12
D. Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif banyak mengilhami lahirnya model-model pembelajaran mutakhir yang berpusat pada siswa. Pembelajaran kooperatif berasal
dari kata “kooperatif” yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Slavin
mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah
4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.Isjoni,2009
Menurut Johnson Johnson pembelajaran kooperatif mengandung arti bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif adalah
mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan
mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut.Isjoni,2009 Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
kooperatif itu adalah kerja kelompok yang terorganisir dan terkelola dimana siswa secara kooperatif dalam kelompok kecil yang umumnya terdiri daru 4-6 orang untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif itu mengutamakan kerja sama diantara siswa dalam kelompok-kelompok kecil sehingga tercipta
masyarakat belajar learning community dengan tujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Model ini dirancang pada umumnya untuk menunjang proses
pembelajaran siswa yang berkaitan dengan hasil belajar akademik, penerimaan
13 terhadap perbedaan dan keragaman, serta pengembangan keterampilan sosial siswa.
Siswa belajar dan saling membantu belajar satu sama lain, energi sosial siswa dimanfaatkan untuk berdiskusi, berdebat dan menggeluti ide-ide, saling menghargai,
dan saling mengambil tanggung jawab satu sama lain sehingga tercipta suatu suasana pembelajaran yang produktif.
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi model yang dapat diterapkan, yaitu diantaranya :
1. Student Team Achievement Division STAD Tipe ini dikembangkan oleh Slavin, dan merupakan salah satu tipe kooperatif yang
menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan membantu. Ada 5 tahap yang meliputi: 1penyajian materi,
2kegiatan kelompok, 3tes individu, 4penghitungan skor perkembangan individu, 5pemberian penghargaan kelompok
2. Jigsaw Tipe ini merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan
saling membantu menguasai materi pembelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Pada model pembelajaran ini keterlibatan guru dalam proses belajar
mengajar semakin berkurang. Guru bukan sebagai pusat kegiatan belajar mengajar tetapi guru sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memotivasi siswa untuk belajar
mandiri serta menumbuhkan rasa tanggung jawab serta siswa senang berdiskusi tentang bahasa Indonesia dengan kelompoknya. Contohnya dalam pembelajaran
14 bahasa Indonesia, guru hanya memberikan pemahaman awal tentang dialog kemudian
siswa diarahkan untuk berdiskusi tentang langkah-langkah menulis dialog dengan baik sehingga siswa terlibat secara langsung dalam memahami cara menulis dialog
sederhana secara berkelompok melalui kegiatan pada LKS Siklus I dan Siklus II. 3. Teams-Games-Tournaments TGT
Tipe ini adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok belajar beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki
kemampuan, jenis kelamin, suku dan ras yang berbeda. 4. Group Investigation GI
Model ini merupakan model pembelajaran kooperatif yang kompleks karena memadukan antara pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran ysng berbasis
konstruktivisme dan prinsip pembelajaran demokratis. Model ini dapat melatih siswa untuk berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap
pertama sampai tahap akhir pembelajaran akan memberikan peluang kepada siswa untuk lebih mempertajam gagasan dan guru akan mengetahui kemungkinan gagasan
siswa yang salah sehingga guru dapat memperbaiki kesalahannya. 5. Rotating Trio Exchange
Pada model ini, kelas dibagi menjadi beberapa kelompok. Satu kelompok terdiri dari 3 orang. Pada setiap trio tersebut diberikan soal yang sama. Kemudian setelah tugas
selesai, guru merotasi siswa sehingga timbul trio baru. 6. Group Resume
Model ini akan menjadikan interaksi antar siswa menjadi lebih baik dengan lebih mengenal masing-masing individu dalam kelompok.Iskandar,2009
15 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pembelajaran kooperatif dengan
model Jigsaw teknik Think-Pair-Share. Teknik Think-Pare-Share ini dikembangkan oleh Frank Lyman Think-Pair-
Share dan Spencer Kagan Think-Pair-Square. Teknik ini bisa memberikan kebebasan pada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan teman.
Keunggulan teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa, yaitu memberi kesempatan delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan
menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain. Teknik ini prakteknya dalam kelas adalah siswa diarahkan untuk duduk berpasangan empat–empat untuk setiap
kelompoknya. Disamping itu akan lebih meningkatkan prestasi belajar siswa. Think- Pair-Share selain merupakan teknik dalam pembelajaran kooperatif diharapkan bisa
mengoptimalkan dan memotivasi belajar siswa. Terdapat kata kunci yaitu “bekerja bersama” menempatkan siswa dalam suatu kelompok selanjutnya meminta mereka
bekerja bersama. Meskipun mereka sudah dikelompokkan, diberi tugas, lalu bekerja bersama, pembelajaran kooperatif ini bukan bermaksud untuk menggantikan
pendekatan kompetitif persaingan. Nuansa kompetitif dalam kelas akan sangat baik bila diterapkan secara sehat.
Untuk menciptakan pembelajaran sedemikian, sehingga siswa bekerja secara kooperatif antara mereka, menurut Salvin perlu dipahami dan diperhatikan
komponen–komponen essensialpenting antara lain, 1Saling ketergantungan positif, 2tanggung jawab individu atau kelompok, 3tatap muka, 4komunikasi antar
anggota dan 5evaluasi proses kelompok. Iskandar,2009
16 Menurut Slavin dalam Isjoni, 2009: 77, di dalam pembelajaran model Jigsaw
teknik Think-Pair-Share terdapat enam tahap, yaitu : 1. Pembentukan Kelompok Kecil
Pembentukan kelompok-kelompok siswa ini dapat dilakukan oleh guru berdasarkan pertimbangan tertentu. Untuk mengoptimalkan manfaat belajar
kelompok, keanggotaan kelompok seyogyanya heterogen, baik dari segi kemampuannya maupun karakteristik lainnya. Jumlah siswa dalam kelompok
harus dibatasi, agar kelompok-kelompok yang terbentuk dapat bekerjasama secara efektif, karena suatu ukuran kelompok mempengaruhi kemampuan
produktifitasnya. Jumlah paling tepat terdiri dari 4-6 orang. 2. Pemberian Tugas dan Penguasaan Materi
Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas ketuntasan bagian bahan pelajaran yang mesti dipelajari dan menyampaikan bahan tersebut kepada anggota
kelompok asal. Para siswa dari masing-masing kelompok yang memiliki tugas yang sama berkumpul membentuk kelompok yang baru. Karena kelompok baru
ini akan mengerjakan tugas dengan bidang yang telah ditentukan dan menentukan bagaimana cara mengajarkan ilmu yang baru mereka peroleh kepada anggota lain
dari kelompok asal mereka. 3. Penerapan pada Kelompok Asal
Pada tahap ini masing-masing perwakilan kembali ke kelompok asal. Selanjutnya masing-masing anggota tersebut saling menjelaskan pada teman satu kelompok
sehingga teman satu kelompoknya dapat memahami tugas yang diberikan guru
17 4. Analisis dan Sintesis
Siswa diberi teskuis, hal tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah siswa sudah dapat memahami suatu materi.
5. Presentasi Produk Akhir Sebagian atau seluruh kelompok di dalam kelas memberikan presentasi yang
menarik atas topik yang dipelajari agar dapat melibatkan seluruh kelas dalam pekerjaan kelompok lain dan memperoleh pandangan yang lebi luas atas topik
tersebut. Presentasi kelompok dikoordinasikan oleh guru. 6. Evaluasi
Guru dan siswa mengevaluasi konstribusi masing-masing kelompok terhadap kerja kelas, secara keseluruhan evaluasi dapat secara individual atau penilaian
kelompok atau keduannya Dengan pembelajaran model Jigsaw teknik Think-Pair-Share ini diharapkan
akan terjadi interaksi antar siswa dalam kelompok. Dengan cara ini setiap indivuidu akan merasakan bahwa sebenarnya belajar bahasa Indonesia terutama dalam menulis
dialog itu tidak sulit, karena bisa dilakukan bersama–sama dengan teman sebaya. Keadaan ini sejalan dengan tingkat perkembanagn anak seusia Sekolah Dasar yang
senang bermain bersama. Untuk pelaksanaan agar terjadi efisiensi waktu selama proses pembelajaran,
bangku sudah ditata sedemikian rupa sehingga sudah membentuk kelompok. Penataan bangku memainkan peran penting dalam kegiatan belajar model
pembelajaran kooperatif sehingga semua siswa bisa melihat guru atau papan tulis
18 dengan jelas. Disamping itu, harus bisa melihat dan menjangkau rekan-rekan
kelompoknya dengan baik dan berada dalam jangkauan kelompoknya dengan merata. Penataan bangku yang bisa dipakai dalam pembelajaran kooperatif model Jigsaw
teknik Think-Pair-Share adalah sebagai berikut : Gambar 1 Meja Klasikal Kelompok
Gambar 2 Meja Berbaris
Gambar 3 Meja Individu
Penggunaan meja kelompok dan meja klasikal gambar1 dapat menempatkan siswa dalam kelompok secara berdekatan. Sedangkan penggunaan meja berbaris
gambar 2 dapat menempatkan dua kelompok duduk dalam satu meja sedangkan penataan terbaik dan relatif lebih mudah adalah dengan menempatkan bangku
individu dengan meja tulisnya gambar3. Dalam penelitian tindakan ini, peneliti dalam proses pembelajaran di kelas
penataan bangkunya menggunakan “Meja Individu” karena sesuai dengan model
19 pembelajaran kooperatif teknik Think-Pair-Share dan lebih efektif dalam
pembelajaran bahasa Indonesia materi menulis dialog sederhana antara dua atau tiga tokoh.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN