2
Persentase peningkatan
produksi komoditas pertanian dan
perikanan 2,73
3,256 1,06
32,50
3 Jumlah kelompok
penerima penguatan modal kelompok
276 228
281 123,25
Rata-Rata 84,25
Tercapainya  sasaran  meningkatnya  kesejahteraan  petani  dihitung  dengan mencari  rata-rata  hasil  capaian  3  indikator  kinerja  sasaran.  Dari  masing-masing
indikator  tersebut  2  indikator  yaitu  nilai  tukar  petani  dan  jumlah  kelompok penerima  penguatan  modal  dengan  hasil  sangat  berhasil  dan  1  indikator  yaitu
persentase  peningkatan  produksi  komoditas  pertanian  dan  perikanan  dengan hasil capaian tidak berhasil.
KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
III-11 Pencapaian indikator kinerja sasaran tersebut dengan uraian sebagai berikut :
1.  Nilai Tukar Petani
Salah  satu  indikator  yang  dapat digunakan  untuk  mengukur  tingkat
kesejahteraan  petani  adalah  Nilai Tukar petani NTP. Secara konsep
NTP menyatakan
tingkat kemampuan  tukar  atas  barang-
barang  produk  yang  dihasilkan  petani  di  pedesaan  terhadap  barangjasa  yang dibutuhkan untuk konsumsi rumah tangga dan keperluan dalam proses produksi
pertanian.  BPS  menyusun  definisi  NTP  sebagai  perbandingan  antara  indeks harga  yang  diterima  petani  It  dengan  harga  yang  dibayar  petani  Ib  yang
dinyatakan  dalam  persentase.  Perhitungan  indeks  yang  diterima  dilakukan dengan  menggunakan  harga  produk  yang  dihasikan  oleh  petani  pada  tingkat
produsen  petani.  Harga  pada  tahun  2012  dijadikan  sebagai  pembanding  baku dengan  nilai  100.  Untuk  Indeks  bayar,  komponen  yang  digunakan  untuk
menghitung harga yang dibayar petani meliputi konsumsi rumah tangga dan biaya produksi.  Konsumsi  rumah  tangga  terdiri  dari  bahan  makanan,  makanan  jadi,
perumahan, sandang, kesehatan,pendidikan, rekreasi dan olah raga, transportasi dan  komunikasi.  Untuk  biaya  produksi  meliputi  bibit,  obat-obatan  dan  pupuk,
transportasi dan komunikasi, sewa lahan, pajak dan lainnya, penambahan barang modal dan upah buruh tani.
Bila  dibandingkan  dengan  NTP  Daerah  Istimewa  Yogyakarta  sampai dengan  Desember  2016  mencapai  103,40  dan  NTP  nasional  mencapai  101,49,
maka  NTP  Kabupaten  Sleman  sebesar  108,87  angka  sementara  memiliki  nilai yang  lebih  tinggi.  Hal  ini  menunjukkan  bahwa  petani  di  Kabupaten  Sleman
memiliki  kesejahteraan  yang  lebih  berdasarkan  indeks  yang  diperoleh  di  tahun 2016.
KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
III-12
Tabel 3.7. Perbandingan Komponen Perhitungan NTP per komoditas  tahun 2015-2016
Komoditas 2015
2016 Selisih
Tanaman Pangan
It 132.51
140.89 8.38
Ib 120.94
130.92 9.98
IKRT 121.55
131 9.45
IBPPBM 117.41
130.4 12.99
NTP 109.57
107.61 -1.96
Hortikultura It
129.45 133.55
4.1 Ib
124.34 131.65
7.31 IKRT
124.37 132.62
8.25 IBPPBM
124.23 127.69
3.46 NTP
104.12 101.45
-2.67
Perkebunan It
144.92 168.59
23.67 Ib
121.1 131.87
10.77 IKRT
124.06 135.17
11.11 IBPPBM
116.43 125.9
9.47 NTP
119.67 127.84
8.17
Peternakan It
145.56 151.82
6.26 Ib
123.04 143.88
20.84 IKRT
124.7 135.36
10.66 IBPPBM
121.37 152.44
31.07 NTP
118.31 105.52
-12.79
Perikanan It
133.34 126.92
-6.42 Ib
120.34 124.21
3.87 IKRT
125.79 129.85
4.06 IBPPBM
113.61 117.85
4.24 NTP
110.71 102.18
-8.53
Total It
135.91 144.48
8.57 Ib
121.76 133.71
11.95 NTP
111.54 108.23
-3.31
Di  sektor  pertanian,  penurunan  nilai  NTP  disebabkan  karena  karena adanya  kenaikan  harga  produk  pertanian  yang  lebih  kecil  dibandingkan  dengan
kenaikan  harga-harga  kebutuhan  rumah  tangga  dan  biaya  produksi  serta penambahan  barang  modal  untuk  usahataninya.  Hal  ini  juga  disebabkan  karena
iklim  kemarau  basah  di  sepanjang  tahun  2016  menyebabkan  naikknya  biaya produksi  untuk  pengendlian  OPT  yang  banyak  menyerang.  Untuk  komoditas
peternakan  dan  perikanan,  kenaikan  harga  pakan  meningkatkan  indeks  harga yang yang dibayar petani.
KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
III-13 Untuk  Indeks  kebutuhan  rumah  tangga,  kenaikan  indeks  harga  yang
dibayar petani disebabkan karena semakin meningkatnya biaya kebutuhan hidup seperti Konsumsi rumah tangga yang terdiri dari bahan makanan, makanan jadi,
perumahan, sandang, kesehatan,pendidikan, rekreasi dan olah raga, transportasi dan komunikasi
2.Persentase Peningkatan
Produksi  Komoditas  Pertanian dan Perikanan
Persentase peningkatan produksi pertanian
dan perikanan
merupakan peningkatan produksi pertanian  dan  perikanan  yang
dapat  dilihat  dari  peningkatan  produksi  komoditas  pertanianperkebunan, komoditas peternakan dan komoditas perikanan.
Perhitungan  yang  dilakukan  adalah  dengan  melakukan  rata-rata  persentase peningkatan  produksi  dari  komoditas  pertanianperkebunan,  peternakan  dan
perikanan.  Pada  saat    penyusunan  laporan  belum  diperoleh    angka  tetap sehingga  angka  yang  disajikan  masih  merupakan  angka  sementara  untuk
capaian tahun 2016.   Persentase peningkatan produksi pertanian dan perikanan dengan    hasil  pencapaian  0,443  dari  target  sebesar  3,260  atau  mencapai
13,59    dihitung  dengan  mencari  rata-rata  hasil  dari  capaian  persentase peningkatan  produksi  peternakan  0.46,  persentase  peningkatan  produksi
komoditas  perikanan  sebesar  16,87  dan  persentase  peningkatan  produksi komoditas  pertanian  yang  tahun  2016  ini  mengalami  penurunan  dibandingkan
tahun 2015 yaitu 16. Mina padi di Cibuk Kidul, Seyegan
KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
III-14
Penjelasan capaian untuk masing-masing komoditas adalah:
A.  Persentase peningkatan produksi komoditas peternakan meliputi  peningkatan  satuan  ternak,
peningkatan produksi
telur dan
peningkatan  produksi  sapi.  Capaian satuan  ternak  tahun  2016  mencapai
0,24  dari  target  sebanyak  0,2.  Capaian produksi  telur  naik  sebesar  0,3  atau
terjadi  peningkatan  dari  16.887.070  kg di  tahun  2015    menjadi    16.938.021  kg  pada  tahun  2016.  Produksi  telur
merupakan  penjumlah  dari  telur  ayam  buras,  ayam  ras  petelur,  dan  telur  itik. Produksi  ini  mengalami  kenaikan  dari  pencapaian  tahun  2015    sebesar
16.887.070  kg  menjadi  16.938.021  kg  pada  tahun  2016  atau    telah  mengalami peningkatan  sebesar  0,85.  Capaian  produksi  susu  sapi  sebesar  100,85
sebesar  3.741.750  kg  atau  naik  dari  capain  tahun  2015  sebesar  3.710.266  kg. Bila  dibandingkan  dengan  produksi  susu  sapi  tahun  2015  terjadi  peningkatan
sebesar  0,85.  Faktor  yang  mempengaruhi  pencapaian    target  adalah  adanya peningkatan populasi ternak yang disebabkan karena kegiatan yang mendukung
seperti  pemeliharaan  kesehatan  dan  pencegahan  penyakit  menular  ternak, pengawasan  peredaran  produk  asal  hewan  dan  obat-obatan,  pemantauan  dan
pelayanan  kesehatan,  pemeriksaan  kebuntingan,  penanganan  gangguan  alat reproduksi yang secara intensif dilakukan oleh petugas serta peningkatan jumlah
pemotongan hewan ternak.
B.  Persentase peningkatan produksi perikanan
meliputi peningkatan produksi ikan konsumsi, benih ikan dan ikan hias. Capaian produksi ikan konsumsi sebesar 130,72 atau
42.875,2 ton dari capaian tahun 2015 sebesar 32.798,14  ton.    Produksi  ikan  konsumsi  ini
dapat  mencapai  target  yang  ditetapkan  dan bila  dibandingkan  dengan  produksi  tahun
2015  berarti  mengalami  kenaikan  sebesar 30,72.    Capaian  produksi  benih  ikan
sebesar 106,32  atau 1.075.700.400 ekor   bila dibandingkan dengan produksi tahun 2015 yaitu sebesar 1.011.779.900 ekor  atau mengalami kenaikan sebesar
6,32.  Capaian  produksi  ikan  hias  sebesar  112,44    atau  16.950.500  ekor
KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
III-15 dibandingkan dengan produksi tahun 2015  yaitu sebesar 15.074.500 ekor  berarti
mengalami kenaikan sebesar 12,44.   Faktor yang mempengaruhi keberhasilan ini adalah pendampingan yang intensif dari petugas kepada kelompok perikanan
melalui pelatihan, pembinaan dan pendampingan, terpenuhinya sarana prasarana budidaya  perikanan  seperti  sumur,  kolam  ikan,  peralatan  perikanan  dan  sarana
penunjang  lainnya  antara  lain  bantuan  benih,  bantuan  calon  induk,  bantuan bahan  baku  pakan  mandiri.  Berbagai  bantuan  ini  berasal  dari  Kementerian
Kelautan dan Perikanan maupun dari Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi DI Yogyakarta.  Selain  terpenuhinya  sarana  prasarana  perikanan,  permodalan  yang
didukung dari dana APBD, APBN dan kredit program dari pemerintah KKPE dan KUR  juga  merupakan  salah  satu  faktor  yang  mempengaruhi  keberhasilan  ini.
Selain  itu  penerapan  teknologi  budidaya  yang  semakin  baik  oleh  kelompok perikanan  di  kabupaten  Sleman  juga  menjadi  faktor  keberhasilan.  Teknologi
Minapadi  Kolam  Dalam  yang  saat  ini  gencar  dilaksanakan  menjadi  salah  satu teknologi  yang  cukup  diminati  di  masyarakat,  karena  teknologi  ini  mampu
meningkatkan pendapatan pelakunya.
C.  Persentase peningkatan produksi komoditas pertanianperkebunan.
meliputi  komoditas  padi  sawah,  jagung,  kedelai,  salak  pondoh,  jambu  dalhari, krisan, cabai, kelapa, kopi, tembakau rakyat dan tebu.
- Padi
produksi  pada    turun  dari  326.819  ton  ditahun  2015  menjadi  325.574    ton  pada tahun 2016 atau terjadi penurunan sebesar 0,38 walaupun terjadi peningkatan
luas  areal  panen  dari  2015  sebesar  49.870  ha  menjadi  52.155  ha.  Hal  ini disebabkan  karena    penurunan  produktivitas  sebagai  akibat  peningkatan
serangan  hama  dan  penyakit tanaman pada musim panen bulan
Maret –  april.  Peningkatan
serangan  hama  dan  penyakit  ini disebabkan  karena    tingginya
curah  hujan  yang  disertai  angin. Produktifitas  padi  sawah  tahun
2015 senesar
65,53 kwha
menjadi  61,82  kwha  di  tahun 2016.  Upaya  yang  telah  dilakukan
KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016
III-16 dengan  peningkatan  pengendalian  mulai  dari  persemaian  dengan  penyediaan
racun untuk pengendalian hama penyakit yang diediakan oleh pemerintah. Hal ini mampu  mengurangi  tingkat  kerugian  petani  yang  biasanya  pada  serangan  bisa
mencapai  tingkat  sedang  dengan  kerugian  diatas  25    tetapi  dengan  upaya pengendalian maka serangan menjadi ringan dengan kerugian kurang dari 5 .
- Jagung
Luas  panen    jagung  tahun  2016  sebesar  3.227  ha  dengan  produksi  mencapai 22.574  ton  atau  terjadi  penurunan  dibandingkan  produksi  tahun  2015  yaitu
sebesar  41.623  ton  atau  terjadi  penurunan  sebesar  45,77.    Produktifitas  di tahun 2016 juga mengalami penurunan dibandingkan tahun 2015   yaitu sebesar
77,70  kwha  menjadi  69,95  kwha.  Untuk  komoditas  jagung,  musim  hujan sepanjang  tahun  2016  menyebabkan  penurunan  minat  petani  dalam  menanam
jagung.    Perubahan  pola  tanam  ini  menyebabkan  peningkatan  luas  areal  tanam padi.  Perubahan komoditas ini dianggap  lebih menguntungkan petani dibanding
jika  mereka  tetap  menanam  jagung  karena  penanaman  jagung  memiliki  resiko gagal panen.
- Kedelai
Komoditas  kedelai,  produksi  tahun  2016  hanya  sebesar  122,40  ton  atau  terjadi penurunan  dari  produksi  tahun  2015  yang  mencapai  199  ton.  Penuruna  hingga
mencapai    38,49.  Tahun  2016  ini  luas  panen  hanya  mencapai  58  Ha  dengan produktifitas  sebesar  15,24  kwha,    sedangkan  pada  tahun  2015  luas  panen
sebesar  130  ha  dengan  produktifitas  mencapai  15,31  kwha.    Untuk  komoditas kedelai, musim hujan sepanjang tahun 2016 juga menyebabkan penurunan minat
petani  dalam  menanam  kedelai.  Komoditas  kedelai  adalah  tanaman  sub  tropis yang  membutuhan  lama  penyinaran  matahari  lebih  dari  12  jam  sehingga  jika
dipaksakan  ditanam  pada  curah  hujan  yang  tinggi  maka  tanaman  cenderung meninggi  dan  lambat  berbunga.  Disamping  itu  produktivitas  dan  harga  yang
rendah  menyebabkan  petani  beralih  pada  komoditas  kacang  tanah  yang  lebih menguntungkan dari segi harga maupun tenaga kerja yang sedikit
- Salak Pondoh
Produksi  salak  pondoh  tahun  2016  mencapai  774.802  kw  meningkat  dari  tahun 2015 yang mampu berproduksi sebesar 699.779 kw atau terjadi kenaikan sebesar
10,72.      Komoditas  salak  pondoh  merupakan  komoditas  unggulan  Kabupaten